Dokar di Salatiga Tetap Eksis di Tengah Persaingan Transportasi Online
Kamis, 13 Mei 2021 - 12:28 WIB
SALATIGA - Moda transportasi tradisional dokar di Salatiga hingga saat ini masih tetap bisa bertahan. Meski harus bersaing dengan sarana transportasi umum berbasis online, namun dokar masih tetap eksis. Bahkan transportasi yang mengandalkan tenaga kuda ini, masih memiliki pelanggan setia kendati tidak seramai dulu.
Keberadaan transportasi dokar di Salatiga , hingga saat ini mudah dijumpai. Para kusir kuda memiliki pangkalan di Jalan Bungur dan Jalan Johar yang semuanya berdekatakan dengan Pasar Raya, Salatiga. Mereka biasa mangkal dari pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB. Menyesuaikan jam buka pasar. Namun demikian tetap ada juga kusir yang narik (kerja) malam hari.
Alat transportasi umum yang dinilai paling tua itu memang tidak sebanyak ojek atau pun angkutan bermesin lainnya. Namun demikian, mereka memiliki pangsa pasar sendiri. Penumpangnya rata-rata justru golongan menengah ke atas.
Orang-orang berduit itu, naik dokar lantaran ingin yang unik dan merasa bosan dengan transportasi modern. Dengan naik dokar, mereka merasa bernostalgia. "Ongkos naik dokar dengan angkot, selisihnya jauh mas. Jadi justru kebanyakan orang-orang kaya yang naik. Mereka ingin yang lain ( tradisional) atau bernostalgia naik dokar," ujar Muhpi (57) kusir dokar saat ditemui di tempat mangkalnya di Jalan Bungur, Kamis (13/5/2021).
Menurut dia, pada umumnya penumpang dokar tidak hanya berpikiran menuju tempat tujuan saja. Namun, ada juga yang ingin berwisata keliling kota sembari bernostalgia. "Terkadang ada penumpang dari luar daerah, yang datang ke Salatiga dan naik dokar hanya ingin nostalgia," ujarnya.
Meski penumpangnya khusus, namun Muhpi tetap yakin bahwa rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan, sehingga usaha yang digeluti sejak tahun 1966 itu tetap bisa diandalkan untuk menghidupi dan menyekolahkan tujuh orang anaknya hingga sekarang. "Kusir dokar menjadi pekerjaan pokok saya sejak dulu. Alhamdulillah, kalau kita mau berusaha, tetap saja ada rejeki," tuturnya.
Sementara itu, kusir dokar lainnya Maryadi (45) mengatakan, di Salatiga ini kurang lebih ada 40-an dokar. Mereka ada yang narik pagi sampai sore atau sore hingga malam. Menurut dia, tarif dokar dihitung dari jauh dekatnya serta jumlah orangnya. Dan para penarik dokar sudah punya patokan atau tarif harga sendiri.
Maryadi mengakui, narik dokar seperti juga untung-untungan, kadang ramai kadang pula sepi. Kalau sepi dalam sehari ia hanya bisa menarik satu atau dua penumpang. Saat ramai saat seperti libur lebaran atau natal tahun baru, bisa mencapai lima tujuan.
Namun berhubung ada pandemi COVID-19 dan ada pelarangan mudik, maka lebaran tahun ini sepi. "Sejak awal pandemi hingga saat ini, jumlah penumpang menurun. Sekarang sepi penumpang. Saya berharap kondisi ini cepat membaik dan pandemi segera berakhir," pungkasnya.
Keberadaan transportasi dokar di Salatiga , hingga saat ini mudah dijumpai. Para kusir kuda memiliki pangkalan di Jalan Bungur dan Jalan Johar yang semuanya berdekatakan dengan Pasar Raya, Salatiga. Mereka biasa mangkal dari pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB. Menyesuaikan jam buka pasar. Namun demikian tetap ada juga kusir yang narik (kerja) malam hari.
Alat transportasi umum yang dinilai paling tua itu memang tidak sebanyak ojek atau pun angkutan bermesin lainnya. Namun demikian, mereka memiliki pangsa pasar sendiri. Penumpangnya rata-rata justru golongan menengah ke atas.
Baca Juga
Orang-orang berduit itu, naik dokar lantaran ingin yang unik dan merasa bosan dengan transportasi modern. Dengan naik dokar, mereka merasa bernostalgia. "Ongkos naik dokar dengan angkot, selisihnya jauh mas. Jadi justru kebanyakan orang-orang kaya yang naik. Mereka ingin yang lain ( tradisional) atau bernostalgia naik dokar," ujar Muhpi (57) kusir dokar saat ditemui di tempat mangkalnya di Jalan Bungur, Kamis (13/5/2021).
Menurut dia, pada umumnya penumpang dokar tidak hanya berpikiran menuju tempat tujuan saja. Namun, ada juga yang ingin berwisata keliling kota sembari bernostalgia. "Terkadang ada penumpang dari luar daerah, yang datang ke Salatiga dan naik dokar hanya ingin nostalgia," ujarnya.
Meski penumpangnya khusus, namun Muhpi tetap yakin bahwa rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan, sehingga usaha yang digeluti sejak tahun 1966 itu tetap bisa diandalkan untuk menghidupi dan menyekolahkan tujuh orang anaknya hingga sekarang. "Kusir dokar menjadi pekerjaan pokok saya sejak dulu. Alhamdulillah, kalau kita mau berusaha, tetap saja ada rejeki," tuturnya.
Sementara itu, kusir dokar lainnya Maryadi (45) mengatakan, di Salatiga ini kurang lebih ada 40-an dokar. Mereka ada yang narik pagi sampai sore atau sore hingga malam. Menurut dia, tarif dokar dihitung dari jauh dekatnya serta jumlah orangnya. Dan para penarik dokar sudah punya patokan atau tarif harga sendiri.
Maryadi mengakui, narik dokar seperti juga untung-untungan, kadang ramai kadang pula sepi. Kalau sepi dalam sehari ia hanya bisa menarik satu atau dua penumpang. Saat ramai saat seperti libur lebaran atau natal tahun baru, bisa mencapai lima tujuan.
Baca Juga
Namun berhubung ada pandemi COVID-19 dan ada pelarangan mudik, maka lebaran tahun ini sepi. "Sejak awal pandemi hingga saat ini, jumlah penumpang menurun. Sekarang sepi penumpang. Saya berharap kondisi ini cepat membaik dan pandemi segera berakhir," pungkasnya.
(don)
tulis komentar anda