Kisah Syodanco Soeprijadi, Sebelum Lenyap Sempat Sembunyi di Rumah Mbah Syiroj Blitar

Minggu, 02 Mei 2021 - 05:09 WIB
"Pada momen itu (duduk di kursi dapur) orang orang yang seusia saat itu banyak yang tahu dan menceritakannya," tutur Nuh. Pagi hari itu. Setelah makan, Soeprijadi bersama pasukannya berpamitan melanjutkan pelarian. Ia khawatir tentara Jepang mengendus keberadaanya, karena itu tidak bisa berlama lama.

Dari cerita yang didengar, seingat Nuh, para pemberontak PETA itu lari ke jalan menuju wilayah Gandusari, arah Gunung Kelud. Entah di tengah perjalanan mereka berbelok arah ke Gunung Wilis, wilayah Kediri, Nuh tidak tahu pasti. "Karena setelah itu tidak lagi diketahui jejaknya. Yang didengar tentara Jepang terus memburu para pemberontak," papar Nuh menjelaskan.

Nuh lupa kapan waktunya secara pasti. Setelah itu musibah pun datang. Berawal dari penangkapan salah seorang pengikut Syodanco Soeprijadi di Kediri. Jepang awalnya sulit menghabisi, karena anak buah Soeprijadi memiliki kain rajah bahasa Arab yang diikatkan pada perut. Ketika dikorek, ia mengaku mendapat jimat itu dari seorang kiai di Blitar.

"Mbah Syiroj kemudian ditangkap Jepang," tutur Nuh. Sebelum dijebloskan ke dalam penjara Blitar selama tujuh bulan, Mbah Siraj mengalami serangkaian penyiksaan. Ia dipaksa membuka mulut ke mana Syodanco Soeprijadi bersembunyi. Irvan Fauzi, cucu Mbah Syiroj yang lain menuturkan, karena marah, Jepang mengikat tangan dan kaki kakeknya di kendaraan, dan lalu ditarik.

"Kemudian juga dicekoki minum air sabun," tutur Irvan yang masih merasa ngeri membayangkan kekejaman Jepang. Mbah Syiroj tetap hidup dan tetap mengaku tidak tahu dengan keberadaan Soeprijadi. Mbah Syiroj sempat dilepas sebentar, namun Jepang kembali menangkapnya. Mbah Syiroj dijebloskan di penjara Kalisosok, Surabaya.

Di bulan ramadhan. Sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan dwi tunggal Soekarno-Hatta, Mbah Syiroj wafat. Jenazahnya dimakamkan di TPU Jarak, Surabaya. Pada tahun 2004, melalui prosesi militer kenegaraan, jenazah Mbah Syiroj dipindah ke Desa Krenceng.

Makam Mbah Syiroj berada di belakang masjid Baitul Yaqin. Pada batu nisannya bertuliskan Pahlawan Perintis Kemerdekaan serta terpasang plakat logam bendera merah putih. "Dengan status suaminya pahlawan perintis kemerdekaan, mbah putri (Siti Fatimah) sebelum meninggal menerima pensiunan dari negara," pungkas Irvan.
(shf)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content