Hampir Sebulan 74 ABK WNI Tertahan di Pelabuhan Manila
Jum'at, 22 Mei 2020 - 06:30 WIB
JAKARTA - Bertolak ke Filipina untuk mengantarkan anak buah kapal (ABK) asal negera tersebut, kapal pesiar MV Princess malah “tersandera” di pelabuhan Manila. Akibatnya ratusan ABK dari negara lain nasibnya terkatung-katung, termasuk dari Indonesia.
AW, salah satu kru kapal pesiar milik Grup Carnival yang berbasis di Florida, Amerika Serikat itu mengungkapkan, di MV Princess ada sekitar 74 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ABK. Mereka tertahan sejak sebulan lalu dan hingga kini belum memperoleh kepastian kapan akan diberangkatkan ke Indonesia. ”Belum jelas kapan akan dipulangkan ke Indonesia,” tutur kepada SINDOnews, Kamis (21/5/2020) malam.
(Baca: Selidiki Kasus Dugaan Perbudakan WNI di Kapal China, RI Minta Bantuan Korsel)
AW mengungkapkan, MV Princess ke Filipina dalam rangka mengantarkan anak buah kapal (ABK) yang berasal dari negara tersebut, setelah memutuskan untuk tidak lagi menerima penumpang sejak dua bulan lalu. Sayangnya, sudah mendekati sebulan urusan sekitar 314 ABK asal Filipina sendiri belum kelar.
Menurut dia, seluruh protokol COVID-19 telah dilalui ABK dari Filipina mulai rapid test hingga tes swab sejak kapal sandar. Namun sampai hari ini baru 100 dari 314 ABK Filipina yang telah memperoleh sertifikat kesehatan sebagaimana disyaratkan pemerintah setempat.
Akibatnya, kru kapal dari negara lain terkatung-katung, termasuk dari Indonesia. AW memperoleh informasi bahwa KBRI Manila telah mengirimkan surat ke kantor pusat perusahaannya. Hanya belum ada respons sampai sekarang.
”Jadi, intinya sekarang mungkin dari pemerintah Indonesia yang mesti turun tangan untuk melobi Pemerintah Filipina,” katanya.
(Baca: Kemlu Ungkap Kronologi Pelarungan WNI di Perairan Somalia)
Menurut AW, para ABK Indonesia saat ini dalam kondisi baik secara fisik. Namun dia mengkhawatirkan kondisi mental mereka bila terlalu lama di atas kapal tanpa ada sesuatu yang bisa dikerjakan.
Apalagi, mereka kerap memperoleh informasi dari grup sesama kru kapal pesiar Grup Carnival seperti ABK dari Ukraina yang melompat dari dek 12 di Eropa beberapa waktu lalu. ”Kalau saya bilang mentality setiap ABK tidak bisa diprediksi,” katanya.
Di pelabuhan Manila, kata AW, ada sekitar 20-25 kapal pesiar yang semuanya juga menggunakan ABK dari Indonesia. ”Kalau rata-rata 100 ABK, yaitu jumlah WNI yang belum bisa pulang,” katanya.
AW, salah satu kru kapal pesiar milik Grup Carnival yang berbasis di Florida, Amerika Serikat itu mengungkapkan, di MV Princess ada sekitar 74 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ABK. Mereka tertahan sejak sebulan lalu dan hingga kini belum memperoleh kepastian kapan akan diberangkatkan ke Indonesia. ”Belum jelas kapan akan dipulangkan ke Indonesia,” tutur kepada SINDOnews, Kamis (21/5/2020) malam.
(Baca: Selidiki Kasus Dugaan Perbudakan WNI di Kapal China, RI Minta Bantuan Korsel)
AW mengungkapkan, MV Princess ke Filipina dalam rangka mengantarkan anak buah kapal (ABK) yang berasal dari negara tersebut, setelah memutuskan untuk tidak lagi menerima penumpang sejak dua bulan lalu. Sayangnya, sudah mendekati sebulan urusan sekitar 314 ABK asal Filipina sendiri belum kelar.
Menurut dia, seluruh protokol COVID-19 telah dilalui ABK dari Filipina mulai rapid test hingga tes swab sejak kapal sandar. Namun sampai hari ini baru 100 dari 314 ABK Filipina yang telah memperoleh sertifikat kesehatan sebagaimana disyaratkan pemerintah setempat.
Akibatnya, kru kapal dari negara lain terkatung-katung, termasuk dari Indonesia. AW memperoleh informasi bahwa KBRI Manila telah mengirimkan surat ke kantor pusat perusahaannya. Hanya belum ada respons sampai sekarang.
”Jadi, intinya sekarang mungkin dari pemerintah Indonesia yang mesti turun tangan untuk melobi Pemerintah Filipina,” katanya.
(Baca: Kemlu Ungkap Kronologi Pelarungan WNI di Perairan Somalia)
Menurut AW, para ABK Indonesia saat ini dalam kondisi baik secara fisik. Namun dia mengkhawatirkan kondisi mental mereka bila terlalu lama di atas kapal tanpa ada sesuatu yang bisa dikerjakan.
Apalagi, mereka kerap memperoleh informasi dari grup sesama kru kapal pesiar Grup Carnival seperti ABK dari Ukraina yang melompat dari dek 12 di Eropa beberapa waktu lalu. ”Kalau saya bilang mentality setiap ABK tidak bisa diprediksi,” katanya.
Di pelabuhan Manila, kata AW, ada sekitar 20-25 kapal pesiar yang semuanya juga menggunakan ABK dari Indonesia. ”Kalau rata-rata 100 ABK, yaitu jumlah WNI yang belum bisa pulang,” katanya.
(muh)
tulis komentar anda