Kunjungi Kelompok Pembuat Kebaya Payet, Suhartina Dorong Perempuan Berdaya
Rabu, 21 April 2021 - 15:17 WIB
Bagi mayoritas perempuan di dua desa, Majannang dan Mattirotasi , menjahit payet memang telah menjadi sumber penghasilan tambahan. Bahkan, sejumlah perempuan menjadikan profesi menjahit itu sebagai sumber pendapatan baru.
"Kalau dulu banyak dari kami yang tidak ada pekerjaan apa-apa, kami hanya berharap dapat uang itu dari suami saja. Sekarang, kami sudah bisa mendapat penghasilan sendiri," kata seorang penjahit, Saidah.
Untuk menyelesaikan satu baju berpayet, mereka mengaku membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 hari tergantung kesulitan motifnya. Untuk satu baju yang dipayet itu, mereka bisa mendapatkan upah sekitar Rp 300 ribu.
"Kain dan bahan payetnya ini dari orang kita hanya menjahit. Satu baju kami butuh waktu sampai 5 harilah, yah upahnya tidak seberapa tapi cukup membantu kami bisa dapat tambahan," pungkasnya.
Lihat Juga: Semarak Hari Kartini, Swiss-Belinn Modern Cikande Jadi Tuan Rumah Peragaan Busana Daerah Anak
"Kalau dulu banyak dari kami yang tidak ada pekerjaan apa-apa, kami hanya berharap dapat uang itu dari suami saja. Sekarang, kami sudah bisa mendapat penghasilan sendiri," kata seorang penjahit, Saidah.
Untuk menyelesaikan satu baju berpayet, mereka mengaku membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 hari tergantung kesulitan motifnya. Untuk satu baju yang dipayet itu, mereka bisa mendapatkan upah sekitar Rp 300 ribu.
"Kain dan bahan payetnya ini dari orang kita hanya menjahit. Satu baju kami butuh waktu sampai 5 harilah, yah upahnya tidak seberapa tapi cukup membantu kami bisa dapat tambahan," pungkasnya.
Lihat Juga: Semarak Hari Kartini, Swiss-Belinn Modern Cikande Jadi Tuan Rumah Peragaan Busana Daerah Anak
(agn)
tulis komentar anda