Ronggeng Gunung Pangandaran, Kalaborasi Tari Lengger dan Ritual Pemujaan untuk Dewi Sri
Sabtu, 10 April 2021 - 05:00 WIB
Tri nada musik ronggeng gunung merupakan sebuah proses perubahan secara berangsur sehingga sampai pada tahap nada yang menjadi pakeman atau aturan baku.
Aceng menjelaskan, alat musik lengger di Jawa Tengah semula berasal dari bambu, sekitar abad 16 diubah menggunakan kayu lame atau pule.
Baca juga: Syaikhona Kholil, Guru Para Pahlawan yang Diusulkan Jadi Pahlawan
"Setelah terjadi perubahan penggunaan alat musik lengger dari bambu menjadi kayu lame atau pule akhirnya disamakan dengan suara nada kenong tri nada pada ronggeng gunung," jelas Aceng.
Budayawan asal Pangandaran Aceng Hasim.
"Lirik nada yang dipentaskan pada ronggeng gunung ada pakeman yang dilakukan pada 4 lagu pertama yang dilakukan secara sunyi dan khidmat karena asalnya merupakan ritual pemujaan," jelasnya.
Baca juga: Komando Jihad, Cara Intelijen Soeharto Menjinakkan Gerakan Ekstrim Kanan
Pakeman lagu yang dianut oleh pelaku pagelaran ronggeng gunung di antaranya, (1) Kudup Turi, (2) Ladrang, (3) Lolowong, (4) Sasagaran.
Aceng menjelaskan, alat musik lengger di Jawa Tengah semula berasal dari bambu, sekitar abad 16 diubah menggunakan kayu lame atau pule.
Baca juga: Syaikhona Kholil, Guru Para Pahlawan yang Diusulkan Jadi Pahlawan
"Setelah terjadi perubahan penggunaan alat musik lengger dari bambu menjadi kayu lame atau pule akhirnya disamakan dengan suara nada kenong tri nada pada ronggeng gunung," jelas Aceng.
Budayawan asal Pangandaran Aceng Hasim.
"Lirik nada yang dipentaskan pada ronggeng gunung ada pakeman yang dilakukan pada 4 lagu pertama yang dilakukan secara sunyi dan khidmat karena asalnya merupakan ritual pemujaan," jelasnya.
Baca juga: Komando Jihad, Cara Intelijen Soeharto Menjinakkan Gerakan Ekstrim Kanan
Pakeman lagu yang dianut oleh pelaku pagelaran ronggeng gunung di antaranya, (1) Kudup Turi, (2) Ladrang, (3) Lolowong, (4) Sasagaran.
(boy)
tulis komentar anda