Mengunjungi Kampung Jamu Wonolopo Semarang, Teduh Berhias Tanaman Empok-empon

Senin, 08 Maret 2021 - 05:12 WIB
Baca juga: Kembali Terpilih Menjadi Ketua PKB Semarang, Mahsun Pasang Target Pemilu 2024

“Kalau dulu peningkatan yaitu sekira awal Maret itu, saya saja meningkat hampir 50%. Belum lagi penjua jamu yang lain. Dulu itu biasanya hanya dapat Rp400 ribu, tapi ketika pandemi melonjak menjadi Rp700 ribu,” ungkapnya.

“Untuk jamu yang dibawa macam-macam, misalnya beras kencur dulunya hanya 1 jeriken harus ditambah menjadi 2,5 jeriken. Permintaan paling banyak jenis temulawak, kunir, dan jahe. Itu sudah siap dalam bentuk minuman, siap konsumsi,” tandasnya.

Lambat laun badai pandemi juga berdampak bagi perajin jamu. Jumlah pembeli berkurang. Banyaknya buruh yang kehilangan pekerjaan dan sulitnya mencari penghasilan, membuat jamu bukan lagi bahan pokok untuk dipenuhi.

“Sekarang ini agak turun karena dampak ekonomi. Banyak yang di-PHK. Sekarang ini banyak yang pengangguran, jadi daya beli juga berkurang, tapi enggak sampai turun drastis. Masih standar penghasilan masih standar,” ujarnya.

Menurutnya, lesunya ekonomi hampir merata di seluruh daerah. Penjual jamu yang tiap hari berkeliling sesuai “wilayah kerja” tak lagi mendapatkan penghasilan menakjubkan sebagaimana setahun lalu. Dari pasar tradisional hingga perumahan elite, semua sama tak ada lonjakan permintaan.

“Kita kan muter dari masing-masing (penjual jamu) sudah punya lokasi. Ada yang di Kedungpane, Ngaliyan, Pasar BK Ngemplak semongan, Pasar Ngaliyan, Kalipancur, Boja, Mangkang, dan sebagainya,” beber dia.

Dia mengatakan, kini membatasi jumlah pengunjung di Kampung Jamu. Anjuran pemerintah untuk mengurangi kerumunan dan mobilitas massa sangat dipatuhi. Mereka berkomitmen menjaga protokol kesehatan di kampung agar tak terjadi klaster Covid-19.

“Untuk sementara kita tidak menerima kunjungan. Hanya pada masa awal pandemi kita menerima kunjungan dari ibu-ibu PKK dari Kabupaten Semarang. Awalnya itu direncanakan jumlahnya 50 orang tapi kita batasi hanya 25 orang yang diizinkan,” terangnya.

Pengunjung diajak melihat dari dekat tanaman rempah yang biasa diracik sebagai jamu. Cara pengolahan hingga siap diminum juga akan ditunjukkan sehingga bisa memberikan edukasi kepada pengunjung.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content