Kisah Pasukan Khusus Penjaga Terang di Tengah Banjir Semarang
Senin, 01 Maret 2021 - 06:30 WIB
“Kalau untuk banjir saat ini (sejak 23 Februari) hanya kita sendiri (PDKB Semarang). Tidak ada backup dari Demak dan Salatiga. Masih bisa kita atasi sendiri. UP3 itu membawahi Kota Semarang dan Kabupaten Semarang,” kata dia.
Manajer Humas PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jateng & DIY, Haris, memastikan pihaknya bersiaga 24 jam untuk mengantisipasi cuaca ekstrem saat ini. Tim khusus PDKB menjadi tumpuan utama dalam situasi maraknya bencana.
“Yang kami gerakkan adalah tim PDKB. Tim khusus PLN, yang memang menangani situasi banjir, dalam kondisi apa pun. Langkah yang mereka lakukan saat banjir adalah mematikan beberapa titik gardu, dengan tujuan adalah keselamatan ketenagalistrikan,” tuturnya.
“Jadi apabila air sudah mulai menggenang, mendekati beberapa gardu, maka secara otomatis PLN akan mematikan. Dia (PDKB) akan memantau sampai air itu betul-betul sudah surut, kalau air sudah surut mereka akan memastikan bahwa gardu-gardu yang terkena air sudah pasti kering, baru mereka menyalakan listriknya,” jelasnya.
Pihaknya juga tak henti mengedukasi masyarakat pelanggan PLN ketika rumahnya terendam banjir. Di antaranya mematikan aliran instalasi listrik, cabut peralatan listrik yang masih tersambung dengan stop kontak, dan pindahkan perangkat elektronik ke tempat lebih tinggi.
“Kadang masyarakat yang masih terkena pemadaman, mereka menggerutu. Kok enggak nyala-nyala, padahal kalau itu dinyalakan akan membahayakan. Makanya kita juga edukasi kepada masyarakat trik-trik menghadapi bahaya saat musim banjir, melalui medsos,” pungkasnya.
Manajer Humas PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jateng & DIY, Haris, memastikan pihaknya bersiaga 24 jam untuk mengantisipasi cuaca ekstrem saat ini. Tim khusus PDKB menjadi tumpuan utama dalam situasi maraknya bencana.
“Yang kami gerakkan adalah tim PDKB. Tim khusus PLN, yang memang menangani situasi banjir, dalam kondisi apa pun. Langkah yang mereka lakukan saat banjir adalah mematikan beberapa titik gardu, dengan tujuan adalah keselamatan ketenagalistrikan,” tuturnya.
“Jadi apabila air sudah mulai menggenang, mendekati beberapa gardu, maka secara otomatis PLN akan mematikan. Dia (PDKB) akan memantau sampai air itu betul-betul sudah surut, kalau air sudah surut mereka akan memastikan bahwa gardu-gardu yang terkena air sudah pasti kering, baru mereka menyalakan listriknya,” jelasnya.
Pihaknya juga tak henti mengedukasi masyarakat pelanggan PLN ketika rumahnya terendam banjir. Di antaranya mematikan aliran instalasi listrik, cabut peralatan listrik yang masih tersambung dengan stop kontak, dan pindahkan perangkat elektronik ke tempat lebih tinggi.
“Kadang masyarakat yang masih terkena pemadaman, mereka menggerutu. Kok enggak nyala-nyala, padahal kalau itu dinyalakan akan membahayakan. Makanya kita juga edukasi kepada masyarakat trik-trik menghadapi bahaya saat musim banjir, melalui medsos,” pungkasnya.
(msd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda