Kisah Pasukan Khusus Penjaga Terang di Tengah Banjir Semarang
Senin, 01 Maret 2021 - 06:30 WIB
“Mereka (petugas dari Demak dan Salatiga) ini melakukan backup, membantu kita untuk terjun di Semarang. Sebab, di awal-awal Februari tepatnya tanggal 6 - 7, cuaca ekstrem. Mereka selama empat hari membantu melakukan recovery daerah-daerah yang padam (listrik) agar kembali terang,” katanya.
Selain tingginya curah hujan, banjir juga diperparah dengan gelombang pasang air laut. Akibatnya sejumlah sungai meluap, hingga airnya melimpas ke jalan. Pompa-pompa yang dioperasikan tak berdaya mengatasi gelontoran banjir. Diperburuk dengan sedimentasi di drainase hingga banjir tak mudah surut.
“Tanggal 6 dan 7 Februari itu luar biasa (banjirnya). Beberapa wilayah terdampak banjir, termasuk di Terboyo, Tlogosari, kemudian Semarang Barat ada di Puri Anjasmoro, Semarang Indah, termasuk Madukoro,” beber dia.
“Jadi kita bagi-bagi tim (PDKB) ke lokasi-lokasi terdampak banjir. Untuk meng-cover minimal pengamanan dulu. Ketika terjadi banjir, memang kita mengutamakan keselamatan masyarakat dan lingkungan, itu paling utama,” terangnya.
Petugas yang dilengkapi sepatu boot, helm, hingga rompi berwarna jingga menerobos genangan banjir. Tak mudah menuju lokasi, karena genangan banjir di beberapa titik mencapai lebih dari satu meter. Truk operasional tak bisa menembus lokasi, hingga petugas harus berjalan kaki.
“Kita menggunakan kendaraan khusus, jadi biar mempercepat (pekerjaan), menggunakan crane. Kalau kendala ya pada debit air tinggi, karena kendaraan kecil tidak bisa masuk, maka kita menggunakan kendaraan yang agak besar. Alhamdulillah masih bisa menerjang,” ungkapnya.
Mereka mengecek setiap gardu dan instalasi PLN. Bila dinilai tak aman dan mengancam keselamatan, langsung diputus. “Kemudian temen-temen menyusuri beberapa section atau jalur yang bisa kita padamkan. Tidak semua kita padamkan, tapi setelah dilakukan pengecekan kondisi di lokasi, jaringan, dan lain-lain akhirnya kita isolasi beberapa (jaringan), jadi bisa nyala (tidak pemadaman),” jelasnya.
Baca juga: Banjir Kaligawe Semarang Surut, Arus Lalin di Genuk Padat Merayap
Para petugas ini mengaku diliputi dilema ketika harus memutuskan untuk melakukan pemadaman listrik. Sebab, listrik menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hampir semua aktivitas warga membutuhkan listrik, bukan hanya untuk penerangan tetapi juga sumber energi.
Selain tingginya curah hujan, banjir juga diperparah dengan gelombang pasang air laut. Akibatnya sejumlah sungai meluap, hingga airnya melimpas ke jalan. Pompa-pompa yang dioperasikan tak berdaya mengatasi gelontoran banjir. Diperburuk dengan sedimentasi di drainase hingga banjir tak mudah surut.
“Tanggal 6 dan 7 Februari itu luar biasa (banjirnya). Beberapa wilayah terdampak banjir, termasuk di Terboyo, Tlogosari, kemudian Semarang Barat ada di Puri Anjasmoro, Semarang Indah, termasuk Madukoro,” beber dia.
“Jadi kita bagi-bagi tim (PDKB) ke lokasi-lokasi terdampak banjir. Untuk meng-cover minimal pengamanan dulu. Ketika terjadi banjir, memang kita mengutamakan keselamatan masyarakat dan lingkungan, itu paling utama,” terangnya.
Petugas yang dilengkapi sepatu boot, helm, hingga rompi berwarna jingga menerobos genangan banjir. Tak mudah menuju lokasi, karena genangan banjir di beberapa titik mencapai lebih dari satu meter. Truk operasional tak bisa menembus lokasi, hingga petugas harus berjalan kaki.
“Kita menggunakan kendaraan khusus, jadi biar mempercepat (pekerjaan), menggunakan crane. Kalau kendala ya pada debit air tinggi, karena kendaraan kecil tidak bisa masuk, maka kita menggunakan kendaraan yang agak besar. Alhamdulillah masih bisa menerjang,” ungkapnya.
Mereka mengecek setiap gardu dan instalasi PLN. Bila dinilai tak aman dan mengancam keselamatan, langsung diputus. “Kemudian temen-temen menyusuri beberapa section atau jalur yang bisa kita padamkan. Tidak semua kita padamkan, tapi setelah dilakukan pengecekan kondisi di lokasi, jaringan, dan lain-lain akhirnya kita isolasi beberapa (jaringan), jadi bisa nyala (tidak pemadaman),” jelasnya.
Baca juga: Banjir Kaligawe Semarang Surut, Arus Lalin di Genuk Padat Merayap
Para petugas ini mengaku diliputi dilema ketika harus memutuskan untuk melakukan pemadaman listrik. Sebab, listrik menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hampir semua aktivitas warga membutuhkan listrik, bukan hanya untuk penerangan tetapi juga sumber energi.
tulis komentar anda