Dihantam Pandemi COVID-19, PTDI Dapat Tantangan Dari Menhub, Apa Itu?

Sabtu, 20 Februari 2021 - 05:30 WIB


Pesawat amfibi , tutur Budi Karya, juga diperlukan untuk mengatasi berbagai landasan udara di Tanah Air yang pendek. Terutama di Indonesia timur, cukup banyak maskapai penerbangan perintis yang menghubungkan sejumlah daerah. Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub diminta memperhatikan hal tersebut.

Sementara itu, Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengatakan, CN-235 merupakan pesawat kedua yang akan dikirimkan ke Senegal. Nanti, pesawat itu bakal digunakan Senegal untuk patroli maritim. "Pak menteri (Budi Karya) melihat cockpit yang sudah digital, bukan lagi manual, sudah kami modifikasi, dan melihat juga konsol peralatan infrared jarak jauh untuk mengintai," kata Elfien.



Menurut Elfien, pesawat CN-235 pesanan Senegal itu akan dikirimkan pada Maret 2021 mendatang. Saat dikirimkan, nanti Kepala Angkatan Udara Senegal bakal hadir menjemput pesawat tersebut di Hangar PTDI . "Sekarang sudah selesai dan memang belum dikirim saja. Warna pesawat memang permintaannya. Tergantung costumer," ujarnya.

Sementara terkait pesawat amfibi , Elfien mengatakan, sejumlah lapangan terbang yang ada di daerah terpencil memang memiliki landasan udara yang cukup pendek, hanya sekitar 900 meter.



Sejumlah pesawat yang diproduksi PTDI pun, kata Elfien, memang didesain untuk beradaptasi dengan kondisi landasan dan kontur daratan Indonesia. "Nah ini kita harus bisa take off dan landing-nya sekitar di bawah 900 meter. Ini ( Pesawat N-219 ) telah tersertifikasi tipenya bisa sekitar 750 meter," kata Elfien.



Elfien mengemukakan, dengan pesawat amfibi , Indonesia bisa meminimalisir pembangunan infrastruktur landasan udara atau bandara. Selain menghubungkan pulau terpencil, pesawat amfibi itu dapat mempercepat pembangunan sektor pariwisata.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More