Ini Langkah Bio Farma Percepat Penemuan Obat COVID-19
Minggu, 17 Mei 2020 - 15:19 WIB
BANDUNG - PT Bio Farma terus melakukan percepatan pengembangan produk farmasi melalui kolaborasi di dalam negeri maupun global, untuk mendorong penemuan obat atau vaksin COVID-19.
Beberapa produk yang akan dihasilkan antara lain Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang merupakan hasil kolaborasi dengan Task Force dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC19) yang dibentuk oleh BPPT. Rencananya, produk ini akan di launching pada 20 Mei 2020, bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional.
"Produk lainnya adalah alternatif terapi untuk pasien Covid-19 berupa konvalesen plasma hasil kolaborasi dengan Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD)," kata Direktur Operasi Bio Farma M. Rahman Roestan dalam siaran persnya, Minggu (17/5/2020). (Baca juga; Indonesia Kembangkan Plasma Konvalesent, Percepat Penyembuhan Pasien COVID-19 )
Sedangkan untuk vaksin, kata dia, Bio Farma akan melakukan dua strategi. Untuk jangka pendek, yaitu melalui kerjasama dengan lembaga penelitian international diantaranya adalah Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dari Norwegia, maupun bersama industri lainnya.
“Dalam keadaan pandemik seperti ini, diperlukan adanya semacam joint collaboration dari semua pihak baik antar industri, maupun antar negara (Goverment to Goverment). Targetnya, untuk secara bersama-sama menemukan solusi terbaik pengobatan dan pencegahan penyakit Covid-19," bebernya.
Selain antar negara, diperlukan juga kerjasama dalam negeri seperti dengan Kemenlu RI melalui Kedubes RI untuk membantu negosiasi di forum-forum internasional, Kemenkes dan BPOM. Namun demikian, kata dia, untuk melalukan percepatan penemuan vaksin, industri vaksin khususnya di negara berkembang dihadapkan pada banyak tantangan.
Tantangan itu bersifat teknis antara lain akses atas penelitian pengembangan vaksin baru, hambatan pada teknologi dan pengaturan pada alokasi dana yang memadai untuk pengembangan vaksin baru. (Baca juga; Bio Farma Siap Produksi 100.000 RT PCR Test Kit )
"Hambatan lainnya adalah mengenai hak paten. Hak paten yang ditetapkan oleh produsen vaksin dari negara maju membuat industri vaksin dari negara berkembang (pharmerging) mengalami keterlambatan dalam pengembangan produk yang berpotensi terhadap hilangnya kesempatan berkontribusi Nasional dan Global," beber Rahman.
Hak paten yang sudah didaftarkan oleh negara maju tersebut, dapat memberikan hambatan pada implementasi proses inovasi. Sedangkan untuk mengembangkan sendiri memerlukan waktu yang cukup panjang, dan akses terhadap seed, virus dan bakteri atau substrat sel terhalang oleh eksklusif agreement / koalisi.
Beberapa produk yang akan dihasilkan antara lain Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang merupakan hasil kolaborasi dengan Task Force dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC19) yang dibentuk oleh BPPT. Rencananya, produk ini akan di launching pada 20 Mei 2020, bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional.
"Produk lainnya adalah alternatif terapi untuk pasien Covid-19 berupa konvalesen plasma hasil kolaborasi dengan Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD)," kata Direktur Operasi Bio Farma M. Rahman Roestan dalam siaran persnya, Minggu (17/5/2020). (Baca juga; Indonesia Kembangkan Plasma Konvalesent, Percepat Penyembuhan Pasien COVID-19 )
Sedangkan untuk vaksin, kata dia, Bio Farma akan melakukan dua strategi. Untuk jangka pendek, yaitu melalui kerjasama dengan lembaga penelitian international diantaranya adalah Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dari Norwegia, maupun bersama industri lainnya.
“Dalam keadaan pandemik seperti ini, diperlukan adanya semacam joint collaboration dari semua pihak baik antar industri, maupun antar negara (Goverment to Goverment). Targetnya, untuk secara bersama-sama menemukan solusi terbaik pengobatan dan pencegahan penyakit Covid-19," bebernya.
Selain antar negara, diperlukan juga kerjasama dalam negeri seperti dengan Kemenlu RI melalui Kedubes RI untuk membantu negosiasi di forum-forum internasional, Kemenkes dan BPOM. Namun demikian, kata dia, untuk melalukan percepatan penemuan vaksin, industri vaksin khususnya di negara berkembang dihadapkan pada banyak tantangan.
Tantangan itu bersifat teknis antara lain akses atas penelitian pengembangan vaksin baru, hambatan pada teknologi dan pengaturan pada alokasi dana yang memadai untuk pengembangan vaksin baru. (Baca juga; Bio Farma Siap Produksi 100.000 RT PCR Test Kit )
"Hambatan lainnya adalah mengenai hak paten. Hak paten yang ditetapkan oleh produsen vaksin dari negara maju membuat industri vaksin dari negara berkembang (pharmerging) mengalami keterlambatan dalam pengembangan produk yang berpotensi terhadap hilangnya kesempatan berkontribusi Nasional dan Global," beber Rahman.
Hak paten yang sudah didaftarkan oleh negara maju tersebut, dapat memberikan hambatan pada implementasi proses inovasi. Sedangkan untuk mengembangkan sendiri memerlukan waktu yang cukup panjang, dan akses terhadap seed, virus dan bakteri atau substrat sel terhalang oleh eksklusif agreement / koalisi.
(wib)
tulis komentar anda