Misterius-Gaib, Kisah Penambang Emas dan Pencari Langsat yang Raib di Tor Pisang Mata
Sabtu, 06 Februari 2021 - 05:00 WIB
Akhirnya, setelah dicermati dengan seksama ternyata benda keras itu adalah emas murni. Dengan rasa gembira dan terharu mereka berhasil memegang logam mulia sebesar kepala kuda dewasa itu.
Tetapi sial, itu tidak lama berlangsung. Di antara rasa girang yang tidak terhingga, seorang diantara 13 warga Belanda itu berujar bahwa, warna putih itu bukanlah darah asli, melainkan campuran santan murni buah kelapa.
“Saat itu jugalah emas kembali jatuh ke lubang yang menganga itu dan lenyap seketika secara misterius. Karena saat itu ada satu di antara mereka dengan jujur mengatakan, darah putih itu bukan asli, melainkan bohongan. Itu merupakan cairan yang dicampur dengan santan. Mereka semua sangat kecewa apalagi sudah sampai berminggu- minggu di sana,” kata lelaki tersebut.
Karena sangat kecewa akibat hilangnya kembali emas itu, ke-13 warga Belanda itu pun akhirnya emosi hingga membakar bukit Tor Pisang Mata terutama di bagian bukit paling tinggi.
“Tapi setelah itu, timbul lagi kejadian aneh. Empat orang dari 13 itu mendadak hilang seketika dan tidak pernah ditemukan sampai saat ini,” tutur Kamaluddin.
Akibat kehilangan tim ekspedisi Belanda itu, akhirnya dibangun sebuah Tugu milik Belanda. Sampai saat ini tugu tersebut masih ditemukan di lokasi. Di atas bukit Tor Pisang Mata, ada tugu bertuliskan bahasa Belanda. “Itu dibangun sebagai tanda mereka mengalami kehilangan warganya secara misterius,” ujarnya.
Pencari Langsat yang Hilang Misterius
Konon setelah hilangnya empat diantara 13 yang tergabung dalam tim ekpedisi warga Belanda itu, ada juga kisah hilangnya seorang pencari Langsat pada 1970-an.
Menurut cerita dari Acun Rambe, (48) Warga Desa Malilil yang diperolehnya dari almarhum Kosim Siregar, peristiwa itu sempat menggemparkan warga di daerahnya.
Saat itu, kata Ancun, seorang warga yang sudah memiliki dua anak mencari langsat tiba-tiba hilang dan mengalami kejadian penuh gaib di perbukitan Tor Pisang Mata.
Tetapi sial, itu tidak lama berlangsung. Di antara rasa girang yang tidak terhingga, seorang diantara 13 warga Belanda itu berujar bahwa, warna putih itu bukanlah darah asli, melainkan campuran santan murni buah kelapa.
“Saat itu jugalah emas kembali jatuh ke lubang yang menganga itu dan lenyap seketika secara misterius. Karena saat itu ada satu di antara mereka dengan jujur mengatakan, darah putih itu bukan asli, melainkan bohongan. Itu merupakan cairan yang dicampur dengan santan. Mereka semua sangat kecewa apalagi sudah sampai berminggu- minggu di sana,” kata lelaki tersebut.
Karena sangat kecewa akibat hilangnya kembali emas itu, ke-13 warga Belanda itu pun akhirnya emosi hingga membakar bukit Tor Pisang Mata terutama di bagian bukit paling tinggi.
“Tapi setelah itu, timbul lagi kejadian aneh. Empat orang dari 13 itu mendadak hilang seketika dan tidak pernah ditemukan sampai saat ini,” tutur Kamaluddin.
Akibat kehilangan tim ekspedisi Belanda itu, akhirnya dibangun sebuah Tugu milik Belanda. Sampai saat ini tugu tersebut masih ditemukan di lokasi. Di atas bukit Tor Pisang Mata, ada tugu bertuliskan bahasa Belanda. “Itu dibangun sebagai tanda mereka mengalami kehilangan warganya secara misterius,” ujarnya.
Pencari Langsat yang Hilang Misterius
Konon setelah hilangnya empat diantara 13 yang tergabung dalam tim ekpedisi warga Belanda itu, ada juga kisah hilangnya seorang pencari Langsat pada 1970-an.
Menurut cerita dari Acun Rambe, (48) Warga Desa Malilil yang diperolehnya dari almarhum Kosim Siregar, peristiwa itu sempat menggemparkan warga di daerahnya.
Saat itu, kata Ancun, seorang warga yang sudah memiliki dua anak mencari langsat tiba-tiba hilang dan mengalami kejadian penuh gaib di perbukitan Tor Pisang Mata.
tulis komentar anda