Misteri Gunung Kelud dan Dendam Cinta Lembu Suro yang Bertepuk Sebelah Tangan

Senin, 25 Januari 2021 - 05:00 WIB
Mbah Rono menganalogikan hubungan manusia dengan gunung, yakni khususnya Gunung Kelud, ibarat manusia pinjam uang kepada gunung untuk hidup dan bertani. Saat gunung meminta dikembalikan, yakni dengan cara erupsi, manusia seyogyanya mengembalikannya. Baca Juga: Dampak erupsi, Bandara Adi Soemarmo tutup hingga Minggu

Artinya manusia dan gunung hendaknya senantiasa berdampingan dengan harmonis. "Saya ingin manusia untuk mencoba mengerti apa maunya alam," kata Mbah Rono menambahkan. Begitu dahsyatnya Gunung Kelud saat meletus, sampai sampai Raja Hayam Wuruk (Kerajaan Majapahit) melakukan pemujaan secara khusus di Candi Penataran, Blitar.

Dalam Negarakertagama, Hayam Wuruk sendiri tercatat lahir pada saat Gunung Kelud erupsi. Pemujaan secara khusus kepada Dewa Gunung yang dilakukan Hayam Wuruk, bertujuan untuk meredam amarah sang Kampud atau Gunung Kelud.

Sementara bagi sebagian warga Kabupaten Blitar dan Kediri, erupsi Kelud yang berlangsung periodik dan terus menerus itu, tidak lepas dari cerita kutukan sumpah kuno Raja Lembu Suro. "Kalau orang orang dulu bilang, letusan Kelud terkait sumpah Lembu Suro yang menuntut balas," kata Mistur (70) warga Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar.

Syahdan, pada masa awal abad 11, Dewi Kilisuci dari Kerajaan Jenggala, dilamar dua orang raja yang sama sama sakti. Kilisuci merupakan putri sulung Prabu Airlangga, penguasa Kerajaan Kahuripan yang pusatnya di wilayah Kediri sekarang.

Kilisuci yang berparas jelita sebenarnya tidak menginginkan pinangan itu. Sebab kedua raja yang berkompetisi menjadikannya istri adalah manusia yang tidak lazim. Raja yang pertama bernama Lembu Suro. Seorang manusia berkepala sapi atau lembu.

Sedangkan raja yang kedua bernama Mahesa Suro, yakni manusia berkepala kerbau. Karena terkenal digdaya sekaligus kejam, Kilisuci tidak berani terang terangan menolak. Namun ia tidak berhenti memutar otak. Sampai terbit ide meminta syarat yang mustahil dikerjakan.

Di depan Lembu Suro dan Mahesa Suro, Kilisuci menyatakan bersedia diperistri, asalkan keduanya sanggup membuatkan sumur di atas Gunung Kelud dalam waktu semalam. Syarat diperberat lagi dengan mengharuskan masing masing sumur beraroma wangi dan amis.

Betapa kagetnya Kilisuci, begitu menyaksikan Lembu Suro dan Mahesa Suro ternyata sanggup memenuhi permintaannya. Dalam waktu semalam, kedua sumur tercipta. Di tengah rasa panik akal liciknya muncul.

Kilisuci menyatakan tidak percaya air dalam sumur beraroma wangi dan amis. Ia meminta Lembu Suro dan Mahesa Suro membuktikan dengan mencebur ke dalamnya. Karena sudah dibakar nafsu, kedua manusia sakti tersebut tidak sadar tengah diperangkap.

Begitu masuk ke dalam sumur, Kilisuci cepat cepat memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun sumur dengan bebatuan. Dalam kisah yang menyebar getok tular itu, Lembu Suro sempat berteriak meminta tolong. Namun para prajurit Jenggala tidak berhenti menimbunkan batu.

Di tengah putus asa karena merasa telah dicurangi, Lembu Suro melontarkan sumpah serapahnya (kutukan). Dari dalam sumur yang berada di puncak Gunung Kelud, sumpah kutukan tersebut terdengar menggema. Didengar Dewi Kilisuci serta seluruh prajurit Jenggala.

"Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping, yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi kedung" (Wahai orang orang Kediri, suatu saat akan mendapatkan balasanku berkali kali. Kediri bakal jadi sungai, Blitar rata dengan tanah, dan Tulungagung jadi lubuk).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More