Motang Rua, Pahlawan Kebanggaan Orang Manggarai

Jum'at, 17 April 2020 - 05:15 WIB
Saat Motang Rua menjalani kerja paksa di Sawah Lunto, Aceh di bawah pimpinan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien sedang bergolak. Rakyat mulai melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Belanda kemudian menggunakan keahlian perang Motang Rua untuk membantu pasukan Belanda menumpas gerakan rakyat Aceh.

Namun, kebencian Motang Rua terhadap Belanda tak pernah berkurang. Alih-alih membantu Belanda, Motang Rua malah membantu pasukan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien.

Aksi Motang Rua ini membuat Belanda geram. Ia kemudian dibuang oleh Belanda ke Saigon, Vietnam. Namun pada 1927, masa tahanan Motang Rua di Vietnam selesai dan dia boleh kembali ke Manggarai. Motang Rua kembali ke Manggarai melalui Aimere. Saat itu, sedang gencar-gencarnya pembangunan jalan trans Selatan Flores yaitu dari Ruteng ke Ende di bawah Pemerintahan Raja Bagung, raja kedua Kerajaan Manggarai.

Menurut kisah, saat kepulangan ini, secara tak terduga, Motang Rua bertemu Raja Bagung di Tengku Teang. Menghormati seorang pahlawan, Raja Bagung menghentikan pembukaan jalan untuk sementara. Raja Bagung dan seluruh rakyat kemudian menuju Beo Kina untuk melaksanakan upacara adat Caca Selek, sebuah ritual penyambutan istimewa.

Setelah bebas dari tahanan, rasa benci Motang Rua terhadap Belanda belum berkurang. Dia bahkan tak pernah mau bertemu dengan orang-orang berkebangsaan Belanda, termasuk para misionaris Katolik Belanda yang bekerja di Manggarai.

Namun, karena pengaruh Katolik yang begitu kuat, pada tahun 1950 Motang Rua akhirnya dibaptis. Ia dibabtis dengan nama Petrus Guru. Dua tahun setelah dibaptis menjadi Katolik, tepatnya 25 Maret 1952, di saat usia 92 tahun, Motang Rua meninggal dunia. Sang pahlawan dimakamkan di Beo Kina, tempat dia lahir pada 1860 silam.

(Diolah dari berbagai sumber)
(shf)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More