Varian Baru COVID-19, Pakar UGM: Tak Perlu Resah Namun Tetap Waspada

Minggu, 27 Desember 2020 - 16:52 WIB
dr Gunadi SpBa FKKMK UGM. Foto: Istimewa
SLEMAN - Bulan Desember 2020 ini, publik dikejutkan dengan munculnya mutasi (varian) baru COVID-19 di Inggris . Bahkan, dari jumlah kasus di negeri Ratu Elizabet itu,50% merupakan varian baru.

Selain di Inggris, varian baru ini juga telah ditemukan di Irlandia, Perancis , Belanda, Denmark, Australia, Singapura, Hong Kong dan Israel. Namun masyarakat Indonesia tidak perlu resah karena sejauh ini belum ditemukan kasus serupa di Tanah Air. (Baca Juga: Pandemi COVID-19, Menparekraf Sandiaga Uno Segera Berbenah Potensi Wisata Bali)

“Namun yang lebih penting lagi,masyarakat tidak perlu resah dengan varian baru COVID-19 tersebut. Apalagi varian COVID-19 itu belum terdeteksi di Indoensia. Terlebih pemerintah sudah memberikan dukungan untuk pendeteksian dan pemeriksaan varian baru COVID-19 ini,”beber Pakar Genesis Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Gunadi kepada kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Minggu (27/12/2020).



Menurutnya, varian baru itu adalah VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01), yang terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S (deletion 69-70, deletion 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H). (Baca Juga: Menkes Minta Para Ahli Pelajari Varian Baru Covid-19 dari Inggris)

Gunadi mengatakan, dengan adanya mutasi ini, diduga meningkatkan transmisi antarmanusia sampai 70%. Haya saja mutasi inibelum terbukti lebih berbahayaatauganas.Termasuk memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19 “Masyarakat tidak perlu resah. tetapi, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan,” katanya.

Dia menjelaskan, dari 9 mutasi VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Sebab mutasi N501Y terletak padaReceptor Binding Domain(RBD) protein S.RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung denganreceptoruntuk menginfeksi sel manusia. (Baca Juga: Hadapi Varian Baru COVID-19, Pemerintah Harus Batasi Mobilitas Sosial)

“Untuk itu perlu peningkatkan pemeriksaan genome squencing, termasuk peralatannya. Sebab untuk memeriksa berbeda dengan pemeriksaan mengunakan PCR. Saat ini, dari sekitar 700 ribu kasus COVID-19 di Indoensia, baru 115 orang yang menjalai pemeriksaan genome squencing. Sehingga perlu peningkatkan pemeriksaan,” papar dokter bedah itu. (Baca Juga: Kisah Pilu Pemandu Lagu dengan Layanan Plus-plus yang Ingin Tobat di 2021)

Hal lain, yang harus dilakukan, yakni memeriksa warga Indonesia yang positif COVID-19, setelah berpergian dari luar negeri, khususnya dari Inggris. Ini penting, guna mengetahui apakah COVID-19 itu merupakan varian baru atau tidak. Sebab yang ditemukan varian baru COVID-19 di Singapura, karena penderita COVID-19itu,mahasiswa yangbaru pulang dari Inggris.
(nic)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content