Hampir Separuh Warga Jabar Masih Ragu Disuntik Vaksin COVID-19
Senin, 14 Desember 2020 - 16:31 WIB
BANDUNG - Jumlah warga Jabar yang masih meragukan vaksin COVID-19 masih cukup besar. Berdasarkan hasil survei, hampir separuh atau 43,8 persen warga Jabar masih ragu disuntik vaksin COVID-19.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, pihaknya menggelar survei dalam menghadapi rencana vaksinasi COVID-19. Hasilnya, kata dia, sebanyak 93 persen warga Jabar sudah mengetahui rencana vaksinasi COVID-19. "Ini artinya sosialisasi sudah berjalan baik, kami juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman media," ucapnya dalam konferensi pers Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi yang juga digelar secara virtual dari Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (14/12/2020).
Kang Emil juga menyatakan, berdasarkan hasil survei, Warga Jabar yang memutuskan ikut serta dalam vaksinasi juga cukup besar mencapai 47 persen. Adapun yang menolak vaksinasi, jumlahnya sangat kecil atau hanya sekitar 9 persen. "Yang tidak bersedia hanya 9 persen, sangat kecil. Yang belum memutuskan 43,8 persen dan yang sudah yakin 47,1 persen. Yang belum memutuskan kebanyakan karena ingin mendapatkan informasi yang lebih mendalam sebelum berkeyakinan untuk divaksin," paparnya.
Kang Emil menambahkan, berdasarkan hasil survei juga terungkap bahwa dari 100 persen responden, sebanyak 73,4 persen di antaranya menghendaki dirinya divaksin menggunakan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri. "Kita doakan vaksin lancar. Nanti jam 1 saya akan diambil tes darah terakhir di Puskesmas Garuda. Mohon doanya agar menghasilkan kesimpulan antibodi yang berlimpah di atas 90 persen, sehingga (vaksin) bisa dibagikan," tuturnya. (Baca: Habib Rizieq Ditahan dan 6 Pengawalnya Tewas, Ratusan Massa Geruduk Polres Tasikmalaya).
Kang Emil menambahkan, vaksin COVID-19 yang sudah dibeli oleh pemerintah dan telah tiba di Tanah Air yang jumlahnya mencapai 1,2 juta dosis berbeda dengan vaksin yang telah disuntikkan ke dalam tubuhnya.
Menurutnya, vaksin yang dibeli pemerintah tersebut kini tengah menunggu keputusan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum disuntikkan. "Itu berbeda dengan vaksin yang dites oleh relawan seperti saya di Biofarma. Yang satu ujuta sekian akan segera dilaksanakan (disuntikkan), prioritas nakes (tenaga kesehatan), TNI, Polri, profesi rawan dan warga di zona rawan setelah ada keputusan dari BPOM," pungkasnya.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, pihaknya menggelar survei dalam menghadapi rencana vaksinasi COVID-19. Hasilnya, kata dia, sebanyak 93 persen warga Jabar sudah mengetahui rencana vaksinasi COVID-19. "Ini artinya sosialisasi sudah berjalan baik, kami juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman media," ucapnya dalam konferensi pers Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi yang juga digelar secara virtual dari Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (14/12/2020).
Kang Emil juga menyatakan, berdasarkan hasil survei, Warga Jabar yang memutuskan ikut serta dalam vaksinasi juga cukup besar mencapai 47 persen. Adapun yang menolak vaksinasi, jumlahnya sangat kecil atau hanya sekitar 9 persen. "Yang tidak bersedia hanya 9 persen, sangat kecil. Yang belum memutuskan 43,8 persen dan yang sudah yakin 47,1 persen. Yang belum memutuskan kebanyakan karena ingin mendapatkan informasi yang lebih mendalam sebelum berkeyakinan untuk divaksin," paparnya.
Kang Emil menambahkan, berdasarkan hasil survei juga terungkap bahwa dari 100 persen responden, sebanyak 73,4 persen di antaranya menghendaki dirinya divaksin menggunakan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri. "Kita doakan vaksin lancar. Nanti jam 1 saya akan diambil tes darah terakhir di Puskesmas Garuda. Mohon doanya agar menghasilkan kesimpulan antibodi yang berlimpah di atas 90 persen, sehingga (vaksin) bisa dibagikan," tuturnya. (Baca: Habib Rizieq Ditahan dan 6 Pengawalnya Tewas, Ratusan Massa Geruduk Polres Tasikmalaya).
Kang Emil menambahkan, vaksin COVID-19 yang sudah dibeli oleh pemerintah dan telah tiba di Tanah Air yang jumlahnya mencapai 1,2 juta dosis berbeda dengan vaksin yang telah disuntikkan ke dalam tubuhnya.
Menurutnya, vaksin yang dibeli pemerintah tersebut kini tengah menunggu keputusan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum disuntikkan. "Itu berbeda dengan vaksin yang dites oleh relawan seperti saya di Biofarma. Yang satu ujuta sekian akan segera dilaksanakan (disuntikkan), prioritas nakes (tenaga kesehatan), TNI, Polri, profesi rawan dan warga di zona rawan setelah ada keputusan dari BPOM," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda