Remaja Putri Ini Nekat Kabur Usai Dengar Kata Booking Rp15 Juta
Kamis, 10 Desember 2020 - 20:45 WIB
MAKASSAR - Seorang remaja perempuan berinisial In (17) nyaris jadi korban perdagangan manusia (human tarfficking) lintas provinsi, kabur setelah berhasil menelpon kakanya untuk menjemputnya di salah satu wisma dekat Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Di wisma itulah dia diinapkan oleh perempuan Firsah bersama dua rekanya Lia dan Niken, yang menjanjikan pekerjaan sebagai pemandu lagi di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Di situ, dia mendapat perlakuan baik dan segala kebutuhannya dipenuhi oleh tiga wanita itu, bahkan dijanjikan sebuah pekerjaan dengan penghasilan tinggi. (Baca Juga: Remaja Perempuan di Makassar Nyaris Jadi Korban Perdagangan Manusia)
Firsah menawari pekerjaan sebagai pemandu lagu di luar kota. Awalnya In menolak karena stigma buruk yang lekat dengan dunia hiburan malam. “Dikasi waktu berpikir. Firsah ini bilang tugasnya bukan melayani pelanggan seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) atau dibooking begitu. Akhirnya korban ini setuju, dengan catatan, tugasnya hanya menemani menyanyi,” kata paman korban saat mendampingi ponakannya mengadukan peristiwa ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Makassar, Kamis (10/12/2020). (Baca Juga: Tangis Tiwi Pecah, Hasil Hitung Cepat Pecundangi Adik Ipar Ganjar Pranowo di Pilbup Purbalingga)
Kecurigaan korban semakin bertambah setelah dibawa ke wisma dan mendapat tambahan fasilitasi Lia, apalagi dibuatkan KTP baru tanpa diketahui oleh keluarganya. Pembuatan identitas baru untuk memudahkan pengurusan administrasi In mengurus paspor, hingga tiket pesawat ke daerah tujuan, di Dobo. Tidak lama, korban mendengar perbincangan lewat telepon diduga pria hidung belang dengan Lia.
"Ada bahasa Rp15 Juta, kalau tiba di Dobo tapi harus layani laki-laki. Di situ marah. Ini Lia bilang kenapa ko tidak mau dibooking?, ini saja baru foto sudah ditawari Rp15 Juta," imbuh paman korban. (Baca Juga: Miris, Gadis-gadis Seksi yang Masih Belia Dijual Jadi Pemuas Napsu Lelaki Hidung Belang)
Dari situlah, korban memberanikan diri kabur dan menelepon kakaknya pagi harinya sekitar pukul 08.00 Wita, dan segera menjemputnya di dekat bandara, tidak jauh dari depan toko kue, “Kabur lah di situ karena kurang pengawasan. Dijemput sama kakaknya dibawa pulang ke rumahnya. Lalu dicerikan lah masalah itu,” tuturnya.
Ketua P2TP2A Makassar Andi Tenri A Palallo menyatakan, kasus ini mengarah ke perbuatan pidana, perdagangan manusia. Khususnya yang melibatkan perempuan sebagai objeknya. “Kasus ini jelas perdagangan manusia. Dari motif cerita dan kronologis kemudian bukti yang kami terima dan keterangan korban sekaligus saksi. Apalagi keluarganya masih trauma dan kebingungan harus berbuat apa," ungkapnya. (Baca Juga: Andrei Angouw Bakal Jadi Walikota Pertama di Indonesia Beragama Konghucu)
Tenri yang juga Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar ini menerangkan, pihaknya sementara berkoordinasi dengan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Makassar untuk mengungkap kasus ini.
Lihat Juga: Parah, Tak Hanya Hamili Anak di Bawah Umur Ternyata Pengungsi Rohingya Ini Provokator Kericuhan
Di wisma itulah dia diinapkan oleh perempuan Firsah bersama dua rekanya Lia dan Niken, yang menjanjikan pekerjaan sebagai pemandu lagi di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Di situ, dia mendapat perlakuan baik dan segala kebutuhannya dipenuhi oleh tiga wanita itu, bahkan dijanjikan sebuah pekerjaan dengan penghasilan tinggi. (Baca Juga: Remaja Perempuan di Makassar Nyaris Jadi Korban Perdagangan Manusia)
Firsah menawari pekerjaan sebagai pemandu lagu di luar kota. Awalnya In menolak karena stigma buruk yang lekat dengan dunia hiburan malam. “Dikasi waktu berpikir. Firsah ini bilang tugasnya bukan melayani pelanggan seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) atau dibooking begitu. Akhirnya korban ini setuju, dengan catatan, tugasnya hanya menemani menyanyi,” kata paman korban saat mendampingi ponakannya mengadukan peristiwa ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Makassar, Kamis (10/12/2020). (Baca Juga: Tangis Tiwi Pecah, Hasil Hitung Cepat Pecundangi Adik Ipar Ganjar Pranowo di Pilbup Purbalingga)
Kecurigaan korban semakin bertambah setelah dibawa ke wisma dan mendapat tambahan fasilitasi Lia, apalagi dibuatkan KTP baru tanpa diketahui oleh keluarganya. Pembuatan identitas baru untuk memudahkan pengurusan administrasi In mengurus paspor, hingga tiket pesawat ke daerah tujuan, di Dobo. Tidak lama, korban mendengar perbincangan lewat telepon diduga pria hidung belang dengan Lia.
"Ada bahasa Rp15 Juta, kalau tiba di Dobo tapi harus layani laki-laki. Di situ marah. Ini Lia bilang kenapa ko tidak mau dibooking?, ini saja baru foto sudah ditawari Rp15 Juta," imbuh paman korban. (Baca Juga: Miris, Gadis-gadis Seksi yang Masih Belia Dijual Jadi Pemuas Napsu Lelaki Hidung Belang)
Dari situlah, korban memberanikan diri kabur dan menelepon kakaknya pagi harinya sekitar pukul 08.00 Wita, dan segera menjemputnya di dekat bandara, tidak jauh dari depan toko kue, “Kabur lah di situ karena kurang pengawasan. Dijemput sama kakaknya dibawa pulang ke rumahnya. Lalu dicerikan lah masalah itu,” tuturnya.
Ketua P2TP2A Makassar Andi Tenri A Palallo menyatakan, kasus ini mengarah ke perbuatan pidana, perdagangan manusia. Khususnya yang melibatkan perempuan sebagai objeknya. “Kasus ini jelas perdagangan manusia. Dari motif cerita dan kronologis kemudian bukti yang kami terima dan keterangan korban sekaligus saksi. Apalagi keluarganya masih trauma dan kebingungan harus berbuat apa," ungkapnya. (Baca Juga: Andrei Angouw Bakal Jadi Walikota Pertama di Indonesia Beragama Konghucu)
Tenri yang juga Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar ini menerangkan, pihaknya sementara berkoordinasi dengan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Makassar untuk mengungkap kasus ini.
Lihat Juga: Parah, Tak Hanya Hamili Anak di Bawah Umur Ternyata Pengungsi Rohingya Ini Provokator Kericuhan
(nic)
tulis komentar anda