KH Abdul Latif Madjid, Imam Besar Salawat Wahidiyah Kediri Wafat
Senin, 23 November 2020 - 11:34 WIB
KEDIRI - Pengasuh Perjuangan Salawat Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, Bandar Lor, Mojoroto, Kota Kediri , Jawa Timur, KH Abdul Latif Madjid tutup usia. Kabar meninggalnya tokoh salawat Wahidiyah yang biasa dipanggil Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid dibenarkan oleh Ketua PCNU Kota Kediri KH Abu Bakar atau Gus AB.
"Inalillahi wainailaihi rojiun. Iya benar (meninggal dunia)," ujar Gus AB kepada wartawan, Senin (23/11/2020). Meninggalnya Kiai Abdul Latif cukup mengejutkan. Terutama bagi para pengamal salawat Wahidiyah. Sebab imam besar pengamal salawat Wahidiyah tersebut sebelumnya masih terlihat di acara hajat pernikahan. (Baca juga: KH Anwar Musaddad, Ulama Besar yang Kerap Merepotkan Pasukan Belanda)
"Tadi malam masih melaksanakan akad nikah di pondok," papar Gus AB. Informasi yang dihimpun, sebelum meninggal dunia, Kiai Abdul Latif sempat dilarikan ke Rumah Sakit Gambiran Kota Kediri. Hal itu terlihat dari adanya rombongan kendaraan pondok dan mobil jenazah yang meluncur dari rumah sakit menuju rumah duka. Belum diketahui penyakit penyebab meninggalnya almarhum. (Baca juga: Mengungsi dari Amukan Merapi, Warga Tlogolele Sebut "Simbah Buyut Mau Punya Gawe")
Rencananya jenazah akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di lingkungan pondok. Menurut Gus AB, almarhum dikenal sebagai pejuang yang teguh dalam mengamalkan salawat Wahidiyah. Salawat Wahidiyah merupakan salawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad yang ritualnya diucapkan dengan suara keras serta cucuran air mata.
Salawat Wahidiyah pertama kali didirikan oleh almarhum KH Abdul Madjid Ma'roef (wafat 1989), yakni ayah KH Abdul Latif Madjid. Selain pejuang salawat yang gigih, almarhum Abdul Madjid juga dikenal sebagai pejuang kemandirian ekonomi yang mumpuni. Sebut saja digelarnya mujahadah kubro salawat Wahidiyah yang selalu dihadiri ribuan pengamal salawat Wahidiyah. Acara rutin tersebut selalu berdampak positif bagi ekonomi warga sekitar pondok pesantren.
Sebagai pengasuh Ponpes Kedunglo, sosok Kiai Abdul Latif dikenal dekat dengan masyarakat. Almarhum juga begitu dihormati. "Kami ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid," kata Gus AB. Sementara dari informasi yang dihimpun proses pemakaman yang dilakukan juga tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Terutama menyangkut pembatasan jumlah pentakziah yang datang ke rumah duka. Para pentakziah yang bisa masuk diprioritaskan keluarga, santri dan warga sekitar. Hal itu mengingat santri pengamal salawat Wahidiyah berjumlah ribuan.
Kapolsek Mojoroto Kompol Sartana mengatakan, sekitar 30 personel polsek ditambah personel Polres Kediri Kota diterjunkan ke lokasi. "Pembatasan pentakziah untuk menjaga ketertiban protokol kesehatan," ujar Sartana.
"Inalillahi wainailaihi rojiun. Iya benar (meninggal dunia)," ujar Gus AB kepada wartawan, Senin (23/11/2020). Meninggalnya Kiai Abdul Latif cukup mengejutkan. Terutama bagi para pengamal salawat Wahidiyah. Sebab imam besar pengamal salawat Wahidiyah tersebut sebelumnya masih terlihat di acara hajat pernikahan. (Baca juga: KH Anwar Musaddad, Ulama Besar yang Kerap Merepotkan Pasukan Belanda)
"Tadi malam masih melaksanakan akad nikah di pondok," papar Gus AB. Informasi yang dihimpun, sebelum meninggal dunia, Kiai Abdul Latif sempat dilarikan ke Rumah Sakit Gambiran Kota Kediri. Hal itu terlihat dari adanya rombongan kendaraan pondok dan mobil jenazah yang meluncur dari rumah sakit menuju rumah duka. Belum diketahui penyakit penyebab meninggalnya almarhum. (Baca juga: Mengungsi dari Amukan Merapi, Warga Tlogolele Sebut "Simbah Buyut Mau Punya Gawe")
Rencananya jenazah akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di lingkungan pondok. Menurut Gus AB, almarhum dikenal sebagai pejuang yang teguh dalam mengamalkan salawat Wahidiyah. Salawat Wahidiyah merupakan salawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad yang ritualnya diucapkan dengan suara keras serta cucuran air mata.
Salawat Wahidiyah pertama kali didirikan oleh almarhum KH Abdul Madjid Ma'roef (wafat 1989), yakni ayah KH Abdul Latif Madjid. Selain pejuang salawat yang gigih, almarhum Abdul Madjid juga dikenal sebagai pejuang kemandirian ekonomi yang mumpuni. Sebut saja digelarnya mujahadah kubro salawat Wahidiyah yang selalu dihadiri ribuan pengamal salawat Wahidiyah. Acara rutin tersebut selalu berdampak positif bagi ekonomi warga sekitar pondok pesantren.
Sebagai pengasuh Ponpes Kedunglo, sosok Kiai Abdul Latif dikenal dekat dengan masyarakat. Almarhum juga begitu dihormati. "Kami ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid," kata Gus AB. Sementara dari informasi yang dihimpun proses pemakaman yang dilakukan juga tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Terutama menyangkut pembatasan jumlah pentakziah yang datang ke rumah duka. Para pentakziah yang bisa masuk diprioritaskan keluarga, santri dan warga sekitar. Hal itu mengingat santri pengamal salawat Wahidiyah berjumlah ribuan.
Kapolsek Mojoroto Kompol Sartana mengatakan, sekitar 30 personel polsek ditambah personel Polres Kediri Kota diterjunkan ke lokasi. "Pembatasan pentakziah untuk menjaga ketertiban protokol kesehatan," ujar Sartana.
(shf)
tulis komentar anda