Banyak OTG, Pemkot Surabaya Akan Rapid Test State Random Sampling
Minggu, 10 Mei 2020 - 20:38 WIB
SURABAYA - Meningkatnya klaster orang tanpa gejala (OTG), belum ada langkah kongkret penanganan. Bahkan, jumlah dari keseluruhan penderita COVID-19 di Surabaya sebanyak 21 persen adalah OTG.
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya yang juga Wakil Wali Kota Surabaya, Wisnu Sakti Buana menyatakan, jumlah tersebut bisa ditangani melakukan rapid test dengan metode state random sampling.
“Sehingga bisa diketahui berapa jumlah riil dari OTG. Ini bisa dilakukan Gugus Tugas Propinsi maupun kota,” kata dia, Minggu (10/5/2020).
Dia menjelaskan, dari data tersebut pula para ahli-ahli di bidang biologi, kimia, dan vaksin bisa meneliti. Apakah memang antibodi OTG bisa sebagai vaksin virus Corona.
Sebab, dikatakan WS (Sapaan Whisnu Sakti Buana), OTG tidak memperlihatkan gejala klinis. Artinya, antibodi tubuh lebih kuat dari pasien penderita positif. ”Tinggal menunggu hasil penelitian apakah OTG ini bisa menyumbangkan plasma darah sebagai serum anti COVID-19,” kata dia.
Selain itu, alasan pihaknya akan melakukan rapid test dengan metode state random sampling tersebut didasari oleh landainya kurva kasus positif korona di Kota Surabaya.
Pasangan Tri Rismaharini dalam Pilwali Surabaya 2015 itu memprediksi masih banyak kasus-kasus COVID-19 di Kota Surabaya yang tidak terdeteksi. “Karena warga Kota Surabaya banyak yang tak memiliki gejala klinis, alias memiliki vaksin dari tubuhnya sendiri atau memiliki antibodi yang kuat,” kata WS.
Patut diduga, jumlah OTG di Surabaya lebih mendominasi dari data penderita positif corona yang tengah dalam perawatan.
Sehingga, dikatakan Politisi PDIP Jatim ini diharapkan ada trobosan dalam menciptakan serum untuk penyembuhan.”Kalau seperti itu kan banyak antiserum yang bisa diciptakan untuk proses penyembuhan,” ungkap WS.
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya yang juga Wakil Wali Kota Surabaya, Wisnu Sakti Buana menyatakan, jumlah tersebut bisa ditangani melakukan rapid test dengan metode state random sampling.
“Sehingga bisa diketahui berapa jumlah riil dari OTG. Ini bisa dilakukan Gugus Tugas Propinsi maupun kota,” kata dia, Minggu (10/5/2020).
Dia menjelaskan, dari data tersebut pula para ahli-ahli di bidang biologi, kimia, dan vaksin bisa meneliti. Apakah memang antibodi OTG bisa sebagai vaksin virus Corona.
Sebab, dikatakan WS (Sapaan Whisnu Sakti Buana), OTG tidak memperlihatkan gejala klinis. Artinya, antibodi tubuh lebih kuat dari pasien penderita positif. ”Tinggal menunggu hasil penelitian apakah OTG ini bisa menyumbangkan plasma darah sebagai serum anti COVID-19,” kata dia.
Selain itu, alasan pihaknya akan melakukan rapid test dengan metode state random sampling tersebut didasari oleh landainya kurva kasus positif korona di Kota Surabaya.
Pasangan Tri Rismaharini dalam Pilwali Surabaya 2015 itu memprediksi masih banyak kasus-kasus COVID-19 di Kota Surabaya yang tidak terdeteksi. “Karena warga Kota Surabaya banyak yang tak memiliki gejala klinis, alias memiliki vaksin dari tubuhnya sendiri atau memiliki antibodi yang kuat,” kata WS.
Patut diduga, jumlah OTG di Surabaya lebih mendominasi dari data penderita positif corona yang tengah dalam perawatan.
Sehingga, dikatakan Politisi PDIP Jatim ini diharapkan ada trobosan dalam menciptakan serum untuk penyembuhan.”Kalau seperti itu kan banyak antiserum yang bisa diciptakan untuk proses penyembuhan,” ungkap WS.
(nth)
tulis komentar anda