Inovasi di Tengah Pandemi, Masker Batik Solo Sukses Tembus Eropa
Minggu, 25 Oktober 2020 - 17:30 WIB
Kemitraan tak sekedar hanya modal, namun juga pendampingan, hingga perbaikan manajemen. "Saya memilih Pertamina karena ada program program untuk mitra binaan, pelatihan, dan beragam informasi," ucapnya. Pembuatan produk juga didampingi mulai dari packaging, manajemen, keuangan, hingga mendisplay produk agar bagus.
Bahkan di tengah pandemi COVID-19, dirinya berani kembali mengajukan pinjaman modal ke Pertamina. Esti juga berharap perusahaan BUMN itu memfasilitasi virtual expo bagi mitra binaannya. Berkembangnya Griya Kain Solo yang bermitra dengan Pertamina juga memberikan manfaat bagi perajin batik, pemasok dan usaha kecil menengah (UKM) lainnya. Termasuk keluarga, karyawan, dan sekitarnya.
Menjadi mitra binaan ternyata cukup mudah. Diawali adanya undangan dari Dinas Koperasi Kota Solo. Saat itu, sejumlah BUMN diundang guna menyosialisasikan programnya. Dirinya kemudian mencoba meminjam dana dengan agunan mobil. “Ternyata mudah sekali ngisinya, lalu disurvei. Saya mengajukan karena membutuhkan modal dan pendampingan. Sebab biaya pameran dan ekspedisi semakin mahal,” lanjutnya.
Usaha yang digelutinya fokus pada batik tulis. Beragam inovasi dilakukan agar bisa mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak meninggalkan tradisional yang menjadi khas Kota Solo. Omzet pendapatan yang diperoleh semenjak menjadi mitra binaan melonjak siginifikan. Apalagi jika habis diajak mengikuti pameran, omzetnya bisa naik 4 kali lipat.
Namun ia enggan membeberkan nilai omzet yang didapatkan. Ketika pandemi COVID-19, diakui sangat memukul usaha yang dijalankan. Termasuk di bidang bisnis konveksi. Namun berkat pendampingan yang diberikan, maka penjualan secara online bisa dijalankan dan membuatnya mampu bertahan.
Selain itu juga menawarkan kepada customer customer lama. Saat pandemi, dirinya fokus membuat dan berjualan masker dari kain batik. Bahkan perajin batik yang menjadi mitranya, kini turut membantu menjualkan. Sebab kerajinan membatik kini banyak yang berhenti sementara akibat pandemi. Dalam sehari, 200-300 masker dari kain batik dapat terjual. Bahkan terkadang bisa menembus 500 masker kain baik.
Penjualan dilakukan secara online dengan harga bervariasi antara Rp5.000 hingga yang paling mahal Rp35.000 dengan bahan batik tulis dari sutra. "Kalau yang Rp5 ribu yang print, yang cat Rp7 ribu,” bebernya. Konsumen yang menjadi sasaran berasal dari kelas menengah ke atas.
Sebab saat ini, memakai masker saat pandemi bukan hanya sekedar kebutuhan. Melainkan sudah menjadi gaya hidup atau lifestyle. Bahkan masker batik produksi Griya Kain Solo mampu menembus pasar luar negeri, yakni di sejumlah negara Eropa.
Pjs Unit Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV, Marthia Mulia Asri mengatakan, terdapat 99 mitra binaan di Soloraya dengan total penyaluran bantuan mencapai Rp7 miliar selama tahun 2019-2020. Selama pandemi COVID-19, terdapat sejumlah pembinaan Pertamina kepada mitra binaannya.
"Bantuan COVID-19 yang diberikan Pertamina kepada masyarakat terdampak dengan memesan dari UMKM (usaha mikro kecil menengah) mitra binaan, seperti masker, sembako, makanan, dan APD (alat pelindung diri)," terang Marthia Mulia Asri.
Bahkan di tengah pandemi COVID-19, dirinya berani kembali mengajukan pinjaman modal ke Pertamina. Esti juga berharap perusahaan BUMN itu memfasilitasi virtual expo bagi mitra binaannya. Berkembangnya Griya Kain Solo yang bermitra dengan Pertamina juga memberikan manfaat bagi perajin batik, pemasok dan usaha kecil menengah (UKM) lainnya. Termasuk keluarga, karyawan, dan sekitarnya.
Menjadi mitra binaan ternyata cukup mudah. Diawali adanya undangan dari Dinas Koperasi Kota Solo. Saat itu, sejumlah BUMN diundang guna menyosialisasikan programnya. Dirinya kemudian mencoba meminjam dana dengan agunan mobil. “Ternyata mudah sekali ngisinya, lalu disurvei. Saya mengajukan karena membutuhkan modal dan pendampingan. Sebab biaya pameran dan ekspedisi semakin mahal,” lanjutnya.
Usaha yang digelutinya fokus pada batik tulis. Beragam inovasi dilakukan agar bisa mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak meninggalkan tradisional yang menjadi khas Kota Solo. Omzet pendapatan yang diperoleh semenjak menjadi mitra binaan melonjak siginifikan. Apalagi jika habis diajak mengikuti pameran, omzetnya bisa naik 4 kali lipat.
Namun ia enggan membeberkan nilai omzet yang didapatkan. Ketika pandemi COVID-19, diakui sangat memukul usaha yang dijalankan. Termasuk di bidang bisnis konveksi. Namun berkat pendampingan yang diberikan, maka penjualan secara online bisa dijalankan dan membuatnya mampu bertahan.
Selain itu juga menawarkan kepada customer customer lama. Saat pandemi, dirinya fokus membuat dan berjualan masker dari kain batik. Bahkan perajin batik yang menjadi mitranya, kini turut membantu menjualkan. Sebab kerajinan membatik kini banyak yang berhenti sementara akibat pandemi. Dalam sehari, 200-300 masker dari kain batik dapat terjual. Bahkan terkadang bisa menembus 500 masker kain baik.
Penjualan dilakukan secara online dengan harga bervariasi antara Rp5.000 hingga yang paling mahal Rp35.000 dengan bahan batik tulis dari sutra. "Kalau yang Rp5 ribu yang print, yang cat Rp7 ribu,” bebernya. Konsumen yang menjadi sasaran berasal dari kelas menengah ke atas.
Sebab saat ini, memakai masker saat pandemi bukan hanya sekedar kebutuhan. Melainkan sudah menjadi gaya hidup atau lifestyle. Bahkan masker batik produksi Griya Kain Solo mampu menembus pasar luar negeri, yakni di sejumlah negara Eropa.
Pjs Unit Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV, Marthia Mulia Asri mengatakan, terdapat 99 mitra binaan di Soloraya dengan total penyaluran bantuan mencapai Rp7 miliar selama tahun 2019-2020. Selama pandemi COVID-19, terdapat sejumlah pembinaan Pertamina kepada mitra binaannya.
"Bantuan COVID-19 yang diberikan Pertamina kepada masyarakat terdampak dengan memesan dari UMKM (usaha mikro kecil menengah) mitra binaan, seperti masker, sembako, makanan, dan APD (alat pelindung diri)," terang Marthia Mulia Asri.
tulis komentar anda