Inovasi di Tengah Pandemi, Masker Batik Solo Sukses Tembus Eropa

Minggu, 25 Oktober 2020 - 17:30 WIB
loading...
Inovasi di Tengah Pandemi,...
Esti Kiswondari menunjukkan masker kain batik yang diproduksi Griya Kain Solo. Foto/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Bisnis batik yang digeluti Esti Kiswondari, butuh proses panjang sebelum akhirnya berkembang pesat dan menembus pasar Eropa . Pemilik usaha Griya Kain Solo yang menjadi mitra binaan Pertamina tersebut, tetap mampu membaca peluang dengan sejumlah inovasi di tengah pandemi COVID-19.

Usaha yang dijalani Esti Kiswondari terinspirasi dari usaha ibu mertuanya yang berjualan kain di Pasar Gede Solo. Dirinya kala itu turut membantu berjualan dan melihat usaha yang dijalankan masih konvensional dan tak ada catatan keuangan. Keuntungan yang didapatkan juga sangat tipis hanya sekitar Rp25. (Baca juga: Majukan UKM, Kapolda Kalsel Wajibkan Anggota Kenakan Batik Sasirangan Setiap Jumat)

"Dari situ saya melihat batik dan kerajinan di Solo memiliki peluang yang luar biasa," kata Esti Kiswondari saat ditemui di Griya Kain Solo yang beralamatkan di Jalan Moyo, Nomor 6 Kampung Baru, RT 04 RW 02, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah (Baca juga: Pesan Protokol Kesehatan Melalui Karya Batik Corona)

Kebakaran Pasar Gede Solo tahun 2000 lalu memberikan hikmah tersendiri baginya. Ketika menempati kios darurat sembari menunggu pasar selesai diperbaiki, ia mulai kenal dengan penjualan kain, dan batik di Beteng. "Saya mulai banyak kenal, dan mencoba bawa dulu," terangnya. Saat menempati pasar darurat kala itu, para pedagang membentuk organisasi hingga banyak kenal kawan dan peluang. Termasuk Dinas Koperasi dan Perdagangan yang kemudian mengajak pameran lokal.

Kala itu ada anggaran Rp5 juta dari APBD dan dirinya nekat pinjam agar bisa ikut pameran di Yogyakarta. Tahun 2005 lalu, ia sebenarnya sudah kenal dengan Pertamina namun masih takut untuk menjadi mitra binaan. Dari modal Rp5 juta, usaha yang dijalani terus meningkat dan bisa memproduksi baju sendiri dan mengenal para perajin batik. Baru ketika membutuhkan modal besar, tahun 2017 suaminya mengajukan pinjaman ke Pertamina.
Pengajuan kredit Rp50 juta karena agunannya hanya mobil.

"Mobil itu kami beli dari hasil menyimpan keuntungan setiap pameran," paparnya. Dari situ, usahanya juga menjadi mitra binaan Pertamina. Selama menjadi mitra binaan sampai kini, Pertamina memfasilitasi agar untuk ikut pameran ke berbagai tempat. Selain diajak pameran dan mendapat pinjaman modal, keuntungan yang diraih adalah mendapat networking antar mitra binaan Pertamina.

Saat COVID-19, dirinya juga mendapat pelatihan dan sosialisasi untuk marketplace penjualan secara online yang linknya ke BUMN. Selain itu juga dibantu untuk foto produk, membuat foto yang bagus. Ia banyak mendapat pengetahuan baru mengenai bisnis secara online yang sampai kini dipakai. Yang paling terasa adalah mendapatkan jaringan pasar, mendapat customer baru.

Kemitraan tak sekedar hanya modal, namun juga pendampingan, hingga perbaikan manajemen. "Saya memilih Pertamina karena ada program program untuk mitra binaan, pelatihan, dan beragam informasi," ucapnya. Pembuatan produk juga didampingi mulai dari packaging, manajemen, keuangan, hingga mendisplay produk agar bagus.

Bahkan di tengah pandemi COVID-19, dirinya berani kembali mengajukan pinjaman modal ke Pertamina. Esti juga berharap perusahaan BUMN itu memfasilitasi virtual expo bagi mitra binaannya. Berkembangnya Griya Kain Solo yang bermitra dengan Pertamina juga memberikan manfaat bagi perajin batik, pemasok dan usaha kecil menengah (UKM) lainnya. Termasuk keluarga, karyawan, dan sekitarnya.

Menjadi mitra binaan ternyata cukup mudah. Diawali adanya undangan dari Dinas Koperasi Kota Solo. Saat itu, sejumlah BUMN diundang guna menyosialisasikan programnya. Dirinya kemudian mencoba meminjam dana dengan agunan mobil. “Ternyata mudah sekali ngisinya, lalu disurvei. Saya mengajukan karena membutuhkan modal dan pendampingan. Sebab biaya pameran dan ekspedisi semakin mahal,” lanjutnya.

Usaha yang digelutinya fokus pada batik tulis. Beragam inovasi dilakukan agar bisa mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak meninggalkan tradisional yang menjadi khas Kota Solo. Omzet pendapatan yang diperoleh semenjak menjadi mitra binaan melonjak siginifikan. Apalagi jika habis diajak mengikuti pameran, omzetnya bisa naik 4 kali lipat.

Namun ia enggan membeberkan nilai omzet yang didapatkan. Ketika pandemi COVID-19, diakui sangat memukul usaha yang dijalankan. Termasuk di bidang bisnis konveksi. Namun berkat pendampingan yang diberikan, maka penjualan secara online bisa dijalankan dan membuatnya mampu bertahan.

Selain itu juga menawarkan kepada customer customer lama. Saat pandemi, dirinya fokus membuat dan berjualan masker dari kain batik. Bahkan perajin batik yang menjadi mitranya, kini turut membantu menjualkan. Sebab kerajinan membatik kini banyak yang berhenti sementara akibat pandemi. Dalam sehari, 200-300 masker dari kain batik dapat terjual. Bahkan terkadang bisa menembus 500 masker kain baik.

Penjualan dilakukan secara online dengan harga bervariasi antara Rp5.000 hingga yang paling mahal Rp35.000 dengan bahan batik tulis dari sutra. "Kalau yang Rp5 ribu yang print, yang cat Rp7 ribu,” bebernya. Konsumen yang menjadi sasaran berasal dari kelas menengah ke atas.

Sebab saat ini, memakai masker saat pandemi bukan hanya sekedar kebutuhan. Melainkan sudah menjadi gaya hidup atau lifestyle. Bahkan masker batik produksi Griya Kain Solo mampu menembus pasar luar negeri, yakni di sejumlah negara Eropa.

Pjs Unit Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV, Marthia Mulia Asri mengatakan, terdapat 99 mitra binaan di Soloraya dengan total penyaluran bantuan mencapai Rp7 miliar selama tahun 2019-2020. Selama pandemi COVID-19, terdapat sejumlah pembinaan Pertamina kepada mitra binaannya.

"Bantuan COVID-19 yang diberikan Pertamina kepada masyarakat terdampak dengan memesan dari UMKM (usaha mikro kecil menengah) mitra binaan, seperti masker, sembako, makanan, dan APD (alat pelindung diri)," terang Marthia Mulia Asri.

Selain itu, juga digelar Pertamina SMEXPO yang diselenggarakan 9-11 September 2020 sebagai pameran virtual terbesar menghadirkan lebih dari 1.200 produk. Kemudian peningkatan kapasitas dan pelatihan UMKM berbasis berbasis online, seperti pemasaran online menggunakan sosial media, memfasilitasi foto produk, dan membuat katalog produk. "Juga pelatihan teknik foto produk, baik yang diselenggarakan oleh Pertamina MOR IV, maupun Pertamina pusat, dan rumah BUMN se-Indonesia," imbuhnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1183 seconds (0.1#10.140)