Prajurit Belanda Terdiam, Atas Kuasa Alloh, Kiai Marogan Tunjukkan Ada Ikan Dalam Buah Kelapa
Sabtu, 03 Oktober 2020 - 05:01 WIB
Serta-merta prajurit itu pandangannya mengarah keluar mesjid, ”Apakah kelapa itu juga ada ikanya?,” kembali prajutit itu menunjukan pada sebuah pohon kelapa yang ada di luar.
Ki Marogan berserta dengan para jamaahnya menuju keluar, untuk membuktikan kekuasaan Allah tersebut.
Maka, diperintahkanlah seorang murid Ki Marogan memanjat pohon kelapa. Buah kelapa diletakkan di hadapan Ki Marogan, disaksikan oleh para jamaah lainya yang hadir pada saat itu.
Sehingga pada waktu itu, dipersilahkan oleh Ki Marogan pada prajurit Belanda sendiri untuk membuktikan kebesaran Allah pada penciptanya.
Prajurit Belanda itu segera memotong kelapa yang ada di hadapannya. Setelah buah kelapa dibelah, muncullah seekor ikan seluang. Prajurit Belanda tersebut terdiam, mulutnya menganga tak bisa bicara. Sejak saat itu, sekitar masjid Ki Marogan banyak terdapat ikan seluang.
Saat Ki Marogan dilahirkan, kesultanan Palembang sedang dalam perperangan sengit melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ki Marogan dilahirkan Perawati yang keturunan Cina dan ayahnya Masagus H Mahmud alias Kanang keturunan ningrat.
Dari surat panjang hasil keputusan Mahkamah Agama Saudi Arabia, diketahui silsilah keturunan Masagus H Mahmud berasal dari sultan-sultan Palembang yang bernama susuhunan Abdurrahman Candi Walang.
Kiai Marogan (Mgs H Abdul Hamid) dan saudaranya Mgs H Abdul Aziz terlahir dari perkawinan orangtuanya (Ayah) yang bernama Mgs. H. Mahmud dan (ibu) Perawati (keturunan Cina) adapun saudaranya yang lain (Lain Ibu) bernama Msy.Khadijah dan Msy. Hamidah.
Kiai Marogan hanya memiliki seorang adik yang bernama Masagus KH. Abdul Aziz, yang juga menjadi seorang ulama dengan sebutan Kiai Mudo. Sebutan ini dikarenakan ia lebih muda dari Kiai Marogan. Kiai Mudo lebih dikenal di daerah Muara Enim seperti Gumay, Kertomulyo, Betung, Sukarame, Gelumbang, Lembak dan sekitarnya.
Kiai Marogan tercatat pernah belajar ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, hadits dan tasawuf. Hal ini dapat diperoleh dari isnad-isnad yang ditulis oleh Syekh Yasin al-Fadani, mudir (pimpinan) Madrasah Darul Ulum Makah.
Ki Marogan berserta dengan para jamaahnya menuju keluar, untuk membuktikan kekuasaan Allah tersebut.
Maka, diperintahkanlah seorang murid Ki Marogan memanjat pohon kelapa. Buah kelapa diletakkan di hadapan Ki Marogan, disaksikan oleh para jamaah lainya yang hadir pada saat itu.
Sehingga pada waktu itu, dipersilahkan oleh Ki Marogan pada prajurit Belanda sendiri untuk membuktikan kebesaran Allah pada penciptanya.
Prajurit Belanda itu segera memotong kelapa yang ada di hadapannya. Setelah buah kelapa dibelah, muncullah seekor ikan seluang. Prajurit Belanda tersebut terdiam, mulutnya menganga tak bisa bicara. Sejak saat itu, sekitar masjid Ki Marogan banyak terdapat ikan seluang.
Saat Ki Marogan dilahirkan, kesultanan Palembang sedang dalam perperangan sengit melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ki Marogan dilahirkan Perawati yang keturunan Cina dan ayahnya Masagus H Mahmud alias Kanang keturunan ningrat.
Dari surat panjang hasil keputusan Mahkamah Agama Saudi Arabia, diketahui silsilah keturunan Masagus H Mahmud berasal dari sultan-sultan Palembang yang bernama susuhunan Abdurrahman Candi Walang.
Kiai Marogan (Mgs H Abdul Hamid) dan saudaranya Mgs H Abdul Aziz terlahir dari perkawinan orangtuanya (Ayah) yang bernama Mgs. H. Mahmud dan (ibu) Perawati (keturunan Cina) adapun saudaranya yang lain (Lain Ibu) bernama Msy.Khadijah dan Msy. Hamidah.
Kiai Marogan hanya memiliki seorang adik yang bernama Masagus KH. Abdul Aziz, yang juga menjadi seorang ulama dengan sebutan Kiai Mudo. Sebutan ini dikarenakan ia lebih muda dari Kiai Marogan. Kiai Mudo lebih dikenal di daerah Muara Enim seperti Gumay, Kertomulyo, Betung, Sukarame, Gelumbang, Lembak dan sekitarnya.
Kiai Marogan tercatat pernah belajar ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, hadits dan tasawuf. Hal ini dapat diperoleh dari isnad-isnad yang ditulis oleh Syekh Yasin al-Fadani, mudir (pimpinan) Madrasah Darul Ulum Makah.
tulis komentar anda