Prajurit Belanda Terdiam, Atas Kuasa Alloh, Kiai Marogan Tunjukkan Ada Ikan Dalam Buah Kelapa

Sabtu, 03 Oktober 2020 - 05:01 WIB
loading...
Prajurit Belanda Terdiam,...
Masjid Ki Marogan.Foto/Palembang Tourism
A A A
BAGI masyarakat Palembang, Sumatera Selatan, kiai Marogan atau yang lebih dikenal warga Palembang sebagai Ki Marogan adalah ulama karismatik yang memiliki karomah luar biasa. Hingga kini, cerita tentang karomah ulama bernama asli Masagus H Abdul Hamid bin Masagus H Mahmud terus dirawat oleh masyarakat Palembang dan sekitarnya.

(Baca juga: Kisah Pertarungan Sengit Santri Tebu Ireng Melawan Dukun Sakti Kebo Ireng)

Salah satu karomah Ki Marogan yang sangat terkenal adalah tentang ikan seluang (ikan kecil yang hidup di sungai Musi) yang ada di dalam buah kelapa.

(Baca juga: Misteri Pertarungan Surontanu Lawan Joko Tulus, Dua Murid Pesantren Berbeda Jalan)

Ceritanya, pada tahun 1911 Pada saat itu, Ki Marogan sedang berceramah di Mesjid Ki Muara Ogan Kertapati. Suara beliau terdengar dengan sangat lantang, ”Bumi berserta isinya adalah milik Allah,”. Semua jamaah mendengarkan dengan khusyuk, termasuk prajurit Belanda yang mengawasi kegiatan Ki Marogan.

Kembali terdengar apa yang disampaikan Ki Marogan pada jamaah, ”Kekuasaan Allah itu adalah maha besar, jika ia berkata jadi maka jadilah ia,”. Penuh perhatian sekali jamaah menyimaknya, sehingga kembali terdengar seruannya, ”Allah mengetahui apa-apa yang tidak di ketahui oleh manusia,”

Seorang hadirin bertanya,”Guru, apa misalnya kekuasaan Allah yang tidak mungkin di ketahui oleh manusia itu ?

“Begini,” kata Ki Marogan sambil ia berdiri dihadapan para jamaahnya. ”Misalnya tiap-tiap ada air didalamnya selalu akan ada ikannya,”. Mendengar itu, spontan seorang prajurit Belanda yang tengah mengawasi Ki Marogan tiba-tiba berkata,”Bagaimana dengan air kelapa, apakah ada juga ikannya?,”

“Insya Allah jika Allah menghendaki maka ikan itu akan ada,” tegas Ki Marogan sembari mulut tetap berkomat- kamit menyebut nama Allah.

Serta-merta prajurit itu pandangannya mengarah keluar mesjid, ”Apakah kelapa itu juga ada ikanya?,” kembali prajutit itu menunjukan pada sebuah pohon kelapa yang ada di luar.

Ki Marogan berserta dengan para jamaahnya menuju keluar, untuk membuktikan kekuasaan Allah tersebut.

Maka, diperintahkanlah seorang murid Ki Marogan memanjat pohon kelapa. Buah kelapa diletakkan di hadapan Ki Marogan, disaksikan oleh para jamaah lainya yang hadir pada saat itu.

Sehingga pada waktu itu, dipersilahkan oleh Ki Marogan pada prajurit Belanda sendiri untuk membuktikan kebesaran Allah pada penciptanya.

Prajurit Belanda itu segera memotong kelapa yang ada di hadapannya. Setelah buah kelapa dibelah, muncullah seekor ikan seluang. Prajurit Belanda tersebut terdiam, mulutnya menganga tak bisa bicara. Sejak saat itu, sekitar masjid Ki Marogan banyak terdapat ikan seluang.

Saat Ki Marogan dilahirkan, kesultanan Palembang sedang dalam perperangan sengit melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ki Marogan dilahirkan Perawati yang keturunan Cina dan ayahnya Masagus H Mahmud alias Kanang keturunan ningrat.

Dari surat panjang hasil keputusan Mahkamah Agama Saudi Arabia, diketahui silsilah keturunan Masagus H Mahmud berasal dari sultan-sultan Palembang yang bernama susuhunan Abdurrahman Candi Walang.

Kiai Marogan (Mgs H Abdul Hamid) dan saudaranya Mgs H Abdul Aziz terlahir dari perkawinan orangtuanya (Ayah) yang bernama Mgs. H. Mahmud dan (ibu) Perawati (keturunan Cina) adapun saudaranya yang lain (Lain Ibu) bernama Msy.Khadijah dan Msy. Hamidah.

Kiai Marogan hanya memiliki seorang adik yang bernama Masagus KH. Abdul Aziz, yang juga menjadi seorang ulama dengan sebutan Kiai Mudo. Sebutan ini dikarenakan ia lebih muda dari Kiai Marogan. Kiai Mudo lebih dikenal di daerah Muara Enim seperti Gumay, Kertomulyo, Betung, Sukarame, Gelumbang, Lembak dan sekitarnya.

Kiai Marogan tercatat pernah belajar ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, hadits dan tasawuf. Hal ini dapat diperoleh dari isnad-isnad yang ditulis oleh Syekh Yasin al-Fadani, mudir (pimpinan) Madrasah Darul Ulum Makah.

Dasar-dasar pendidikan agamanya diberikan oleh ayahnya sendiri, Ki. Mgs. H. Mahmud Kanang yang juga sebagai sufi kelana dan wafat di Kota Aden –Yaman, yang makamnya terkenal dengan nama “Kubah al-Jawi”.

Banyak ajaran Kiai Marogan yang masih melekat di sebagian penduduk Palembang, di antaranya adalah sebuah dzikir: “La ilaha Illallahul Malikul Haqqul Mubin Muhammadur Rasulullah Shadiqul Wa’dul Amin”,
yang artinya “Tiada Tuhan Selain Allah, Raja Yang Benar dan Nyata, Muhammad adalah Rasulullah Yang Jujur dan Amanah.”

Dzikir yang diamalkan oleh Kiai Marogan di atas, ternyata sumbernya di dalam hadits. Dari Sayyidina Ali Ra Karramallahu wajhahu berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa setiap hari membaca 100 x Lailahaillah al-Maliku al-Haqqu al-Mubin, maka ia akan aman dari kefakiran, jadi kaya, tenang di alam kubur, dan mengetuk pintu surga."

Amalan zikir ini dibaca oleh Kiai Marogan dan murid-muridnya dalam perjalanan di atas perahu. Sambil mengayuh perahu, beliau menyuruh murid-muridnya mengucapkan zikir tersebut berulang-ulang sepanjang perjalanan dengan suara lantang. Zikir ini dapat menjadi tanda dan ciri khas penduduk apabila ingin mengetahui Kiai Marogan melewati daerahnya. (Diolah dari berbagai sumber)
(zil)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3997 seconds (0.1#10.140)