Sepi Tangkapan, Nelayan Rembang Melaut ke Perairan Jepara
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 19:10 WIB
REMBANG - Puluhan nelayan di Desa Tunggulsari, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang memilih merantau ke perairan Jepara, karena perairan di pesisir pantai utara Rembang dianggap kurang menjanjikan dari sisi penghasilan.
Ahmad Zaini, Kasi Kesra Desa Tunggulsari Kecamatan Kaliori, mengakui ada sekitar 50-an orang warganya yang kini merantau ke perairan Jepara. Di sana mereka mencari ikan teri ceples atau glagah, yang laku sampai Rp500 ribu setiap basket.(Baca juga : Hilang 2 Tahun, Perempuan Ini Ditemukan Hidup Mengapung di Laut )
Kondisi tersebut mampu menyambung ekonomi keluarga, di tengah hantaman badai pandemi COVID-19. Hal itu menjadi alternatif, setelah hasil tangkapan teri nasi maupun rajungan di Pantai Rembang semakin tidak menentu.
“Ekonomi di sini sulit, kadang ada, kadang nggak. Lha wong ngupas rajungan saja barangnya ambil dari Surabaya. Makanya banyak nelayan sini menjadi perantauan atau jadi kaum boro ke Jepara, biar bisa menafkahi anak isteri, “ ungkapnya Jumat (2/10/2020) siang.
Zaini menambahkan nelayan berangkat membawa perahu berukuran kecil dari Desa Tunggulsari pukul 22.00 WIB, tiba di Jepara sekitar pukul 5.00 WIB pagi hari.
“Perjalanan ke sana butuh solar 40 an liter. Tiap perahu diisi 5 – 6 orang. Nggak semua tertarik ke Jepara, sebagian nelayan masih bertahan di sini, “ imbuhnya.
Menurutnya, nelayan tinggal di Jepara bervariasi, antara dua minggu atau bahkan sampai 20 hari. Tempat tinggal maupun konsumsi difasilitasi oleh bakul-bakul ikan. Di kala kangen kampung halaman, mereka pulang ke Tunggulsari, memanfaatkan sarana transportasi darat, sedangkan perahu untuk sementara ditinggal di Jepara. Selang beberapa hari, balik lagi ke Jepara.
“Nelayan taunya berdasarkan siklus. Kalau bulan September ke atas, biasanya di perairan Jepara banyak teri glagah, angin di sana agak teduh, “ kata Zaini.(Baca juga : Zona Hijau, Pariwisata Pulau Karimunjawa Siap Hadapi New Normal )
Saat menjelang musim angin baratan yang kerap terjadi cuaca buruk, biasanya perahu-perahu nelayan sudah dibawa pulang kembali menuju Desa Tunggulsari.
Ahmad Zaini, Kasi Kesra Desa Tunggulsari Kecamatan Kaliori, mengakui ada sekitar 50-an orang warganya yang kini merantau ke perairan Jepara. Di sana mereka mencari ikan teri ceples atau glagah, yang laku sampai Rp500 ribu setiap basket.(Baca juga : Hilang 2 Tahun, Perempuan Ini Ditemukan Hidup Mengapung di Laut )
Kondisi tersebut mampu menyambung ekonomi keluarga, di tengah hantaman badai pandemi COVID-19. Hal itu menjadi alternatif, setelah hasil tangkapan teri nasi maupun rajungan di Pantai Rembang semakin tidak menentu.
“Ekonomi di sini sulit, kadang ada, kadang nggak. Lha wong ngupas rajungan saja barangnya ambil dari Surabaya. Makanya banyak nelayan sini menjadi perantauan atau jadi kaum boro ke Jepara, biar bisa menafkahi anak isteri, “ ungkapnya Jumat (2/10/2020) siang.
Zaini menambahkan nelayan berangkat membawa perahu berukuran kecil dari Desa Tunggulsari pukul 22.00 WIB, tiba di Jepara sekitar pukul 5.00 WIB pagi hari.
“Perjalanan ke sana butuh solar 40 an liter. Tiap perahu diisi 5 – 6 orang. Nggak semua tertarik ke Jepara, sebagian nelayan masih bertahan di sini, “ imbuhnya.
Menurutnya, nelayan tinggal di Jepara bervariasi, antara dua minggu atau bahkan sampai 20 hari. Tempat tinggal maupun konsumsi difasilitasi oleh bakul-bakul ikan. Di kala kangen kampung halaman, mereka pulang ke Tunggulsari, memanfaatkan sarana transportasi darat, sedangkan perahu untuk sementara ditinggal di Jepara. Selang beberapa hari, balik lagi ke Jepara.
“Nelayan taunya berdasarkan siklus. Kalau bulan September ke atas, biasanya di perairan Jepara banyak teri glagah, angin di sana agak teduh, “ kata Zaini.(Baca juga : Zona Hijau, Pariwisata Pulau Karimunjawa Siap Hadapi New Normal )
Saat menjelang musim angin baratan yang kerap terjadi cuaca buruk, biasanya perahu-perahu nelayan sudah dibawa pulang kembali menuju Desa Tunggulsari.
(nun)
tulis komentar anda