Kisah Pertarungan Sengit Santri Tebu Ireng Melawan Dukun Sakti Kebo Ireng
Minggu, 27 September 2020 - 04:57 WIB
Dalam penyerangan tersebut, sepertinya Belanda bukan hanya ingin menangkap KH Hasyim, tapi juga membunuhnya. Namun berkat kesigapan para santri, KH Hasyim berhasil dibawa kabur keluar pesantren saat penyerangan oleh Belanda.
Pesantren yang dibangun dengan susah payah itu akhirnya rata di bakar oleh Belanda. Beberapa santri yang sempat memberikan perlawanan diperintahkan untuk mundur karena tidak mungkin mampu melawan senjata api.
Tidak butuh waktu lama, kabar peristiwa pembakaran Pondok Pesantren Tebu Ireng oleh Belanda menyebar ke seluruh Jawa dan Madura.
Berita besar-besaran tentang penyerangan ini diliput surat kabar yang beredar di Surabaya, Semarang, Batavia, Bandung dan Malang, menimbulkan simpati dan dukungan yang begitu besar terhadap KH Hasyim Asy’ari. (Baca: Misteri Pertarungan Surontanu Lawan Joko Tulus, Dua Murid Pesantren Berbeda Jalan).
Hal ini tidak terlepas dari Serikat Islam yang pada Januari 1913 mulai menerbitkan harian Oetoesan Hindia sebagai organ resminya.
Hanya dalam dua puluh hari setelah penyerangan, hampir seribu simpatisan datang dan mengirimkan bahan bangunan, uang, makanan serta tenaga untuk mendirikan kembali bangunan Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Dukungan masyarakat yang meluas ke seantero Jawa serta tekanan dari Parlemen di negeri Belanda atas tindakan sewenang-wenang di tanah koloni, membuat aparat Belanda di Dusun Cukir tidak berkutik. Hal inilah yang menyelamatkan Hasyim Asy’ari dan pesantrennya.
Sumber:
Buku Guru Sejati Hasyim Asy'ari, penulis Masyamsul Huda, penerbit Pustaka Inspira
Diolah dari berbagai sumber
Pesantren yang dibangun dengan susah payah itu akhirnya rata di bakar oleh Belanda. Beberapa santri yang sempat memberikan perlawanan diperintahkan untuk mundur karena tidak mungkin mampu melawan senjata api.
Tidak butuh waktu lama, kabar peristiwa pembakaran Pondok Pesantren Tebu Ireng oleh Belanda menyebar ke seluruh Jawa dan Madura.
Berita besar-besaran tentang penyerangan ini diliput surat kabar yang beredar di Surabaya, Semarang, Batavia, Bandung dan Malang, menimbulkan simpati dan dukungan yang begitu besar terhadap KH Hasyim Asy’ari. (Baca: Misteri Pertarungan Surontanu Lawan Joko Tulus, Dua Murid Pesantren Berbeda Jalan).
Hal ini tidak terlepas dari Serikat Islam yang pada Januari 1913 mulai menerbitkan harian Oetoesan Hindia sebagai organ resminya.
Hanya dalam dua puluh hari setelah penyerangan, hampir seribu simpatisan datang dan mengirimkan bahan bangunan, uang, makanan serta tenaga untuk mendirikan kembali bangunan Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Dukungan masyarakat yang meluas ke seantero Jawa serta tekanan dari Parlemen di negeri Belanda atas tindakan sewenang-wenang di tanah koloni, membuat aparat Belanda di Dusun Cukir tidak berkutik. Hal inilah yang menyelamatkan Hasyim Asy’ari dan pesantrennya.
Sumber:
Buku Guru Sejati Hasyim Asy'ari, penulis Masyamsul Huda, penerbit Pustaka Inspira
Diolah dari berbagai sumber
Lihat Juga :
tulis komentar anda