Mabar Milenial Terselip Gerakan Radikal
Senin, 14 September 2020 - 13:05 WIB
Pada tahapan game online saja, mereka akan melihat dan mempelajari terlebih dahulu. Biasanya diawali dengan narasi ringan biar tidak ada kecurigaan. Setelah berhasil, mereka melanjutkan dengan propaganda ideologi. "Dibuat kepikiran, setelah itu baru dibuatkan narasi perlawanan," imbuhnya.
Narasi-narasi perlawanan itu dibangun untuk memperkuat kembali jejaring mereka di berbagai daerah. Dimensi ruang digital tanpa batas memudahkan jejaring mereka untuk terus menambah sasaran. (Baca juga: 18 Anak Terjaring Operasi Konten Pornografi di Warkop )
Kasi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Letkol Setyo Pranowo menuturkan, banyak cara yang dilakukan kelompok radikal untuk bisa melakukan rekrutmen baru di berbagai tempat. Salah satunya dengan masuk ke ruang-ruang yang disukai para milenial.
Kelompok radikal juga ikut bermain game online serta menyesuaikan diri dengan kebiasaan kelompok muda. Mereka juga menyasar kelompok muda yang rentan serta belum mengetahui secara pasti maksud dan tujuan hidup mereka. ”Sasaran empuk mereka adalah kelompok rentan dan mereka yang baru belajar agama,” jelasnya.
Kondisi itu, katanya, dimanfaatkan betul oleh kelompok radikal untuk menanamkan benih dari serangkaian aksi terorisme sebagai bagian dari agama. Makanya para remaja yang galau menjadi mangsa empuk bagi mereka. Sebab, pikiran dan fokusnya labil.
Dalam situasi ini, pihaknya berharap betul kelompok mileniel maupun generasi alpha lebih kritis. Mereka harus memperkaya literasi yang bisa menjadi benteng dari hasutan serta serangan ideologi radikal lewat ruang-ruang digital.
"Literasi harus kuat dan belajar agama yang benar tentunya. Ini bisa menjadi cara untuk mencegah mereka terpapar paham radikal," katanya.
Tiap tahun, kelompok radikal selalu tak lagi sama dengan sebelumnya. Mereka mengubah berbagai perwajahan, lebih muda dan klemis. Mereka juga lebih milenial dan kekinian dalam berbagai cara yang dilakukan.
Eks napiter tiga zaman Saifuddin Umar alias Abu Fida mengatakan, gerakan radikal saat ini menyasar banyak kelompok milenial yang dianggap potensial saat ini. Tren hijrah pun terus didengungkan untuk bisa membangun sebuah narasi bagi kelompok milenial supaya mau melirik serta ikut dalam nafas yang sama.
"Gerakan seperti ini memang paling mudah dilakukan lewat internet. Sasarannya banyak serta lebih leluasa dalam upaya agitasinya," jelasnya.
Narasi-narasi perlawanan itu dibangun untuk memperkuat kembali jejaring mereka di berbagai daerah. Dimensi ruang digital tanpa batas memudahkan jejaring mereka untuk terus menambah sasaran. (Baca juga: 18 Anak Terjaring Operasi Konten Pornografi di Warkop )
Kasi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Letkol Setyo Pranowo menuturkan, banyak cara yang dilakukan kelompok radikal untuk bisa melakukan rekrutmen baru di berbagai tempat. Salah satunya dengan masuk ke ruang-ruang yang disukai para milenial.
Kelompok radikal juga ikut bermain game online serta menyesuaikan diri dengan kebiasaan kelompok muda. Mereka juga menyasar kelompok muda yang rentan serta belum mengetahui secara pasti maksud dan tujuan hidup mereka. ”Sasaran empuk mereka adalah kelompok rentan dan mereka yang baru belajar agama,” jelasnya.
Kondisi itu, katanya, dimanfaatkan betul oleh kelompok radikal untuk menanamkan benih dari serangkaian aksi terorisme sebagai bagian dari agama. Makanya para remaja yang galau menjadi mangsa empuk bagi mereka. Sebab, pikiran dan fokusnya labil.
Dalam situasi ini, pihaknya berharap betul kelompok mileniel maupun generasi alpha lebih kritis. Mereka harus memperkaya literasi yang bisa menjadi benteng dari hasutan serta serangan ideologi radikal lewat ruang-ruang digital.
"Literasi harus kuat dan belajar agama yang benar tentunya. Ini bisa menjadi cara untuk mencegah mereka terpapar paham radikal," katanya.
Tiap tahun, kelompok radikal selalu tak lagi sama dengan sebelumnya. Mereka mengubah berbagai perwajahan, lebih muda dan klemis. Mereka juga lebih milenial dan kekinian dalam berbagai cara yang dilakukan.
Eks napiter tiga zaman Saifuddin Umar alias Abu Fida mengatakan, gerakan radikal saat ini menyasar banyak kelompok milenial yang dianggap potensial saat ini. Tren hijrah pun terus didengungkan untuk bisa membangun sebuah narasi bagi kelompok milenial supaya mau melirik serta ikut dalam nafas yang sama.
"Gerakan seperti ini memang paling mudah dilakukan lewat internet. Sasarannya banyak serta lebih leluasa dalam upaya agitasinya," jelasnya.
tulis komentar anda