Seniman Indonesia Unjuk Kebolehan di Festival Seni dan Teknologi Terbesar Dunia
Selasa, 08 September 2020 - 11:38 WIB
Dia juga mengatakan, tema "Prisma Garden" menunjukkan bahwa dengan adanya keanekaragaman di Indonesia, seni memiliki fungsi tersendiri sebagai jembatan berbagai elemen kehidupan di masyarakat.
Karya pertama, yakni Prison Art Programs (PAPs) yang dimotori oleh Angki Purbandono yang mengingatkan kita untuk menghormati keberagaman manusia yang direfleksikan melalui rangkaian berbagai daun dalam karya bertajuk "Atas Nama Daun".
Menurut Angki, ide ini ditemukan saat dia berada di penjara dikarenakan daun ganja. Seni-lah yang menyelamatkan hari-hari Angki dan dia menularkannya kepada teman-temannya, sehingga terbentuklah pergerakan seni karya kolaboratif yang menggunakan basis artistik 'kenangan penjara'.
"Platform ini memberi orang ruang, hak, dan kebebasan tertentu tidak hanya selama mereka di penjara, tetapi juga setelah dibebaskan," katanya.
Selain itu, ada dua orang seniman yang merasa resah dengan tantangan di perkotaan. Pertama, yakni Naufal Abshar, seniman lukis asal Jakarta merasa resah atas tumbuhnya hutan beton di kotanya.
Naufal dengan gaya satirnya bereksplorasi dan bereksperimen bagaimana seharusnya kota yang hijau dan ideal.
Kali pertama terlibat dalam festival berskala internasional seperti ini, Naufal membebaskan imajinasinya dengan taman ciptaannya yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta.
Dia bahkan berkreasi dengan tablet-tablet yang difungsikan menjadi tanaman pada karyanya I bet U love my garden.
Seniman lainnya yang resah dengan tantangan di perkotaan itu, yakni Rubi Roesli, seorang arsitek yang mengeksplorasi ruang dan komposisi melalui karyanya String Composition Serie 6 yang merupakan intervensi seorang arsitek pada suatu ruang.
tulis komentar anda