Kisah Soeharto Larang Rayakan Imlek, Latar Belakangnya Masih Berkaitan dengan PKI
Jum'at, 31 Januari 2025 - 07:53 WIB
Larangan perayaan Imlek oleh Soeharto ini dilatarbelakangi oleh situasi politik saat itu. Pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI), pemerintah Orde Baru mengambil langkah untuk mengendalikan isu yang berkaitan dengan komunisme.
Gerakan pemerintah di Orde Baru ini termasuk mencurigai hubungan komunitas Tionghoa dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Dalam konteks ini, segala sesuatu yang berhubungan dengan Tiongkok, termasuk budaya dan tradisi Tionghoa, dianggap sensitif dan berpotensi mengancam stabilitas negara.
Akibat dari kebijakan ini, generasi Tionghoa di Indonesia pada masa itu mengalami kesulitan dalam melestarikan tradisi mereka. Banyak yang merasa terasing dari identitas budaya mereka sendiri.
Baru setelah Orde Baru berakhir dan memasuki era reformasi, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut larangan tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000.
Sejak saat itu, perayaan Imlek kembali menjadi tradisi yang dirayakan secara terbuka dan bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2002.
Kisah Soeharto larang rayakan imlek ini menjadi pelajaran penting tentang perlunya menghormati keberagaman budaya sebagai bagian integral dari identitas bangsa Indonesia yang majemuk.
Gerakan pemerintah di Orde Baru ini termasuk mencurigai hubungan komunitas Tionghoa dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Dalam konteks ini, segala sesuatu yang berhubungan dengan Tiongkok, termasuk budaya dan tradisi Tionghoa, dianggap sensitif dan berpotensi mengancam stabilitas negara.
Akibat dari kebijakan ini, generasi Tionghoa di Indonesia pada masa itu mengalami kesulitan dalam melestarikan tradisi mereka. Banyak yang merasa terasing dari identitas budaya mereka sendiri.
Baru setelah Orde Baru berakhir dan memasuki era reformasi, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut larangan tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000.
Sejak saat itu, perayaan Imlek kembali menjadi tradisi yang dirayakan secara terbuka dan bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2002.
Kisah Soeharto larang rayakan imlek ini menjadi pelajaran penting tentang perlunya menghormati keberagaman budaya sebagai bagian integral dari identitas bangsa Indonesia yang majemuk.
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda