Momen Serangan Kaum Pribumi ke Tionghoa-Eropa Akibat Ketidakadilan Sewa Tanah dan Pajak

Sabtu, 18 Januari 2025 - 07:05 WIB
Persoalan ini paling mencolok terlihat di Kedu, daerah yang pernah menjadi salah satu daerah tanah jabatan keraton paling makmur di Jawa Tengah. Kedu merupakan daerah pada masa setelah 1816 dibuka sejumlah perkebunan kopi yang sangat luas.

Pada tahun 1827, luas areal tanaman kopi sudah meliputi hampir tiga per lima dari seluruh dataran tinggi Kedu. Berkembangnya kebencian para petani penggarap di distrik Kedu disebabkan karena beratnya kerja rodi di perkebunan kopi yang berakibat pada luasnya dukungan lokal bagi Diponegoro selama Perang Jawa.

Putra termuda Bupati Semarang Suro-Adimenggolo IV, Raden Mas Sukur mengungkapkan laporan mengenai kesulitan besar penghidupan penduduk akibat gagalnya panen tembakau pada tahun 1823

Selain itu, serangan hama tikus pada tanaman padi tahun 1819 dan 1822 membuat tanaman padi banyak yang hancur. Akibatnya penduduk terpaksa makan dedaunan dan rerumputan. Raden Mas Sukur mengingatkan pemberontakan rakyat akan meledak dalam tempo tidak lama lagi.

Peringatannya ini menjadi kenyataan pada Juli 1825 ketika sekitar 35.000 penduduk di selatan Probolinggo bangkit melakukan perlawanan massa setelah kegagalan total panen tembakau dan datangnya berita tentang pemberontakan Diponegoro di Yogya.

Target serangan mereka adalah orang-orang Eropa dan Tionghoa, pos-pos pajak tanah, gerbang cukai, serta rumah-rumah pengawas pajak dan pengawas perkebunan. Komunitas Tionghoa yang berdiam di situ terpaksa menyelamatkan diri ke ibu kota provinsi, Magelang serta daerah Pantai Utara Jawa.
(jon)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content