Kisah Kitab Kuno Nagarakretagama Deskripsikan Kerajaan Besar yang Berkuasa di Pulau Jawa
Senin, 25 November 2024 - 05:39 WIB
Namanya terdiri dari lima aksara pancaksara. Tentang alasan penyamarannya diuraikan dalam karya sang pujangga, Lambang, dimulai sebelum penggubahan Nagarakretagama, namun baru siap sesudahnya.
Dikatakan dalam pupuh 13, sang pujangga sengaja mengambil nama samaran dan diam di suatu desa sunyi-sepi, karena takut kalau-kalau diketahui namanya yang benar.
Ia akan tetap tinggal di sana sampai akhir hidupnya. Nama Prapanca sebagai nama dharmmadyaksa kasogatan memang tidak pernah tercatat dalam prasasti mana pun. Oleh karena itu, namanya yang benar perlu dicari.
Akibat kekaburan itu, timbullah rabaan bahwa ayah sang pujangga bernama Dang Acarya Nada. Rabaan itu tidak pernah dibuktikan, semata-mata hanya berdasarkan nama Winada yang disebut dalam Nagarakretagama pupuh 96.
Di mana dan dalam suasana bagaimana sang pujangga menggubah karyanya Nagarakretagama, beberapa ahli sejarah menyebut perlu diteliti dengan cermat, karena hal itu mempunyai pengaruh kepada watak pujasastra Nagarakretagama, yang dapat mengubah pandangan sejarah.
Sampai sekarang, anggapan yang berlaku ialah karya tersebut digubah oleh sang pujangga dalam fungsinya dharmmâdyaksa kasogatan atas perintah atau kehendak Sri Rajasanagara. Akibatnya, Nagara- kretagama disifatkan sebagai kakawin fungsionil, yang menyalurkan kehendak raja semata-mata.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
Dikatakan dalam pupuh 13, sang pujangga sengaja mengambil nama samaran dan diam di suatu desa sunyi-sepi, karena takut kalau-kalau diketahui namanya yang benar.
Ia akan tetap tinggal di sana sampai akhir hidupnya. Nama Prapanca sebagai nama dharmmadyaksa kasogatan memang tidak pernah tercatat dalam prasasti mana pun. Oleh karena itu, namanya yang benar perlu dicari.
Akibat kekaburan itu, timbullah rabaan bahwa ayah sang pujangga bernama Dang Acarya Nada. Rabaan itu tidak pernah dibuktikan, semata-mata hanya berdasarkan nama Winada yang disebut dalam Nagarakretagama pupuh 96.
Di mana dan dalam suasana bagaimana sang pujangga menggubah karyanya Nagarakretagama, beberapa ahli sejarah menyebut perlu diteliti dengan cermat, karena hal itu mempunyai pengaruh kepada watak pujasastra Nagarakretagama, yang dapat mengubah pandangan sejarah.
Sampai sekarang, anggapan yang berlaku ialah karya tersebut digubah oleh sang pujangga dalam fungsinya dharmmâdyaksa kasogatan atas perintah atau kehendak Sri Rajasanagara. Akibatnya, Nagara- kretagama disifatkan sebagai kakawin fungsionil, yang menyalurkan kehendak raja semata-mata.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(shf)
tulis komentar anda