Kisah Raja Panjalu dan Pasukan Gajah dengan 700 Pengawal jika Keluar Istana
Kamis, 31 Oktober 2024 - 08:05 WIB
Sementara, pedagang Cina mendeskripsikan fisik Raja Panjalu dengan memiliki rambut digelung di atas kepala, mengenakan kain dan baju serta terompah kulit, kalungnya dibuat dari emas. Di istana dia duduk di atas kursi persegi. Para pembesar yang menghadap setiap hari jika akan pergi memberikan salam hormat atau menyembah 3 kali.
Jika keluar, sang prabu naik gajah atau kereta. Rakyat yang melihatnya di jalan semuanya berjongkok sampai sang gajah atau kereta berlalu. Pasukan pengiringnya berkisar 500-700 orang dalam sekali perjalanan.
Saat itu, Panjalu dikenal sebagai penghasil lada yang bergudang-gudang sebagai bahan dagangan. Para pedagang asing yang datang dengan perahu biasanya menyelundupkan mata uang untuk ditukarkan dengan lada.
Itulah salah satu sebab mengapa para pedagang Cina dilarang berdagang di Panjalu, namun larangan itu tidak dihiraukan.
Pedagang-pedagang asing datang ke Panjalu membawa pelbagai bahan dagangan di antaranya emas, perak, barang pecah-belah dari porselen, piring emas dan perak, barang-barang dari tembaga, kain sutera, serta kain damas.
Selain lada, yang diperdagangkan di Panjalu seperti gading, cula badak, mutiara, kapur barus, tulang penyu, kayu cendana, rempah-rempah, sulfur, safron, dan bermacam-macam burung. Rakyat Panjalu juga memelihara ulat sutera, menenun kain sutera beraneka warna dan kain brokat.
Lihat Juga: Kisah Sultan Amangkurat I Bangun Istana Mataram Bersamaan dengan Pemberontakan Pangeran Alit
Jika keluar, sang prabu naik gajah atau kereta. Rakyat yang melihatnya di jalan semuanya berjongkok sampai sang gajah atau kereta berlalu. Pasukan pengiringnya berkisar 500-700 orang dalam sekali perjalanan.
Saat itu, Panjalu dikenal sebagai penghasil lada yang bergudang-gudang sebagai bahan dagangan. Para pedagang asing yang datang dengan perahu biasanya menyelundupkan mata uang untuk ditukarkan dengan lada.
Itulah salah satu sebab mengapa para pedagang Cina dilarang berdagang di Panjalu, namun larangan itu tidak dihiraukan.
Pedagang-pedagang asing datang ke Panjalu membawa pelbagai bahan dagangan di antaranya emas, perak, barang pecah-belah dari porselen, piring emas dan perak, barang-barang dari tembaga, kain sutera, serta kain damas.
Selain lada, yang diperdagangkan di Panjalu seperti gading, cula badak, mutiara, kapur barus, tulang penyu, kayu cendana, rempah-rempah, sulfur, safron, dan bermacam-macam burung. Rakyat Panjalu juga memelihara ulat sutera, menenun kain sutera beraneka warna dan kain brokat.
Lihat Juga: Kisah Sultan Amangkurat I Bangun Istana Mataram Bersamaan dengan Pemberontakan Pangeran Alit
(jon)
tulis komentar anda