Disuntik Vaksin Sinovac, Emil: Pegal-pegal dan Nyut-nyutan 5 Menit
Jum'at, 28 Agustus 2020 - 19:23 WIB
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil akhirnya menjalani penyuntikan uji klinis vaksin Sinovac , kandidat vaksin COVID -19 asal China. Ridwan Kamil menjalani penyuntikan bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa, dan Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Jumat (28/8/2020).
Menurut Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, sebelum disuntik, dirinya menjalani serangkaian prosedur yang sangat ketat. Mulai dari rapid test, pengambilan darah, hingga pemeriksaan paru-paru untuk memastikan tidak ada kendala dalam proses penyuntikan. (Baca juga: Gugatan Anak Mantan Kakorlantas Djoko Susilo Kandas di PN Solo)
"Selama dua jam tadi melaksanakan pengetesan vaksin. Kami melakukan banyak prosedur yang sangat ketat. Dan puncaknya adalah kami disuntik dosis, khusus untuk saya, Pak Pangdam, Pak Kejati disuntiknya di (tangan) sebelah kiri, tapi Pak Kapolda di sebelah kanan," tuturnya. (Baca juga: Serangkaian Teror Pembunuhan Sadis, Pemuda Yahukimo Minta Diusut Tuntas)
Kang Emil mengaku merasakan efek penyuntikan tersebut. Menurutnya, setelah disuntik, dirinya merasa pegal-pegal dan nyeri di bagian titik penyuntikan. Namun, kata dia, efek tersebut hanya dirasakan sekitar 5 menit sebelum kembali normal.
"Setelah disuntik, testimoni pribadi saya agak pegal pegal, nyut-nyutan selama lima menit. Setelah itu semua terlihat normal walaupun ada sedikit baal (kebal) di (tangan) sebelah kiri," ujarnya.
"Kemudian kami disuruh menunggu karena reaksinya akan dilihat selama 30 menit. Jadi kami selesai 30 menit sebelum sekarang dan dicek posisi titik suntik kemudian suhu tubuh dilakukan pengetesan," sambung Kang Emil.
Selama 14 hari ke depan, lanjutnya, dia dan relawan lainnya diminta mengisi laporan rutin terkait suhu maupun anomali yang dirasakan tubuh setiap hari. Sedikitnya sekitar 9 potensi reaksi harus dilaporkan jika terjadi anomali, mulai gejala ringan hingga agak berat.
Kang Emil akan mendapatkan suntikan kedua setelah 14 hari penyuntikan pertama dimana hasil laporan rutin hariannya menjadi bahan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai imunitasnya setelah penyuntikan pertama.
"Nah di situ nanti hasil riset itu yang akan menjadi sebuah kesimpulan, apakah vaksin ini layak diproduksi massal sesuai harapan kita atau ternyata ada side back atau butuh sesuatu yang harus dilakukan," jelasnya.
Selama proses uji klinis, tambah Kang Emil, dirinya bersama relawan lainnya diimbau tidak banyak melakukan aktivitas di luar wilayah Kota Bandung. Pasalnya, sewaktu-waktu tim uji klinis bisa memanggil relawan atau relawan harus menjalani konsultasi jika mengalami gejala yang membuat kondisi kesehatan tubuhnya menurun.
"Dengan kami mengikuti (uji klinis), harapannya masyarakat bisa tenang, bisa menyimak. Saya juga sangat bahagia karena jumlah relawan banyak sekali melebihi yang dipersyaratkan. Ini menandakan antara masyarakat dan para pemimpin ternyata sangat kompak di Jabar," tandasnya.
Menurut Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, sebelum disuntik, dirinya menjalani serangkaian prosedur yang sangat ketat. Mulai dari rapid test, pengambilan darah, hingga pemeriksaan paru-paru untuk memastikan tidak ada kendala dalam proses penyuntikan. (Baca juga: Gugatan Anak Mantan Kakorlantas Djoko Susilo Kandas di PN Solo)
"Selama dua jam tadi melaksanakan pengetesan vaksin. Kami melakukan banyak prosedur yang sangat ketat. Dan puncaknya adalah kami disuntik dosis, khusus untuk saya, Pak Pangdam, Pak Kejati disuntiknya di (tangan) sebelah kiri, tapi Pak Kapolda di sebelah kanan," tuturnya. (Baca juga: Serangkaian Teror Pembunuhan Sadis, Pemuda Yahukimo Minta Diusut Tuntas)
Kang Emil mengaku merasakan efek penyuntikan tersebut. Menurutnya, setelah disuntik, dirinya merasa pegal-pegal dan nyeri di bagian titik penyuntikan. Namun, kata dia, efek tersebut hanya dirasakan sekitar 5 menit sebelum kembali normal.
"Setelah disuntik, testimoni pribadi saya agak pegal pegal, nyut-nyutan selama lima menit. Setelah itu semua terlihat normal walaupun ada sedikit baal (kebal) di (tangan) sebelah kiri," ujarnya.
"Kemudian kami disuruh menunggu karena reaksinya akan dilihat selama 30 menit. Jadi kami selesai 30 menit sebelum sekarang dan dicek posisi titik suntik kemudian suhu tubuh dilakukan pengetesan," sambung Kang Emil.
Selama 14 hari ke depan, lanjutnya, dia dan relawan lainnya diminta mengisi laporan rutin terkait suhu maupun anomali yang dirasakan tubuh setiap hari. Sedikitnya sekitar 9 potensi reaksi harus dilaporkan jika terjadi anomali, mulai gejala ringan hingga agak berat.
Kang Emil akan mendapatkan suntikan kedua setelah 14 hari penyuntikan pertama dimana hasil laporan rutin hariannya menjadi bahan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai imunitasnya setelah penyuntikan pertama.
"Nah di situ nanti hasil riset itu yang akan menjadi sebuah kesimpulan, apakah vaksin ini layak diproduksi massal sesuai harapan kita atau ternyata ada side back atau butuh sesuatu yang harus dilakukan," jelasnya.
Selama proses uji klinis, tambah Kang Emil, dirinya bersama relawan lainnya diimbau tidak banyak melakukan aktivitas di luar wilayah Kota Bandung. Pasalnya, sewaktu-waktu tim uji klinis bisa memanggil relawan atau relawan harus menjalani konsultasi jika mengalami gejala yang membuat kondisi kesehatan tubuhnya menurun.
"Dengan kami mengikuti (uji klinis), harapannya masyarakat bisa tenang, bisa menyimak. Saya juga sangat bahagia karena jumlah relawan banyak sekali melebihi yang dipersyaratkan. Ini menandakan antara masyarakat dan para pemimpin ternyata sangat kompak di Jabar," tandasnya.
(shf)
tulis komentar anda