Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak
Kamis, 10 Oktober 2024 - 06:07 WIB
Namun, meskipun pengejaran dilanjutkan, Hasan Tiro selalu berhasil meloloskan diri, seperti bayangan yang sulit ditangkap. Sutiyoso terus mengikuti jejaknya, hingga akhirnya ia mendengar kabar bahwa Hasan Tiro mengutus Menteri Keuangan GAM ke Lhokseumawe.
Informasi mengenai Usman menjadi titik krusial bagi Sutiyoso. Usman, yang juga dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Hasan Tiro, dikabarkan akan bertemu dengan seorang pengusaha di Lhokseumawe.
Sutiyoso pun dengan cerdik merancang sebuah rencana penyamaran. Ia bertekad menangkap Usman dengan cara yang tidak biasa dengan menyamar sebagai sopir pribadi pengusaha tersebut.
Sutiyoso mengatur pertemuan bisnis menyamar sebagai seorang pebisnis dengan pengusaha.
Dalam pertemuan ini, Sutiyoso berhasil meyakinkan pengusaha itu untuk menggelar pertemuan lanjutan di kediaman pengusaha di mess LNG, tempat yang lebih tenang dan aman. Pada hari yang ditetapkan, pengusaha itu bersama sekretarisnya datang menemui Sutiyoso.
Namun, di tengah pertemuan itu, Sutiyoso mengeluarkan pistol dan langsung menodongkannya ke arah pengusaha tersebut. Dalam situasi penuh tekanan, pengusaha itu akhirnya membocorkan bahwa Usman berada di Medan, di rumah kakaknya.
Bahkan, dia sedang merencanakan perjalanan penting ke Badan Keamanan PBB di New York. Mengetahui hal ini, Sutiyoso langsung memutuskan untuk bertindak cepat. Dengan pengusaha dan sekretarisnya sebagai umpan, mereka menyewa pesawat dan bergegas menuju Medan.
Sesampainya di Medan, Sutiyoso menyusun strategi baru. Ia membutuhkan kendaraan dan orang yang bisa diandalkan. Dengan cepat, Sutiyoso mendapatkan dua mobil; sebuah Toyota Hardtop dari kenalannya di Lhokseumawe, dan sebuah mobil sedan dari kontak di Medan.
Ia kemudian memberi instruksi kepada pengusaha agar menjadikannya sebagai sopir pribadi yang baru, berasal dari Makassar, yang belum menguasai bahasa Aceh. Sutiyoso ingin memastikan bahwa tidak ada kecurigaan dari Usman saat nanti mereka bertemu.
Dengan dua mobil yang sudah siap, tim kecil yang terdiri dari Sutiyoso, pengusaha, sekretaris, dan tiga anggota pasukan intel bergerak menuju rumah kakak Usman. Saat tiba, Sutiyoso dan timnya menunggu di luar rumah.
Informasi mengenai Usman menjadi titik krusial bagi Sutiyoso. Usman, yang juga dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Hasan Tiro, dikabarkan akan bertemu dengan seorang pengusaha di Lhokseumawe.
Sutiyoso pun dengan cerdik merancang sebuah rencana penyamaran. Ia bertekad menangkap Usman dengan cara yang tidak biasa dengan menyamar sebagai sopir pribadi pengusaha tersebut.
Sutiyoso mengatur pertemuan bisnis menyamar sebagai seorang pebisnis dengan pengusaha.
Dalam pertemuan ini, Sutiyoso berhasil meyakinkan pengusaha itu untuk menggelar pertemuan lanjutan di kediaman pengusaha di mess LNG, tempat yang lebih tenang dan aman. Pada hari yang ditetapkan, pengusaha itu bersama sekretarisnya datang menemui Sutiyoso.
Namun, di tengah pertemuan itu, Sutiyoso mengeluarkan pistol dan langsung menodongkannya ke arah pengusaha tersebut. Dalam situasi penuh tekanan, pengusaha itu akhirnya membocorkan bahwa Usman berada di Medan, di rumah kakaknya.
Bahkan, dia sedang merencanakan perjalanan penting ke Badan Keamanan PBB di New York. Mengetahui hal ini, Sutiyoso langsung memutuskan untuk bertindak cepat. Dengan pengusaha dan sekretarisnya sebagai umpan, mereka menyewa pesawat dan bergegas menuju Medan.
Sesampainya di Medan, Sutiyoso menyusun strategi baru. Ia membutuhkan kendaraan dan orang yang bisa diandalkan. Dengan cepat, Sutiyoso mendapatkan dua mobil; sebuah Toyota Hardtop dari kenalannya di Lhokseumawe, dan sebuah mobil sedan dari kontak di Medan.
Ia kemudian memberi instruksi kepada pengusaha agar menjadikannya sebagai sopir pribadi yang baru, berasal dari Makassar, yang belum menguasai bahasa Aceh. Sutiyoso ingin memastikan bahwa tidak ada kecurigaan dari Usman saat nanti mereka bertemu.
Dengan dua mobil yang sudah siap, tim kecil yang terdiri dari Sutiyoso, pengusaha, sekretaris, dan tiga anggota pasukan intel bergerak menuju rumah kakak Usman. Saat tiba, Sutiyoso dan timnya menunggu di luar rumah.
tulis komentar anda