Kisah Pengkhianatan Berujung Gugurnya 35 Pejuang Kompi Gagak Lodra di Lereng Gunung Bromo
Senin, 26 Agustus 2024 - 08:36 WIB
PENGKHIANATAN sejumlah orang membuat 35 pejuang kemerdekaan dari Kompi Gagak Lodra gugur di kawasan lembah tak jauh dari lereng Gunung Bromo, Malang, Jawa Timur.
Pasukan yang dipimpin oleh Sabar Soetopo, itu awalnya memang bergerak dari posnya di kawasan Pakisaji, ke timur hingga ke daerah Karanganyar, yang kini masuk Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Pasukan militer dari Kompi Gagak Lodra itu awalnya ditugaskan untuk melakukan serangan di kawasan Probolinggo dan Pasuruan, mereka menyeberangi wilayah Malang melalui kawasan Gunung Bromo.
Total sekitar 40 orang pasukan pejuang itu bergerak dari pos ke timur pada Desember 1948.
"Kebetulan waktu itu mereka berjalan, sudah melalui pinggiran kebetulan waktu masuk di daerah Coban Jahe itu dalam kondisi lapar, akhirnya ada informasi ada beberapa penduduk yang mau memberikan makanan langsung," kata pemerhati sejarah Malang Eko Irawan di Museum Reenactor, Malang, dikutip Senin (26/8/2024).
Sayang ternyata warga yang memberikan makanan itu merupakan mata-mata Belanda. Ada sekitar dua warga yang memang sempat diberikan sesuatu oleh Belanda untuk mendapatkan informasi pergerakan pasukan pejuang Indonesia.
Begitu mendapat informasi dari warga Indonesia yang dibayar oleh Belanda, pasukan Gagak Lodra harus menerima konsekuensinya.
Pasukan yang dipimpin oleh Sabar Soetopo, itu awalnya memang bergerak dari posnya di kawasan Pakisaji, ke timur hingga ke daerah Karanganyar, yang kini masuk Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Pasukan militer dari Kompi Gagak Lodra itu awalnya ditugaskan untuk melakukan serangan di kawasan Probolinggo dan Pasuruan, mereka menyeberangi wilayah Malang melalui kawasan Gunung Bromo.
Total sekitar 40 orang pasukan pejuang itu bergerak dari pos ke timur pada Desember 1948.
"Kebetulan waktu itu mereka berjalan, sudah melalui pinggiran kebetulan waktu masuk di daerah Coban Jahe itu dalam kondisi lapar, akhirnya ada informasi ada beberapa penduduk yang mau memberikan makanan langsung," kata pemerhati sejarah Malang Eko Irawan di Museum Reenactor, Malang, dikutip Senin (26/8/2024).
Sayang ternyata warga yang memberikan makanan itu merupakan mata-mata Belanda. Ada sekitar dua warga yang memang sempat diberikan sesuatu oleh Belanda untuk mendapatkan informasi pergerakan pasukan pejuang Indonesia.
Baca Juga
Begitu mendapat informasi dari warga Indonesia yang dibayar oleh Belanda, pasukan Gagak Lodra harus menerima konsekuensinya.
tulis komentar anda