Kisah Ken Arok dan Strategi Cerdiknya Menghadapi Kerajaan Kediri
Rabu, 17 Juli 2024 - 06:05 WIB
Ken Arok, pendiri dan raja pertama Singasari , memulai petualangannya di wilayah Tumapel. Pada masa itu, Tumapel adalah sebuah wilayah kecil yang nantinya menjadi cikal bakal kota Malang. Ken Arok berhasil merebut kekuasaan di Tumapel setelah mengudeta Tunggul Ametung, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Raja Kertajaya.
Raja Kertajaya dikenal sebagai penguasa yang sering menindas dan mengambil hak-hak rakyatnya. Melihat ketidakadilan ini, Ken Arok mulai merencanakan perlawanan. Namun, sebelum melancarkan pemberontakan secara terbuka, Ken Arok mengadopsi strategi yang sangat cerdik dan terencana.
Dalam buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhammad Syamsuddin, diceritakan bahwa Ken Arok mengirim agen-agen rahasia ke Kediri. Agen-agen ini bertugas untuk mempengaruhi masyarakat yang mayoritas beragama Hindu. Dengan melakukan provokasi dan memberikan pengaruh secara perlahan, mereka berhasil menanamkan benih ketidakpuasan di kalangan masyarakat Kediri.
Strategi Ken Arok yang rapi ini berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh agama di Kediri. Kertajaya, yang tamak dan mengklaim dirinya sebagai dewa serta menuntut penghormatan dari kaum brahmana, memicu ketidakpuasan yang semakin meluas. Ken Arok memanfaatkan ketidakpuasan ini dengan cermat. Melalui agen-agennya, ia mendapatkan informasi tentang ketidaksukaan kaum brahmana terhadap Raja Kertajaya.
Ken Arok sangat menghormati kaum brahmana. Hubungannya dengan kaum brahmana terjalin erat, bahkan ia mendapatkan gelar dari mereka saat berinteraksi dengan guru Lohgawe dan teman-temannya. Perlahan tapi pasti, kaum brahmana mulai bersekutu dengan Ken Arok. Mereka mendirikan sebuah padepokan di Tumapel, di bawah kepemimpinannya.
Dengan dukungan kaum brahmana yang merasa terancam oleh kekuasaan Kertajaya, Ken Arok semakin bersemangat untuk melawan Kediri. Ken Arok kemudian menggunakan dalih menyelamatkan ajaran agama Hindu yang mulai dilecehkan oleh Raja Kertajaya sebagai alasan untuk menginvasi Kediri.
Langkah pertama Ken Arok adalah menghentikan pengiriman upeti ke Kerajaan Kediri. Tindakan ini membuat Kertajaya marah dan menuduh Tumapel melakukan pemberontakan. Melihat Ken Arok dan kekuatannya sebagai ancaman, Kertajaya mempersiapkan pasukan untuk menaklukkan Tumapel.
Pertempuran antara Tumapel dan Kediri pun tidak terhindarkan. Di medan perang Genter, Ken Arok memimpin pasukannya dengan menggunakan nama Bathara Guru. Dalam pertempuran ini, dua panglima andalan Kediri, Mahesa Wulungan dan Geber Baleman, tewas di tangan Ken Arok dan pasukannya. Pasukan Kediri menjadi kocar-kacir dan banyak yang tewas atau melarikan diri.
Kertajaya sendiri melarikan diri ke sebuah candi, namun beberapa sumber menyatakan bahwa dia tewas dalam pertempuran tersebut. Dengan berakhirnya Kertajaya, Kerajaan Kediri pun runtuh pada tahun 1222, dan Ken Arok berhasil mengukuhkan dirinya sebagai penguasa baru di wilayah tersebut.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Raja Kertajaya dikenal sebagai penguasa yang sering menindas dan mengambil hak-hak rakyatnya. Melihat ketidakadilan ini, Ken Arok mulai merencanakan perlawanan. Namun, sebelum melancarkan pemberontakan secara terbuka, Ken Arok mengadopsi strategi yang sangat cerdik dan terencana.
Dalam buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhammad Syamsuddin, diceritakan bahwa Ken Arok mengirim agen-agen rahasia ke Kediri. Agen-agen ini bertugas untuk mempengaruhi masyarakat yang mayoritas beragama Hindu. Dengan melakukan provokasi dan memberikan pengaruh secara perlahan, mereka berhasil menanamkan benih ketidakpuasan di kalangan masyarakat Kediri.
Strategi Ken Arok yang rapi ini berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh agama di Kediri. Kertajaya, yang tamak dan mengklaim dirinya sebagai dewa serta menuntut penghormatan dari kaum brahmana, memicu ketidakpuasan yang semakin meluas. Ken Arok memanfaatkan ketidakpuasan ini dengan cermat. Melalui agen-agennya, ia mendapatkan informasi tentang ketidaksukaan kaum brahmana terhadap Raja Kertajaya.
Ken Arok sangat menghormati kaum brahmana. Hubungannya dengan kaum brahmana terjalin erat, bahkan ia mendapatkan gelar dari mereka saat berinteraksi dengan guru Lohgawe dan teman-temannya. Perlahan tapi pasti, kaum brahmana mulai bersekutu dengan Ken Arok. Mereka mendirikan sebuah padepokan di Tumapel, di bawah kepemimpinannya.
Dengan dukungan kaum brahmana yang merasa terancam oleh kekuasaan Kertajaya, Ken Arok semakin bersemangat untuk melawan Kediri. Ken Arok kemudian menggunakan dalih menyelamatkan ajaran agama Hindu yang mulai dilecehkan oleh Raja Kertajaya sebagai alasan untuk menginvasi Kediri.
Langkah pertama Ken Arok adalah menghentikan pengiriman upeti ke Kerajaan Kediri. Tindakan ini membuat Kertajaya marah dan menuduh Tumapel melakukan pemberontakan. Melihat Ken Arok dan kekuatannya sebagai ancaman, Kertajaya mempersiapkan pasukan untuk menaklukkan Tumapel.
Pertempuran antara Tumapel dan Kediri pun tidak terhindarkan. Di medan perang Genter, Ken Arok memimpin pasukannya dengan menggunakan nama Bathara Guru. Dalam pertempuran ini, dua panglima andalan Kediri, Mahesa Wulungan dan Geber Baleman, tewas di tangan Ken Arok dan pasukannya. Pasukan Kediri menjadi kocar-kacir dan banyak yang tewas atau melarikan diri.
Kertajaya sendiri melarikan diri ke sebuah candi, namun beberapa sumber menyatakan bahwa dia tewas dalam pertempuran tersebut. Dengan berakhirnya Kertajaya, Kerajaan Kediri pun runtuh pada tahun 1222, dan Ken Arok berhasil mengukuhkan dirinya sebagai penguasa baru di wilayah tersebut.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(hri)
tulis komentar anda