Kisah Anusapati Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Nyawa Penguasa Tumapel

Minggu, 07 Juli 2024 - 07:26 WIB
Candi Kidal, salah satu peninggalan kerajaan Tumapel. Foto/Ist
Pada suatu masa di kerajaan Tumapel, kisah tentang kekuasaan, cinta, dan dendam terukir dalam sejarah. Anusapati, anak dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung, hidup dalam bayang-bayang kecemburuan dan rasa tidak adil sejak kecil. Ayah kandungnya, Tunggul Ametung, dibunuh oleh Ken Arok, yang kemudian menikahi Ken Dedes. Anusapati menyaksikan bagaimana kasih sayang yang diterima dari Ken Arok berbeda dengan yang diberikan kepada saudara tirinya. Hal ini menanamkan benih dendam yang mendalam dalam hati Anusapati.

Ken Dedes, dengan rasa bersalah dan kejujuran, akhirnya mengungkapkan kepada Anusapati tentang siapa ayah kandungnya dan bagaimana Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan takhta. Pengetahuan ini membakar api dendam dalam diri Anusapati, dan ia memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan keadilan adalah dengan membalas kematian ayah kandungnya.

Anusapati tahu bahwa kekuatan adalah segalanya di istana, dan ia membutuhkan senjata yang sama kuatnya dengan keris Mpu Gandring yang digunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung. Setelah mendapatkan keris tersebut, ia mulai merencanakan pembunuhan yang cermat. Ia mempelajari jadwal harian Ken Arok dengan teliti, menunggu saat yang tepat untuk melancarkan serangan.

Untuk menjalankan rencananya, Anusapati menyewa seorang pangalasan, seorang pembunuh bayaran yang dikenal sebagai orang Batil. Orang Batil itu, tertarik dengan tawaran upah yang besar, menyetujui misi berisiko tinggi tersebut.



Pada senja hari yang menentukan, ketika Ken Arok tengah bersantap di ruang makan istana, orang Batil itu menyelinap masuk. Dengan gerakan cepat dan tanpa suara, ia menikam Ken Arok dari belakang menggunakan keris Mpu Gandring. Ken Arok tersungkur di lantai, tewas seketika. Orang Batil itu segera kembali ke Anusapati untuk melaporkan keberhasilan misinya.

Namun, Anusapati telah merencanakan sesuatu yang lebih licik. Setelah memastikan bahwa Ken Arok benar-benar tewas, Anusapati membunuh orang Batil itu menggunakan keris yang sama. Dengan tindakan ini, ia memastikan tidak ada saksi yang bisa mengungkap keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Ia kemudian mengumumkan kepada rakyat Tumapel bahwa ia telah menghukum mati pembunuh ayah tirinya, Ken Arok, untuk menegakkan keadilan.

Kematian Ken Arok terjadi pada hari Kamis Pon, Minggu Landhep, tahun Saka 1170 atau 1247 Masehi (Serat Pararaton) atau 1227 (Kakawin Nagarakretagama). Dengan kematian Ken Arok, Anusapati naik tahta dan memerintah Tumapel dengan gelar Bhatara Anusapati. Pemerintahannya menandai awal baru bagi Tumapel, yang kelak menjadi cikal bakal kota Malang.

Kisah ini menggambarkan betapa kuatnya rasa dendam dan bagaimana ambisi untuk mendapatkan keadilan bisa mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem. Anusapati, meskipun berhasil membalas kematian ayah kandungnya, hidup dalam bayang-bayang pengkhianatan dan kekerasan, meninggalkan jejak sejarah yang kelam di kerajaan Tumapel.
(hri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content