Karier Militer Idjon Djanbi, Mantan Sopir Ratu Wihelmina Pendiri Kopassus TNI AD
Sabtu, 22 Juni 2024 - 06:25 WIB
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD telah lama dikenal sebagai satuan elite yang berperan penting dalam menjaga keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di balik kesuksesan korps baret merah ini, terdapat sosok pahlawan yang menginisiasi pembentukannya, yakni Mochamad Idjon Djanbi. Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara.
Idjon mempunyai nama asli Roger Barendrecht “Rokus” Visser. lahir pada 13 Mei 1914 di Boskoop, Provinsi Zuid-Holland, Belanda. Anak petani bunga tulip ini memiliki cita-cita sebagai ahli agraria dengan mengambil kursus agraria di Liverpool, Inggris.
Namun, ketika Perang Dunia II pecah pada September 1939, Idjon terpaksa tidak pulang ke Belanda dan memilih jalan yang berbeda. Pada Mei 1940, Idjon yang kala itu berusia 25 tahun, terpanggil untuk mengarungi dunia militer guna membela negaranya yang diinvasi Jerman.
Dia mendaftarkan diri pada dinas ketentaraan Belanda di pengasingan di Inggris dan menjadi sopir Ratu Wilhelmina. Setelah mengundurkan diri dari tugas ini pada 1941, Idjon berlabuh ke satuan tempur Angkatan Darat Belanda bernama Brigade Princess Irene.
Pada 22 Maret 1942, Idjon menjalani pelatihan komando di Achnacarry, Skotlandia. Kemampuannya sebagai pasukan elite membuahkan prestasi, salah satunya menjadi co-pilot Operasi Market Garden merebut jembatan strategis di utara Belanda hingga perbatasan Jerman.
Setelah Perang Dunia II, Idjon Djanbi pindah ke Indonesia dan terlibat dalam pembentukan pasukan komando yang terlatih untuk tugas-tugas khusus.
Di balik kesuksesan korps baret merah ini, terdapat sosok pahlawan yang menginisiasi pembentukannya, yakni Mochamad Idjon Djanbi. Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara.
Idjon mempunyai nama asli Roger Barendrecht “Rokus” Visser. lahir pada 13 Mei 1914 di Boskoop, Provinsi Zuid-Holland, Belanda. Anak petani bunga tulip ini memiliki cita-cita sebagai ahli agraria dengan mengambil kursus agraria di Liverpool, Inggris.
Namun, ketika Perang Dunia II pecah pada September 1939, Idjon terpaksa tidak pulang ke Belanda dan memilih jalan yang berbeda. Pada Mei 1940, Idjon yang kala itu berusia 25 tahun, terpanggil untuk mengarungi dunia militer guna membela negaranya yang diinvasi Jerman.
Dia mendaftarkan diri pada dinas ketentaraan Belanda di pengasingan di Inggris dan menjadi sopir Ratu Wilhelmina. Setelah mengundurkan diri dari tugas ini pada 1941, Idjon berlabuh ke satuan tempur Angkatan Darat Belanda bernama Brigade Princess Irene.
Pada 22 Maret 1942, Idjon menjalani pelatihan komando di Achnacarry, Skotlandia. Kemampuannya sebagai pasukan elite membuahkan prestasi, salah satunya menjadi co-pilot Operasi Market Garden merebut jembatan strategis di utara Belanda hingga perbatasan Jerman.
Setelah Perang Dunia II, Idjon Djanbi pindah ke Indonesia dan terlibat dalam pembentukan pasukan komando yang terlatih untuk tugas-tugas khusus.
tulis komentar anda