Kisah Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno Pembuat Mahakarya Candi Prambanan

Jum'at, 03 Mei 2024 - 05:38 WIB
Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah tahun 840 – 856. Foto/Istimewa
Pernikahan Mpu Manuku atau Rakai Pikatan dengan Pramodhawardani mengantarkannya menjadi Raja Mataram Kuno . Saat itu Mataram Kuno masih berada di Ibu Kota Medang, sebelum akhirnya dipindahkan oleh Rakai Pikatan ke Mamrati.

Terpilihnya Rakai Pikatan tak lepas dari peran menantunya yakni Samaratungga, yang ingin menikahkan anaknya Pramodhawardani dengan Mpu Manuku. Misinya menyatukan dua dinasti yakni Dinasti Sanjaya dan Sailendra akhirnya terwujud berkat pernikahan itu.

Misi penyatuan kedua dinasti leluhur saat menjabat sebagai Raja Mataram itulah dinilai sebagai kecerdasan. Tapi jalannya begitu panjang untuk menuju sana. Samaratungga menugaskan Rakai Pikatan untuk memelihara Candi Bhumisambhara, atau yang saat ini bernama Borobudur.





Sebagaimana Prasasti Kayumwungan disebutkan berkat pengabdiannya itu, Mpu Manuku yang semula menjabat sebagai pimpinan daerah Patapan dianugerahi Samaratungga berupa beberapa Desa Swatantra atau bebas pajak.

Hal itu diungkap dari buku “13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa”. Selain itu, Mpu Manuku diangkat oleh Samaratungga sebagai pimpinan daerah Pikatan, atau selevel kepala desa.

Sejak saat itu, Mpu Manuku dikenal sebagai Rakai Pikatan. Jabatan Mpu Manuku terus melejit saat pernikahan politiknya dengan Pramodhawardani, anak dari Samaratungga, raja yang konon pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya dan Mataram.



Saat menjadi raja itulah Mpu Manuku, kelak akan mampu membangkitkan kejayaan Dinasti Sanjaya yang sekian lama mengalami mati suri. Tak hanya itu, saat menjabat di Mataram, Ibu Kota Mataram dipindahkan ke Mamrati.

Kedua, membangun candi hindu Siwagrha. Pembangunan candi tersebut dimaksudkan oleh Mpu Manuku sebagai tandingan atas kedua candi Buddha, yakni Bhumisambhara dan Sewu. Pada hal kebijakan, Rakai Pikatan memberikan anugerah kepada kedua putranya.

Yakni Mpu Teguh, yang ahir dari selir Mpu Tamer, dan Dyah Lokapala, yang lahir dari permaisuri Pramodawardhani. Mpu Manuku memberikan daerah Watuhumalang kepada Mpu Teguh.

Sementara itu, Mpu Manuku menobatkan Dyah Lokapala sebagai raja Medang Dyah Lokapala yang telah menumpas pemberontakan Mpu Kumbhayoni.
(ams)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content