Kisah Petugas Pemakaman Korban Corona, Hanya Bisa Pasrah Pada Tuhan
Kamis, 30 April 2020 - 18:43 WIB
TASIKMALAYA - “Kring....kring...kring” telepon berbunyi, Sanjaya (45) pun langsung bergegas memakai Alat Pelindung Diri (APD). Tak kenal siang atau malam, pagi atau dini hari, dia harus segera memanggil lima rekannya.
Sanjaya menyiapkan segala alat penguburan. Cangkul, bambu, ikat tambang, dan segala APD mulai dari baju, sepatu, penutup tangan, serta masker dan penutup muka transparan.
Tibalah ambulans diikuti enam personel Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) berseragam APD menenteng penyemprot cairan disinfektan. "Innalillahi, meninggal lagi," ucap Sanjaya yang biasa dipanggil Yaya, Kamis (29/4/2020). (Baca juga :Rampok Bersenpi Beraksi di Minimarket Kuta Bali)
Ya begitulah keseharian Yaya yang berprofesi sebagai petugas pemakaman. Hari itu, Yaya harus memakamkan korban COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Aisha Rashida Cioray Kelurahan Tamanjaya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.
Siang itu satu lagi pasien diduga positif corona dikuburkan. Dia kategori Pasein Dalam Pengawasan (PDP) tapi sudah memiliki gejala klinis COVID-19.
Perempuan berusia 50 tahunan asal Cilacap yang berdomisili di daerah Kawalu Kota Tasikmalaya harus meregang nyawa setelah tiga hari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
Yaya langsung menggotong peti mati yang diikat bambu. Dengan perlahan, peti masuk liang lahat kemudian disemprot disinfektan. Keringat deras nampak bercucuran meski pemakaman kali ini katanya paling menggembirakan karena siang hari dan dalam cuaca cerah.
"Yang berat malam hari, ditambah hujan. Di sini tanah merah berlumpur. Membawa peti juga harus hati-hati," kata Yaya ketika pemakaman usai.
Lima rekan Yaya yakni Budi, Deni, Sulaeman, Ate, dan Yano masih membereskan APD kemudian dibakar bersama seluruh alat pemakaman. "Ya gak tahu kenapa harus dibakar. Perintahnya begitu," ujar Yaya.
Sanjaya menyiapkan segala alat penguburan. Cangkul, bambu, ikat tambang, dan segala APD mulai dari baju, sepatu, penutup tangan, serta masker dan penutup muka transparan.
Tibalah ambulans diikuti enam personel Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) berseragam APD menenteng penyemprot cairan disinfektan. "Innalillahi, meninggal lagi," ucap Sanjaya yang biasa dipanggil Yaya, Kamis (29/4/2020). (Baca juga :Rampok Bersenpi Beraksi di Minimarket Kuta Bali)
Ya begitulah keseharian Yaya yang berprofesi sebagai petugas pemakaman. Hari itu, Yaya harus memakamkan korban COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Aisha Rashida Cioray Kelurahan Tamanjaya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.
Siang itu satu lagi pasien diduga positif corona dikuburkan. Dia kategori Pasein Dalam Pengawasan (PDP) tapi sudah memiliki gejala klinis COVID-19.
Perempuan berusia 50 tahunan asal Cilacap yang berdomisili di daerah Kawalu Kota Tasikmalaya harus meregang nyawa setelah tiga hari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
Yaya langsung menggotong peti mati yang diikat bambu. Dengan perlahan, peti masuk liang lahat kemudian disemprot disinfektan. Keringat deras nampak bercucuran meski pemakaman kali ini katanya paling menggembirakan karena siang hari dan dalam cuaca cerah.
"Yang berat malam hari, ditambah hujan. Di sini tanah merah berlumpur. Membawa peti juga harus hati-hati," kata Yaya ketika pemakaman usai.
Lima rekan Yaya yakni Budi, Deni, Sulaeman, Ate, dan Yano masih membereskan APD kemudian dibakar bersama seluruh alat pemakaman. "Ya gak tahu kenapa harus dibakar. Perintahnya begitu," ujar Yaya.
tulis komentar anda