Kecerdikan Sahabat Raden Wijaya Bikin Kekuatan Besar Pasukan Mongol Tak Berdaya
Senin, 01 Januari 2024 - 06:09 WIB
Pasukan Mongol menuntut Raden Wijaya menyerahkan putri-putri eks Raja Singasari. Hal ini terjadi usai dukungan Pasukan Mongol untuk menyerang Kediri berhasil dengan lancar. Putri-putri Raja Singasari yang ditawan oleh Kediri pun berhasil dibebaskan.
Tetapi kedatangan pasukan Mongol ke Pulau Jawa diakui karena ingin membalas dendam ulah Kertanagara yang mengusir utusannya semasa masih berkuasa. Pasukan Mongol menuntut perjanjian Raden Wijaya ditepati.
Tetapi ide cemerlang dari Arya Wiraraja, pemimpin pasukan dari Madura sekaligus sahabat Raden Wijaya menawarkan solusi. Arya Wiraraja menyusun strategi untuk menghadapi pasukan pemenang perang tersebut. Ia meminta orang-orang Mongol datang ke Majapahit tanpa senjata apapun.
Permintaan itu pun disetujui oleh pasukan Mongol. Konon pada buku "Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru" disebutkan orang-orang Mongol kemudian datang dengan penuh percaya diri tanpa membawa perlengkapan perang. Setelah memasuki gerbang Desa Majapahit dengan segera kunci ditutup dari luar.
Saat itulah serangan mendadak oleh pasukan Majapahit dipimpin Lembu Sora. Konon serangan yang dilakukan saat jamuan makan itu membuat pasukan Mongol tak siap dan tewas seketika seluruhnya.
Sedangkan di luar area wilayah Majapahit, pasukan yang dipimpin oleh Ranggalawe, kemudian mengejar sisa pasukan Mongol sampai di pelabuhan Canggu, dimana mereka menyandarkan kapal-kapalnya. Setelah melihat keadaan tidak memungkin lagi, Kau Hsing pun lantas meloloskan diri dengan pasukannya pulang ke negerinya.
Sementara itu Shih Pi dan Ike Mese yang ada di Kediri diserang secara mendadak oleh gabungan pasukan Madura dan Majapahit, kemudian memperoleh banyak dukungan dari masyarakat sekitar sehingga pasukan Mongol harus melayani serangan terus-terusan. Pasukan Mongol pun terpaksa dipukul mundur dan dibuat kewalahan melayani serangan dari Kediri hingga Canggu.
Karena serangan ini pasukan Mongol hanya bisa bertahan dan mundur supaya tidak menderita kerugian yang lebih banyak lagi. Shih Pi sendiri berpikir dengan jatuhnya Kediri tidak ada lagi tujuan yang harus dicapai oleh pasukan besar ini. Pada perjalanan mundur ke Canggu dilaporkan bahwa kerugian paling banyak diderita oleh pasukan berkuda andalan Mongol.
Medan tanah Jawa yang berawa-rawa dengan di kelilingi hutan membuat pasukan berkuda yang ditakuti di medan perang Eropa ini menjadi sasaran empuk pasukan pimpinan Nararya Sangramawijaya dan Arya Wiraraja tersebut. Dilaporkan tak kurang 50.000 pasukan Mongol gugur di peristiwa ini.
Tetapi kedatangan pasukan Mongol ke Pulau Jawa diakui karena ingin membalas dendam ulah Kertanagara yang mengusir utusannya semasa masih berkuasa. Pasukan Mongol menuntut perjanjian Raden Wijaya ditepati.
Tetapi ide cemerlang dari Arya Wiraraja, pemimpin pasukan dari Madura sekaligus sahabat Raden Wijaya menawarkan solusi. Arya Wiraraja menyusun strategi untuk menghadapi pasukan pemenang perang tersebut. Ia meminta orang-orang Mongol datang ke Majapahit tanpa senjata apapun.
Permintaan itu pun disetujui oleh pasukan Mongol. Konon pada buku "Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru" disebutkan orang-orang Mongol kemudian datang dengan penuh percaya diri tanpa membawa perlengkapan perang. Setelah memasuki gerbang Desa Majapahit dengan segera kunci ditutup dari luar.
Saat itulah serangan mendadak oleh pasukan Majapahit dipimpin Lembu Sora. Konon serangan yang dilakukan saat jamuan makan itu membuat pasukan Mongol tak siap dan tewas seketika seluruhnya.
Sedangkan di luar area wilayah Majapahit, pasukan yang dipimpin oleh Ranggalawe, kemudian mengejar sisa pasukan Mongol sampai di pelabuhan Canggu, dimana mereka menyandarkan kapal-kapalnya. Setelah melihat keadaan tidak memungkin lagi, Kau Hsing pun lantas meloloskan diri dengan pasukannya pulang ke negerinya.
Sementara itu Shih Pi dan Ike Mese yang ada di Kediri diserang secara mendadak oleh gabungan pasukan Madura dan Majapahit, kemudian memperoleh banyak dukungan dari masyarakat sekitar sehingga pasukan Mongol harus melayani serangan terus-terusan. Pasukan Mongol pun terpaksa dipukul mundur dan dibuat kewalahan melayani serangan dari Kediri hingga Canggu.
Karena serangan ini pasukan Mongol hanya bisa bertahan dan mundur supaya tidak menderita kerugian yang lebih banyak lagi. Shih Pi sendiri berpikir dengan jatuhnya Kediri tidak ada lagi tujuan yang harus dicapai oleh pasukan besar ini. Pada perjalanan mundur ke Canggu dilaporkan bahwa kerugian paling banyak diderita oleh pasukan berkuda andalan Mongol.
Medan tanah Jawa yang berawa-rawa dengan di kelilingi hutan membuat pasukan berkuda yang ditakuti di medan perang Eropa ini menjadi sasaran empuk pasukan pimpinan Nararya Sangramawijaya dan Arya Wiraraja tersebut. Dilaporkan tak kurang 50.000 pasukan Mongol gugur di peristiwa ini.
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda