Sejarah dan Asal Usul Nama Solok, Jejak Perjalanan Kota yang Kaya Akan Warisan
Selasa, 19 Desember 2023 - 14:49 WIB
Daerah Solok awalnya berasal dari sejarah Kubuang Tigobaleh, ketika 13 datuk dari kerajaan Minangkabau diusir karena dianggap pembangkang oleh raja.
Mereka mencari daerah baru dari Pariangan Padang Panjang menuju Danau Singkarak, hingga sampai di daerah Aripan.
Di sana, mereka melihat hamparan datar di bawah dan berkata, "tampak nan raso kaelok" yang kemudian menjadi "Solok," yang konon berarti baik.
Sebuah rombongan perjalanan mengunjungi beberapa tempat ketinggian seperti Bukit Gurun dan Air Berangin, namun kemungkinan tempat asal nenek moyang orang Solok adalah Padang si ribu-ribu atau bukit di antara Teluk dan Tanjung Paku.
Dari tempat ini, mereka melihat dataran yang indah yang kemudian dijuluki “saelok - elok nyo”, berkembang menjadi nama Solok.
Sejarah nama daerah/nagari sering berasal dari cerita lisan serta minim catatan tertulis, namun menghasilkan banyak versi. Kebenaran sejarah sekarang cenderung diterima dari tambo dan cerita tokoh adat, kurang didukung oleh bukti sejarah tertulis.
Pada masa penjajahan, Onder Distrik Solok dipimpin oleh Demang. Era Distrik mengubah kepemimpinan menjadi Controleur di Solok dan Resisten Rest Indent untuk Afdeling Sawahlunto.
Setelah kemerdekaan, Solok menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-undang 12/1956. Kemudian, perubahan lebih lanjut terjadi melalui Undang-undang 22/1999 dan 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan bupati sebagai pemimpin.
Kota Solok terbentuk pada 16 Desember 1971, memisahkan diri dari Kabupaten Solok, namun Ibukota Kabupaten Solok tetap di Solok hingga Pemerintah No. 39/2004 memindahkan ke Kayu Aro-Sukarami.
Mereka mencari daerah baru dari Pariangan Padang Panjang menuju Danau Singkarak, hingga sampai di daerah Aripan.
Di sana, mereka melihat hamparan datar di bawah dan berkata, "tampak nan raso kaelok" yang kemudian menjadi "Solok," yang konon berarti baik.
Sebuah rombongan perjalanan mengunjungi beberapa tempat ketinggian seperti Bukit Gurun dan Air Berangin, namun kemungkinan tempat asal nenek moyang orang Solok adalah Padang si ribu-ribu atau bukit di antara Teluk dan Tanjung Paku.
Dari tempat ini, mereka melihat dataran yang indah yang kemudian dijuluki “saelok - elok nyo”, berkembang menjadi nama Solok.
Sejarah nama daerah/nagari sering berasal dari cerita lisan serta minim catatan tertulis, namun menghasilkan banyak versi. Kebenaran sejarah sekarang cenderung diterima dari tambo dan cerita tokoh adat, kurang didukung oleh bukti sejarah tertulis.
Pada masa penjajahan, Onder Distrik Solok dipimpin oleh Demang. Era Distrik mengubah kepemimpinan menjadi Controleur di Solok dan Resisten Rest Indent untuk Afdeling Sawahlunto.
Setelah kemerdekaan, Solok menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-undang 12/1956. Kemudian, perubahan lebih lanjut terjadi melalui Undang-undang 22/1999 dan 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan bupati sebagai pemimpin.
Kota Solok terbentuk pada 16 Desember 1971, memisahkan diri dari Kabupaten Solok, namun Ibukota Kabupaten Solok tetap di Solok hingga Pemerintah No. 39/2004 memindahkan ke Kayu Aro-Sukarami.
tulis komentar anda