Manfaatkan Eceng Gondok di Waduk Cengklik, Warga Boyolali Produksi Pupuk Organik dan Biogas

Senin, 30 Oktober 2023 - 15:39 WIB


“Kami kemudian diajak studi banding ke Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali untuk menimba ilmu. Kami diajari cara pembuatan pupuk padat maupun cair dan biogas. Kalau di sana (Desa Sruni) bahannya dari sayuran, sedangkan kami dari eceng gondok,” kata Seksi Demplot Masopili Kelompok Masyarakat (Pokmas) Ngudi Tirto Lestari, Dalmanto, Minggu (29/10/2023).

Setelah studi banding, dibentuk struktur kepengurusan dan mencari tempat atau basecamp yang berlokasi di pinggiran waduk. Pria berusia 51 tahun ini mempersilakan lahan pekarangannya dipakai untuk basecamp kegiatan.

Semula jumlah anggota kelompok sebanyak 24 orang yang merupakan warga Sobokerto. Namun dalam perjalanannya berkurang dan sekarang tersisa 19 orang. Mereka berprofesi nelayan, pedagang, petani, peternak hingga kuli bangunan.

Kebutuhan alat-alat untuk mengolah eceng gondok mulai diinvetarisasi, seperti alat untuk mencacah, dan tong digester (untuk fermentasi) yang portabel. Dia sangat bersyukur karena semua kegiatan, mulai dari studi banding maupun peralatan, semuanya dibiayai penuh melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina. Warga juga mendapatkan pelatihan mengenai pembuatan pupuk organik berwujud padat, cair dan biogas.

Setelah peralatan tersedia, warga mencoba membuat pupuk padat maupun cair dari enceng gondok. Sekitar 100 kilogram eceng gondok diangkat dari waduk dan dicacah dan dicampur dengan kotoran sapi sekitar 30 persen untuk biangnya, serta cairan untuk fermentasi yang dibeli dari toko pertanian.

“Untuk pupuk padat yang digunakan akar eceng gondok. Kalau pupuk cair yang dipakai batang dan daunnya saja,” ucapnya.

Dalam proses pembuatan pupuk padat, juga disiapkan air untuk mencampur cairan yang dipakai fermentasi, kemudian disemprotkan ke eceng gondok yang telah dicacah. Setelah selesai, cacahan eceng gondok dibungkus terpal selama 21 hari hingga jadi pupuk padat.

Selama proses itu, setiap 7 hari dilakukan pengadukan. Terjadi penyusutan ukuran sekitar 30 persen dari bahan semula. Selama kurun waktu 1 bulan, sejauh ini pupuk yang dihasilkan sekitar 70 kilogram. Pupuk dipakai anggota untuk persiapan demplot ketika akan menanam. Ada rencana untuk mengarah ke komersial dengan menjual pupuk padat seharga Rp20.000 per sak.

Sementara itu, pembuatan pupuk cair hampir sama prosesnya dengan pembuatan pupuk padat. Batang dan daun yang telah dicacah dimasukkan tong digester.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content