Kisah Hilangnya Kekebalan Pangeran Diponegoro usai Tidur dengan Gadis Peranakan China
Sabtu, 23 September 2023 - 06:35 WIB
Pasalnya di bulan Januari 1828, sang saudara ipar ini mengabaikan perintah dan larangan untuk tidak berhubungan seks dengan perempuan Tionghoa.
Diponegoro menganggap Sosrodilogo tertimpa sial sebab memperkosa seorang perempuan peranakan di Lasem, setelah kota di pantai utara itu sempat diduduki tanggal 31 Desember 1827.
Hal ini membuat Pangeran Diponegoro meminta pada tawanan perang Belanda untuk bisa berbicara dalam bahasa Jawa Kromo, bukan bahasa Melayu, dan wajib berbusana gaya Jawa bukan gaya Eropa. Sang pangeran juga wajib mempertimbangkan untuk masuk islam.
Hal ini pula yang diharapkan Pangeran Diponegoro pada kaum etnis Tionghoa yang memihak perjuangannya karena proses menjadi seorang muslim sangat sederhana, mulai memotong kucir rambut, disunat, dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sementara cerita lainnya menyebutkan, dalam suatu pertempuran Pengeran Diponegoro pernah tertembak oleh pasukan Belanda, peluru yang kena dadanya pecah berhamburan. Saat itu Pangeran sedang bersama Sentot Alibasyah Prawirodirdjo.
Tiba-tiba sebuah tembakan mengenai dadanya, peluru itu pecah berhamburan. Kuda Pengaran Diponegoro lalu berlari menuju tempat lain. Diponegoro pernah tertembak dua kali dalam pertempuran di Gawok pada 15 Oktober 1826.
Namun di tubuh Diponegoro tak ditemukan bekas luka tembak. Bahkan, seorang perwira pasukan Belanda dengan P.Diponegoro sedang duduk di tempat penahanannya di Makassar. Saat itu cuaca panas terik, Diponegoro melepas bajunya.
Diponegoro menganggap Sosrodilogo tertimpa sial sebab memperkosa seorang perempuan peranakan di Lasem, setelah kota di pantai utara itu sempat diduduki tanggal 31 Desember 1827.
Hal ini membuat Pangeran Diponegoro meminta pada tawanan perang Belanda untuk bisa berbicara dalam bahasa Jawa Kromo, bukan bahasa Melayu, dan wajib berbusana gaya Jawa bukan gaya Eropa. Sang pangeran juga wajib mempertimbangkan untuk masuk islam.
Hal ini pula yang diharapkan Pangeran Diponegoro pada kaum etnis Tionghoa yang memihak perjuangannya karena proses menjadi seorang muslim sangat sederhana, mulai memotong kucir rambut, disunat, dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Baca Juga
Sementara cerita lainnya menyebutkan, dalam suatu pertempuran Pengeran Diponegoro pernah tertembak oleh pasukan Belanda, peluru yang kena dadanya pecah berhamburan. Saat itu Pangeran sedang bersama Sentot Alibasyah Prawirodirdjo.
Tiba-tiba sebuah tembakan mengenai dadanya, peluru itu pecah berhamburan. Kuda Pengaran Diponegoro lalu berlari menuju tempat lain. Diponegoro pernah tertembak dua kali dalam pertempuran di Gawok pada 15 Oktober 1826.
Namun di tubuh Diponegoro tak ditemukan bekas luka tembak. Bahkan, seorang perwira pasukan Belanda dengan P.Diponegoro sedang duduk di tempat penahanannya di Makassar. Saat itu cuaca panas terik, Diponegoro melepas bajunya.
Baca Juga
Lihat Juga :
tulis komentar anda