Ambisi Raja Amangkurat I Taklukkan Banten untuk Menebus Kegagalan Sultan Agung
Jum'at, 08 September 2023 - 06:08 WIB
Raja Mataram Sultan Amangkurat I masih bernafsu mengekspansi Banten. Langkah itu untuk menebus kegagalan ayahnya Sultan Agung untuk menguasai wilayah di barat Pulau Jawa itu.
Bahkan untuk memantapkan konsolidasi pasukan, sultan mengangkat Pangeran Purbaya, yang juga pamannya sendiri sebagai komandan pasukan. Pengangkatan yang juga disambut oleh Purbaya asalkan ada jaminan tentang netralitas Batavia.
Produksi senjata - senjata dilakukan oleh Mataram, mulai dari senapan, meriam, dan beberapa senjata lain. Namun seiring berjalannya proses persiapan penyerangan ke Banten, terjadi dinamika datang dari para pemuka agama untuk mengarahkan serangan ke timur.
Disampaikan H.J. De Graaf pada ‘Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I’, para pemuka agama ini mengemukakan ke raja jika tidak melakukan akan memperoleh berkah.
Bagi para pemuka agama itu, wilayah timur yakni Blambangan ini harus direbut terlebih dahulu dari orang-orang Bali yang dianggap berbeda keyakinan dengan Mataram. Apalagi dahulu golongan pemuka agama pernah dihajar dan dihabisi oleh Sultan Mataram itu.
Maka mereka bangkit berlandaskan pesan terakhir Sultan Agung, ayah Sultan Amangkurat I. Awalnya penguasa Mataram itu tak menghiraukannya. Namun dua peristiwa membuatnya ketakutan, akhirnya mau tunduk ke bisikan para pemuka agama.
Bahkan sang sultan karena ketakutannya mengalami penyakit meminta doa ke para pemuka agama. Agaknya hal ini cukup aneh dipandang orang lain kelakuan Sultan Mataram ini. Ia pun bersumpah akan melancarkan perang ke timur yakni Blambangan.
Bahkan untuk memantapkan konsolidasi pasukan, sultan mengangkat Pangeran Purbaya, yang juga pamannya sendiri sebagai komandan pasukan. Pengangkatan yang juga disambut oleh Purbaya asalkan ada jaminan tentang netralitas Batavia.
Produksi senjata - senjata dilakukan oleh Mataram, mulai dari senapan, meriam, dan beberapa senjata lain. Namun seiring berjalannya proses persiapan penyerangan ke Banten, terjadi dinamika datang dari para pemuka agama untuk mengarahkan serangan ke timur.
Disampaikan H.J. De Graaf pada ‘Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I’, para pemuka agama ini mengemukakan ke raja jika tidak melakukan akan memperoleh berkah.
Bagi para pemuka agama itu, wilayah timur yakni Blambangan ini harus direbut terlebih dahulu dari orang-orang Bali yang dianggap berbeda keyakinan dengan Mataram. Apalagi dahulu golongan pemuka agama pernah dihajar dan dihabisi oleh Sultan Mataram itu.
Maka mereka bangkit berlandaskan pesan terakhir Sultan Agung, ayah Sultan Amangkurat I. Awalnya penguasa Mataram itu tak menghiraukannya. Namun dua peristiwa membuatnya ketakutan, akhirnya mau tunduk ke bisikan para pemuka agama.
Bahkan sang sultan karena ketakutannya mengalami penyakit meminta doa ke para pemuka agama. Agaknya hal ini cukup aneh dipandang orang lain kelakuan Sultan Mataram ini. Ia pun bersumpah akan melancarkan perang ke timur yakni Blambangan.
tulis komentar anda