Perang Paregreg Picu Bencana Kelaparan Majapahit dan Melemahnya Armada Perang
Jum'at, 07 Juli 2023 - 07:11 WIB
Kata "Sibusuk" menggambarkan mayat-mayat pasukan Majapahit yang telah membusuk.
Di samping menanggung kerugian atas terlepasnya beberapa daerah kekuasaan Majapahit, Wikramawardhana pun berhutang ganti rugi pada Dinasti Ming (Penguasa China).
Pihak China mengetahui kalau di Jawa ada dua kerajaan yakni Majapahit Barat dan Majapahit Timur. Karenanya Laksamana Chengho segera dikirim sebagai duta besar untuk mengunjungi kedua kerajaan itu.
Pada saat kematian Bhre Wirabhumi, rombongan Chengho sedang berada di Majapahit Timur. Sebanyak 170 orang China itu ikut menjadi korban dalam peristiwa Perang Paregreg.
Atas insiden tersebut, Raja Wikramawardhana didenda ganti rugi oleh Dinasti Ming sebanyak 60.000 tahil.
Sampai 1408, Wikramawardhana baru dapat mengangsur sebanyak 10.000 tahil. Karena kasihan pada Wikramawardhana, Kaisar Yung-lo membebaskan denda itu. Peristiwa ini dicatat Ma-huan (sekretaris Cheng-ho) dalam bukunya yang bertajuk Ying-ya-sheng-lan.
Kemudian 20 tahun semenjak berakhirnya Perang Paregreg atau tepatnya pada tahun 1426, Majapahit dilanda bencana kelaparan.
Sebagaimana Perang Paregreg bencana kelaparan pun telah menelan korban Majapahit. Terdapat dugaan bahwa bencana kelaparan itu yang menyebabkan Kaisar Yung-lo membebaskan utang Wikramawardhana pada Dinasti Ming.
Akibat dari bencana kelaparan yang melanda Majapahit itu tidak hanya membawa korban rakyat kecil, namun pula anggota keluarga istana.
Mereka yang turut menjadi korban dari bencana itu, antara lain: Bhre Tumpel, Bhre Lasem, dan Bhre Wengker. Bhre Tumapel yang meninggal pada tahun 1427 itu dicandikan di Lokerep dengan nama Asmarasaba.
Di samping menanggung kerugian atas terlepasnya beberapa daerah kekuasaan Majapahit, Wikramawardhana pun berhutang ganti rugi pada Dinasti Ming (Penguasa China).
Pihak China mengetahui kalau di Jawa ada dua kerajaan yakni Majapahit Barat dan Majapahit Timur. Karenanya Laksamana Chengho segera dikirim sebagai duta besar untuk mengunjungi kedua kerajaan itu.
Pada saat kematian Bhre Wirabhumi, rombongan Chengho sedang berada di Majapahit Timur. Sebanyak 170 orang China itu ikut menjadi korban dalam peristiwa Perang Paregreg.
Atas insiden tersebut, Raja Wikramawardhana didenda ganti rugi oleh Dinasti Ming sebanyak 60.000 tahil.
Sampai 1408, Wikramawardhana baru dapat mengangsur sebanyak 10.000 tahil. Karena kasihan pada Wikramawardhana, Kaisar Yung-lo membebaskan denda itu. Peristiwa ini dicatat Ma-huan (sekretaris Cheng-ho) dalam bukunya yang bertajuk Ying-ya-sheng-lan.
Kemudian 20 tahun semenjak berakhirnya Perang Paregreg atau tepatnya pada tahun 1426, Majapahit dilanda bencana kelaparan.
Sebagaimana Perang Paregreg bencana kelaparan pun telah menelan korban Majapahit. Terdapat dugaan bahwa bencana kelaparan itu yang menyebabkan Kaisar Yung-lo membebaskan utang Wikramawardhana pada Dinasti Ming.
Akibat dari bencana kelaparan yang melanda Majapahit itu tidak hanya membawa korban rakyat kecil, namun pula anggota keluarga istana.
Mereka yang turut menjadi korban dari bencana itu, antara lain: Bhre Tumpel, Bhre Lasem, dan Bhre Wengker. Bhre Tumapel yang meninggal pada tahun 1427 itu dicandikan di Lokerep dengan nama Asmarasaba.
tulis komentar anda