SMK Pertanian Ansoruna Hade Rancage Purwakarta Cetak Petani yang Nyantri

Minggu, 19 Juli 2020 - 19:45 WIB
Sejumlah siswa SMK pertanian SMK Ansoruna Hade Rancage telaten membersihkan rumput dan ilalang di sekitar tanaman. Selain pertanian, mereka juga wajib menimba ilmu agama. Foto/SINDOnews/Asep Supiandi
PURWAKARTA - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang fokus mendidik siswa di bidang pertanian terbilang jarang di Kabupaten Purwakarta.

Padahal lahan pertanian di wilayah ini masih cukup luas, terutama di wilayah timur sebagai sentra pertanian dan perkebunan. (BACA JUGA: Akibat COVID-19, Hari Jadi Purwakarta Dirayakan Sebatas Rapat Paripurna DPRD )

Meskipun keberadaannya jarang, ternyata terdapat satu SMK pertanian yang terbilang unik dan menarik. Adalah SMK Pertanian Ansoruna Hade Rancage yang berlokasi di lereng Gunung Burangrang tepatnya Jalan Citalaga RT 13/04 Desa Pawenang, Kecamatan Bojong. (BACA JUGA: 90 Napi Asal Jabar Dipindah ke Nusakambangan, 5 Terpidana Mati )

Uniknya, keberadaan sekolah ini selain ingin menekan angka putus sekolah di perdesaan, juga mensyaratkan siswa berlatar ekonomi rendah. Sehingga, setiap siswa dibebaskan dari segala macam biaya alias gratis. (BACA JUGA: Bocah Perempuan Tewas di Toren, Kasatreskrim: Ada Dugaan Pembunuhan )





SMK Pertanian Ansoruna Hade Rancage di kaki Gunung Burangrang, Kabupaten Purwakarta. Foto/SINDOnews/Asep Supiandi

Tidak hanya itu, setiap siswa diharuskan menimba ilmu agama di sejumlah pesantren di sekitar SMK. Pagi hingga sore, mereka belajar di sekolah dan malam menimba ilmu di pesantren. Artinya SMK Pertanian Ansoruna Hade Rancage ingin mencetak petani unggul yang nyantri.

Pimpinan Yayasan Hade Rancage Citalaga sebagai lembaga yang menaungi SMK Deni Ahmad Haidar mengatakan, pembiayaan semua siswan bersumber dari pengelolaan lahan pertanian.

Setiap siswa diberi lahan untuk ditanami berbagai macam komoditas pertanian. Teknik penanaman pun dilakukan berdasarkan teori yang didapat di kelas, selain penentuan komoditas sebagaimana permintaan pasar.

"Hasil pertanian yang dikelola siswa inilah menjadi biaya untuk bersekolah dan mondok di pesantren. Pola ini kami kembangkan agar anak-anak di perdesaan mau bersekolah tanpa harus memikirkan biaya. Kami juga menumbuhkan pola pikir kepada siswa agar jangan membiarkan sejengkal tanah pun telantar. Semuanya ditanami," kata Deni kepada SINDOnews, Selasa (14/7/2020).

Sementara itu, tampak sejumlah siswa dengan telaten mengurus tanaman jagung yang sebentar lagi akan dipanen. Rumput dan ilalang yang banyak tumbuh di sekitar pohon jagung dibersihkannya agar tanaman itu tumbuh subur. Beberapa di antaranya menaburkan pupuk kandang agar nutrisi tanah tetap terjaga.
(awd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content