Akhirnya Dapat Pengakuan Negara

Sabtu, 02 Mei 2015 - 10:44 WIB
Akhirnya Dapat Pengakuan Negara
Akhirnya Dapat Pengakuan Negara
A A A
Civitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya patut bangga. Dosen dan mahasiswa kampus teknik tertua di Jatim ini meraih prestasi terbaik di Indonesia dalam bidang otomotif.

Produk Programmable Engine Control Unit (ECU IQUTech-e, baca: iki utek’ e/ini otaknya) berhasil mendapat penghargaan Riset Inovasi Terbaik di Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Ristek dan Dikti RI. Penyerahan penghargaan atas produk inovatif ini akan dilaksanakan hari ini, bersamaan peringatan Hari Pendidikan Nasional di Jakarta. Ketua tim pembuatan ECU IQUTech-e, Muhammad Nur Yuniarto menyatakan, produk ini merupakan alat untuk mengatur debit injeksi saat pengapian pada mesin motor maupun mobil.

“Kelebihan utama yang dimiliki alat ini adalah memiliki performa maksimal sehingga membuat kendaraan jauh lebih irit,” katanya, kemarin. Performa maksimal tersebut didapatkan lewat inovasi yang diterapkan tim dari Laboratorium Sistem dan Otomasi Industri Jurusan Teknik Mesin (JTM) ITS. Nur menjelaskan, inovasi pada alat ini adalah penanaman algoritma yang sederhana dan tidak rumit. “Selain itu, alat ini juga tidak memerlukan memori yang cukup besar,” ujar dosen Jurusan Teknik Mesin ITS itu.

Pria berkacamata minus ini menambahkan, kelebihan tersebut membuat peranti ini berhasil mendapat penghargaan dari Ditjen Dikti. Kendati demikian, Nur menilai, parameter penghargaan ini bukan hanya dilihat dari segi teknologi. “Jumlah penjualan kami juga turut menjadi perhatian,” ungkapnya. Hingga saat ini pihaknya bisa menjual hingga ratusan unit setiap bulan. Nur mengaku pembuatan alat ini berawal dari keterlibatan ITS dalam ajang kompetisi internasional Shell Eco Marathon Asia tahun 2010 lalu.

Menurutnya, saat itu timnya belum memiliki ECU IQUTech-e sendiri sehingga harus mengimpor dari negara lain dalam merancang kendaraan yang akan digunakan berlomba. Seperti diketahui, Shell Eco Marathon adalah kompetisi tahunan karena peserta membuat kendaraan khusus dengan efisiensi bahan bakar sebesar-besarnya. “Kebetulan ECU IQUTech-e impor yang kami beli tersebut mengalami kerusakan sehingga kami harus berinovasi sendiri membuat alat yang sama,” ujarnya.

Soal sumber dana, Nur mengatakan, penelitian ini murni menggunakan anggaran pribadi. “Jumlah dana yang kami habiskan selama tiga tahun penelitian sudah tidak bisa dihitung lagi,” ungkapnya sambil tersenyum. Penghargaan dari Ditjen Dikti, kata Nur, bukan tujuan utama tim mereka. Baginya alasan utama pembuatan alat ini adalah untuk berkontribusi kepada bangsa Indonesia.

“Kami ingin membuktikan produk buatan Indonesia adalah yang terbaik,” kata pria kelahiran Purworejo ini. Ke depan, dia berharap timnya bisa kembali berinovasi dalam mengembangkan ECU IQUTech-e ini. Nur menegaskan tidak mau berhenti sampai di sini. “Tujuan kami bukan penghargaan, karena kami ingin terus mengembangkan produk ini hingga mencapai hasil terbaik,” katanya.

Soeprayitno
Surabaya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7639 seconds (0.1#10.140)