Menpora Bekukan PSSI

Minggu, 19 April 2015 - 09:09 WIB
Menpora Bekukan PSSI
Menpora Bekukan PSSI
A A A
JAKARTA - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) resmi membekukan semua kegiatan olahraga dibawah kendali PSSI. Sanksi ini dijatuhkan setelah PSSI dinilai mengabaikan kebijakan pemerintah.

Dalam surat yang ditandatangani langsung oleh Menpora Imam Nahrawi per tanggal 17 April itu disebutkan, pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah termasuk kepolisian tidak dapat lagi memberikan pelayanan dan fasilitasi kepada kepengurusan PSSI dan seluruh kegiatan keolahragaannya.

“Baru saja ditandatangani Peraturan Menpora No 01307 Tahun 2015 tentang Pengenaan Sanksi Administratif Berupa Kegiatan Keolahragaan PSSI Tidak Diakui. Artinya, segala kegiatan PSSI sudah tidak diakui, termasuk hasil kongres,” ujar Deputi V Kemenpora Gatot Dewa Broto kemarin.

Menurut dia, keputusan ini diambil karena sampai batas waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran tertulis I, II, dan III, PSSI telah mengabaikan kebijakan pemerintah. Dalam ketiga peringatan itu, PSSI dinilai tak mengambil tindakan atas keputusan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang tidak merekomendasikan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya untuk mengikuti Qatar National Bank (QNB) League 2015.

Selain membekukan PSSI, dalam surat itu disebutkan juga bahwa pemerintah bersama KONI/KOI akan membentuk tim transisi yang bertugas mengawal liga serta tim nasional (timnas) sampai dengan terbentuknya kepengurusan PSSI yang kompeten sesuai dengan mekanisme organisasi dan statuta FIFA. Menpora Imam Nahrawi mengatakan keputusan pembekuan kegiatan PSSI telah melalui berbagai kajian matang.

Dia mengaku telah menyiapkan berbagai kajian termasuk antisipasi jika FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi kepada Indonesia berupa larangan untuk berkiprah di pentas sepak bola internasional. “Sudah saatnya kita berpikir untuk mencari orang-orang dengan niat baik dan kompentensi mumpuni untuk membenahi persepakbolaan nasional,” katanya.

Imam Nahrawi menegaskan pembinaan sepak bola nasional akan tetap berjalan. Kemenpora akan tetap menjamin kelangsungan tim sepak bola nasional dan kompetisi liga Indonesia. Kemenpora dalam beberapa hari kedepan juga akan mengundang oran-orang yang mempunyai kompentisi dalam sepak bola untuk mengevaluasi dan mencari solusi atas mandeknya prestasi tim nasional.

“Kami juga segera mengirimkan surat pemberitahuan kepada pihak terkait atas sanksi kami kepada PSSI,” ujarnya. Keputusan Kemenpora ini seolah menjadi kado pahit bagi La Nyalla Matalitti yang menang telak dalam pemilihan ketua umum dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di JW Marriot Surabaya. Pria yang juga menjadi Ketua KADIN Jawa Timur itu menyatakan tidak mengakui keputusan Kemenpora.

Dia mengaku akan tetap menjalankan hasil KLB PSSI. “Saya tidak merasa dibekukan, jadi tidak apa-apa. PSSI tidak ada di bawah Menpora. PSSI ada di bawah FIFA,” ujarnya. La Nyalla menegaskan, PSSI akan menempuh langkah hukum untuk mengatasi masalah ini. “Negara kita ini negara hukum. Jadi apa pun yang dilakukan Menpora itu nanti akan kami sampaikan ke bagian hukum PSSI,” sambungnya.

Bukan hanya menempuh jalur hukum, La Nyalla juga akan segera menemui langsung Menpora Imam Nahrawi untuk menyelesaikan kemelut sepak bola Indonesia. “Saya akan berurusan sendiri dengan Menpora,” tandasnya. Langkah La Nyalla mendapatkan dukungan dari anggota PSSI, termasuk Persebaya yang menjadi salah satu sumber masalah hingga akhirnya keluar surat pembekuan terhadap PSSI.

CEO Persebaya Gede Widiade menegaskan, konflik dualisme Persebaya yang dipersoalkan Kemenpora sebenarnya tidak perlu diungkit kembali. “Apa yang harus diselesaikan, dulu Persebaya 1927 (di Indonesian Premier League) juga pakai uang saya. Persebaya sekarang juga uang saya, kok harus islah, harus rekonsiliasi,” kecamnya.

Keputusan kontroversial Menpora tersebut menuai banyak kritik. Salah satunya diungkapkan mantan pemain dan Pelatih Persib Bandung Risnandar Soendoro. Kebijakan Menpora tersebut dinilainya arogan. Pasalnya putusan itu diambil hanya gara-gara dua tim Arema dan Persebaya yang tidak memenuhi syarat administrasi dari BOPI, tetapi tetap mengikuti kompetisi tertinggi Tanah Air.

“Menpora ini sangat luar biasa, masa hanya karena Arema dan Persebaya, 16 tim lain jadi korban. Ini tidak adil dan tentunya merugikan. Seharusnya dipikir terlebih dahulu, jangan pakai emosi. Yang kasihan adalah rakyat karena sepak bola adalah hiburan rakyat,” tegas Risnandar. Bukan hanya itu, pemain Persib era 1970-an itu menilai pembekuan yang dilakukan Menpora akan mengundang FIFA sebagai induk persepakbolaan dunia untuk memberi sanksi kepada Indonesia.

Alasannya, pemerintah telah melakukan intervensi terhadap urusan federasi. Jika sanksi dijatuhkan FIFA, Merah Putih terancam tidak boleh terlibat dalam semua ajang sepak bola internasional, baik di level timnas maupun klub. Salah satu imbasnya, Persib Bandung dan Persipura Jayapura terancam tidak bisa lagi melanjutkan perjuangan mereka di kompetisi AFC Cup 2015.

Padahal, saat ini kedua tim tampil luar biasa dengan menguasai puncak klasemen grup masingmasing. “Sayang juga kan jika Persib-Persipura yang sudah berbicara banyak di level Asia tidak bisa main lagi gara-gara PSSI di-banned . Jadi, jangan berpikir secara emosilah, dibicarakan baik-baik dan kasih waktu. Karena permasalahan di sepak bola tidak bisa dilakukan secepatnya, melainkan harus perlahan,” ungkapnya.

Sementara itu, para pemain dan klub peserta QNB League 2015 berharap kemelut ini bisa segera diakhiri agar kompetisi tertinggi di Indonesia itu bisa berjalan tanpa kendala. Sebab, walau pemerintah memutuskan akan mengambil alih liga, kompetisi tetap berpotensi macet. Jika liga sampai terhenti, pemain, pelatih, dan klub dipastikan akan menjadi korban utama.

General Manager Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI) Valentino Simanjuntak menegaskan, besok akan menggelar rapat dengan mengumpulkan seluruh kapten dari masingmasing klub untuk menentukan sikap soal pembekuan PSSI. “Intinya, para pemain ingin kompetisi terus berjalan. Mereka tidak peduli siapa yang menggelar kompetisi, yang penting pekerjaan mereka tidak terancam dan mereka masih bisa cari makan dari sepak bola,” tutur pria yang juga pengamat sepak bola itu.

Manajer Persegres Gresik United Bagoes Cahyo Yuwono juga menyoroti keputusan Menpora ini. Sebab awalnya dia menduga Menpora sudah berdamai dengan PSSI karena Imam Nahrawi mengatakan akan hadir dalamKLBPSSI. Namunrencana ini batal lantaran Wakil Presiden Jusuf Kalla juga tidak datang. “Saya kaget. Kami minta PSSI dan Menpora bisa bergan-dengan tangan. Harusnya duduk bareng untuk menyelesaikan masalah ini. Kapan kita bisa fokus membina sepak bola jika ribut terus,” tandasnya.

Bonek Sambut Gembira

Sementara itu ribuan pendukung berat Persebaya (Bonek) menyambut gembira keputusan Kemenpora. Mereka yang sejak pagi melakukan unjuk rasa di sekitar Hotel JW Marriot langsung menyalakan flare dan meneriakaan yel-yel dukungan saat salah seorang Koordinator Aksi Andi Peci mengumumkaan adanya sanksi bagi PSSI.

Kongres PSSI sudah tidak sah, para pejabat dan kegiatan yang dilakukan PSSI sudah tidak diakui oleh pemerintah. Kita menang dalam revolusi ini, dengan surat keputusan Menpora ini, PSSI sudah dibekukan,” teriakAndiPeciyang langsung disambut suka cita ribuan bonek itu. Aksi ribuan bonek ini sempat memacetkan Jalan Embong Malang lokasi Hotel JW Marriot.

Polisi pun terpaksa mengalihkan arus lalu lintas yang menuju Jalan Embong Malang. Para bonek ini berkumpul di Taman Mundu, yang berada di depan Stadiun Gelora 10 November Surabaya, sekitar pukul 8.00 WIB. Kemudian mereka melakukan long march menuju Jalan Embong Malang. Bonek yang sebagian besar adalah pemuda dan anak anak remaja ini membawa berbagai atribut, seperti spanduk yang bertuliskan dukungan terhadap Pesebaya 1927, kemudian spanduk yang mengecam PSSI.

Mereka juga melontar berbagai yel yel diantaranya menyebut bahwa PSSI saat ini adalah terdiri dari para mafia sepak bola. Untuk pengamanan aksi unjuk rasa ribuan bonek ini, polisi mengerahkan 1.450 personel. “Pasukan itu dibagi menjadi dua, yang di Jalan Embong Malang ini ada 700 personel, dibantu satu kompi TNI dari Danrem.

Selain itu juga mengerahkan dua mobil water cannon. Sedangkan selebihnya melakukan pengamanan daerah fital seperti toko emas, gedung Grahadi dan lainnya,” kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta.

Abdul haris/ rachmad tomy/ muhammad ginanjar/ lutfi yuhandi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5128 seconds (0.1#10.140)