Hilirisasi Industri Fokus ke Indonesia Timur

Sabtu, 18 April 2015 - 10:52 WIB
Hilirisasi Industri...
Hilirisasi Industri Fokus ke Indonesia Timur
A A A
GRESIK - Kalangan DPR mendukung konsep hilirisasi industri. Hanya, konsep ini akan lebih tepat jika difokuskan di kawasan timur Indonesia.

“Hilirisasi industri kami yakini membantu pencapaian target pertumbuhan industri nasional. Namun, perlu dikembangkan ke Indonesia Timur karena semakin ke timur semakin gelap. Makanya, pengembangan industri kami minta ke Indonesia Timur,” ujar Faried Al-fauzi, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husien ke PT Wilmar Nabati Indonesia kemarin.

Menurutnya, keterlambatan pembangunan di Indonesia Timur cukup memprihatinkan. Faktor utamanya, selain belum tersedianya sarana dan prasarana, industri juga enggan investasi di kawasan tersebut. Pihaknya selaku perwakilan Komisi VI DPR RI meminta pengembangan industri hilir PT Wilmar dialihkan ke Indonesia Timur. “Bayangkan di NTT itu hanya ada satu industri besar. Ini kan kami sayangkan. Mumpung ada konsep hilirisasi industri, kami meminta semua industri pengembangannya ke Indonesia Timur,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Saleh Husien mengatakan hilirisasi Industri dalam rangka mencapai target pertumbuhan industri nasional. Dengan konsep hilirisasi, akan ada banyak nilai tambah, khususnya di industri kelapa sawit. Paling utama adalah mampu menciptakan lapangan kerja. “Selama ini industri minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil ) banyak dilakukan ekspor dan itu kurang menguntungkan. Dengan memaksimalkan ratusan turunan CPO akan banyak nilai tambahnya di dalam negeri,” tukasnya.

Selain itu, Menperin Saleh Husien juga menambahkan, pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah (PP) maupun peraturan presiden (perpres) terkait aturan pungutan ekspor produk sawit atau CPO supporting fund (CSF) sebesar USD50/metrik untuk CPO dan USD30/ton untuk produk turunan CPO seperti Olein. “Dengan terbitnya peraturan tersebut, harga CPO sempat mengalami kenaikan, meski akhirnya harga CPO kembali menurun,” kata dia.

Namun, lanjut Memperin Saleh Husien, dana tersebut harus dibayarkan eksportir sawit/ CPO sebagai dana celengan kepada petani. Dana CSF akan digunakan untuk membiayai industri biodiesel. Pembiayaan industri sawit mencakup untuk peremajaan lahan sawit, riset dan lainnya.

Sementara itu, Direktur PT Wilmar Nabati Indonesia Hendri Sakti menyambut baik kunjungan rombongan Memperin Saleh Husien. Menurutnya, menyambut konsep hilirisasi industri yang digelorakan pemerintah, Manajemen Wilmar sudah berancang-ancang untuk pengembangan industri di Kalimantan Timur. “Kami sudah membahas dan membalas surat permohonan pengembangan investasi salah satu kepala daerah di KalimantanTimur. Kamimemangsangat respek dengan pengembangan Indonesia Timur,” tukasnya.

Seusai berdialog dengan pihak manajemen PT Wilmar Nabati Indonesia, rombongan Memperin Saleh Husien melakukan plant tour . Bahkan, rombongan berkesempatan mengunjungi ruang inovasi dan aplikasi, yang merupakan laboratorium untuk pengembangan varian baru dari CPO.

Ashadi ik
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1013 seconds (0.1#10.140)