Eksis Lestarikan Lagu-Lagu Koes Plus
A
A
A
BOJONEGORO - Satu tembang berjudul Kidung Nuswantoro yang dinyanyikan dengan riang oleh Yok Koeswoyo, vokalis Koes Plus, terdengar syahdu di sebuah warung makan di Jalan Dr Soetomo Padangan, Kabupaten Bojonegoro, siang itu.
Sementara itu, di setiap dinding warung yang memakai anyaman bambu itu terpampang puluhan gambar band legendaris Koes Plus bersama para penggemarnya. Pemilik warung makan itu adalah Yamesa Carlos. Warung itu tempat berkumpul para penggemar Koes Plus yang pernah jaya di era 1960-an sampai 1970-an.
Om Yem, panggilan akrab Yamesa Carlos, merupakan Manajer Alpad Band, band senior Padangan pengusung lagu-lagu Koes Plus yang masih aktif hingga hari ini .Om Yem bercerita banyak tentang kedekatan hubungan antara Alpad dan Koes Plus. Alpad, menurut Om Yem, merupakan band dari Padangan yang mendendangkan lagu-lagu Koes Plus.
Dalam setiap aksi panggungnya, band yang digawangi tujuh musisi senior Padangan ini sering menyanyikan lagu-lagu Koes Plus. Meski tidak melulu menyanyikan lagu-lagu Koes Plus, setidaknya, menurut dia, Koes Plus adalah alasan dibalik berdirinya Alpad. Alpad beranggotakan tujuh musisi, yakni Yamesa Carlos sebagai manajer, Edi Carlos (rhythm ), Septimus Carlos (drummer ), Sutrisno Kenthis (bass gitar ), Supriyatno Menthik (organ ), Erna Susanto (melody guitar ), Endro (vocal ), dan Dwi (additional player ).
Nama Alpad, menurut dia diambil dari akronim Alumni Padangan yang mana sebagian besar dari ketujuh anggotanya merupakan lulusan sekolah di Padangan. Alpad secara resmi lahir menjadi band profesional pada 30 April 2011. Namun, embrio Alpad terlahir sejak 1970-an. Tepatnya saat mereka mengenyam pendidikan SMA. “Dulu saat SMA sering ngeband bareng dan menyanyikan lagulagu Koes Plus,” tutur pria 54 tahun tersebut.
Tanggal pendirian Alpad, menurut Om Yem merupakan tanggal di mana mereka mengikuti reuni SMP dan saat mereka (Pengagum Koes Plus Padangan) bertemu dan sejak saat itulah mereka bersepakat membentuk Alpad secara profesional. Kekompakan masa tua mereka pun tidak perlu diragukan.
Mengingat, mereka telah sering manggung bersama kala SMA. Om Yem menceritakan, personel Alpad terdiri dari tujuh musisi yang memiliki latar belakang berbeda. Meski begitu, mereka memiliki kesamaan, yakni sama-sama dari Padangan dan pengagum Koes Plus. Sebagian besar personel Alpad, termasuk dia, merupakan jebolan grup musik legendaris Padangan era 1970-an, yakni Topan Grup.
Yamesa Carlos menceritakan tentang Topan Grup yang merupakan awal karier tumbuhnya para musisi di Padangan. Jauh-jauh hari sebelum maraknya orkes musik di Indonesia, tepatnya 1970-an. Menurut dia, Padangan telah memiliki grup musik bernama Topan yang concern pada beberapa aliran musik, yakni dangdut, pop, dan rock.
Topan, menurut dia, selain menjadi tempat berlatih bagi pemuda pada zaman itu, juga merupakan grup musik panggung yang sering manggung di luar daerah. Untuk pemanggungan, topan sering membawakan musik dangdut. Jadi, tahun-tahun tersebut menjadikan Padangan termasuk peta dangdut Jawa Timur. Dari Grup Topan itulah, menurut dia, benih-benih Alpad tumbuh.
Karena sama-sama pengagum Koes Plus, mereka manggung dan sering menyanyikan lagu Koes Plus. Alpad, tidak hanya manggung di daerah Bojonegoro dan Cepu, bahkan sudah sering manggung di luar daerah, seperti TMII Jakarta, Surabaya, Yogya dan Solo. Tidak jarang mereka juga bermain satu panggung bersama Koes Plus.
Muhammad roqib
Sementara itu, di setiap dinding warung yang memakai anyaman bambu itu terpampang puluhan gambar band legendaris Koes Plus bersama para penggemarnya. Pemilik warung makan itu adalah Yamesa Carlos. Warung itu tempat berkumpul para penggemar Koes Plus yang pernah jaya di era 1960-an sampai 1970-an.
Om Yem, panggilan akrab Yamesa Carlos, merupakan Manajer Alpad Band, band senior Padangan pengusung lagu-lagu Koes Plus yang masih aktif hingga hari ini .Om Yem bercerita banyak tentang kedekatan hubungan antara Alpad dan Koes Plus. Alpad, menurut Om Yem, merupakan band dari Padangan yang mendendangkan lagu-lagu Koes Plus.
Dalam setiap aksi panggungnya, band yang digawangi tujuh musisi senior Padangan ini sering menyanyikan lagu-lagu Koes Plus. Meski tidak melulu menyanyikan lagu-lagu Koes Plus, setidaknya, menurut dia, Koes Plus adalah alasan dibalik berdirinya Alpad. Alpad beranggotakan tujuh musisi, yakni Yamesa Carlos sebagai manajer, Edi Carlos (rhythm ), Septimus Carlos (drummer ), Sutrisno Kenthis (bass gitar ), Supriyatno Menthik (organ ), Erna Susanto (melody guitar ), Endro (vocal ), dan Dwi (additional player ).
Nama Alpad, menurut dia diambil dari akronim Alumni Padangan yang mana sebagian besar dari ketujuh anggotanya merupakan lulusan sekolah di Padangan. Alpad secara resmi lahir menjadi band profesional pada 30 April 2011. Namun, embrio Alpad terlahir sejak 1970-an. Tepatnya saat mereka mengenyam pendidikan SMA. “Dulu saat SMA sering ngeband bareng dan menyanyikan lagulagu Koes Plus,” tutur pria 54 tahun tersebut.
Tanggal pendirian Alpad, menurut Om Yem merupakan tanggal di mana mereka mengikuti reuni SMP dan saat mereka (Pengagum Koes Plus Padangan) bertemu dan sejak saat itulah mereka bersepakat membentuk Alpad secara profesional. Kekompakan masa tua mereka pun tidak perlu diragukan.
Mengingat, mereka telah sering manggung bersama kala SMA. Om Yem menceritakan, personel Alpad terdiri dari tujuh musisi yang memiliki latar belakang berbeda. Meski begitu, mereka memiliki kesamaan, yakni sama-sama dari Padangan dan pengagum Koes Plus. Sebagian besar personel Alpad, termasuk dia, merupakan jebolan grup musik legendaris Padangan era 1970-an, yakni Topan Grup.
Yamesa Carlos menceritakan tentang Topan Grup yang merupakan awal karier tumbuhnya para musisi di Padangan. Jauh-jauh hari sebelum maraknya orkes musik di Indonesia, tepatnya 1970-an. Menurut dia, Padangan telah memiliki grup musik bernama Topan yang concern pada beberapa aliran musik, yakni dangdut, pop, dan rock.
Topan, menurut dia, selain menjadi tempat berlatih bagi pemuda pada zaman itu, juga merupakan grup musik panggung yang sering manggung di luar daerah. Untuk pemanggungan, topan sering membawakan musik dangdut. Jadi, tahun-tahun tersebut menjadikan Padangan termasuk peta dangdut Jawa Timur. Dari Grup Topan itulah, menurut dia, benih-benih Alpad tumbuh.
Karena sama-sama pengagum Koes Plus, mereka manggung dan sering menyanyikan lagu Koes Plus. Alpad, tidak hanya manggung di daerah Bojonegoro dan Cepu, bahkan sudah sering manggung di luar daerah, seperti TMII Jakarta, Surabaya, Yogya dan Solo. Tidak jarang mereka juga bermain satu panggung bersama Koes Plus.
Muhammad roqib
(ftr)