Komunikasi Menjadi Kunci Sukses Jual Wisata
A
A
A
Kunci sukses Banyuwangi dalam mempromosikan potensi pariwisatanya disampaikan Bupati Abdullah Azwar Anas kemarin.
Saat menjadi pembicara tunggal seminar Komunikasi Fiesta 2015 bertema “Pesona Nusantara” di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Anas menyebut, kunci sukses itu adalah komunikasi. Komunikasi tersebut yang selama ini dipakai untuk “menjual” objek dan daya tarik wisata (ODTW) sebuah daerah. Tanpa komunikasi dan peranti pendukungnya, upaya mengerek tingkat kunjungan wisatawan akan berjalan lamban. Praktis, pertumbuhan ekonomi sebagai imbas positif pariwisata juga alot perkembangannya.
“Dunia sekarang flat. Apa yang ada di Banyuwangi, semua dunia tahu. Internet, sosial media luar biasa. Dulu anak Banyuwangi malu ngomongasal dari Banyuwangi yang katanya daerah santet. Mereka selalu bilang dari Surabaya, Malang, dan Jember. Tidak mau bilang dari Banyuwangi,” katanya. Anas mengawali membangun pariwisata di daerah yang dipimpinnya dengan mengubah tagline Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java. Ini membawa spirit baru.
Selanjutnya membangun bandara yang tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), melainkan kerja sama bisnis. Sebelum ada bandara, Surabaya-Banyuwangi ditempuh selama 8 jam menggunakan bis. Kini dengan pesawat, jarak yang sama ditempuh 40 menit. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu kini terus membangun jaringan komunikasi. Di gereja, masjid, dan pura, didukung wifi.
“Tahun 2013, Banyuwangi oleh Telkom dipercaya menjadi juara 1 digitalsociety. Daerah kaya bukan yang ada pipa minyak besar, tapi yang ada fiber optik. Satu fiber optik seukuran rambut akan mampu membawa pertumbuhan (ekonomi) lebih luar biasa. Banyuwangi kini menjadi kabupaten digital society,” kata mantan anggota DPR dan MPR ini.
Instruksi presiden yang kala itu dijabat Susilo Bambang Yudhoyono mengamanatkan pembangunan broadband secara nasional. Teknologi ini dimanfaatkan betul oleh Banyuwangi sehingga dapat penghargaan Marketer Of The Year 2014 karena menggunakan media sosial untuk promosi. “Indonesia Fashion Week (baru saja di Jakarta) bagian media komunikasi. Fashion show dengan menggandeng peragawati nasional mampu ubah Banyuwangi ndeso menjadi kota.
Yang terpenting semula terkesan jauh sekarang dekat,” ujarnya. Semua upaya itu mampu menjadikan Banyuwangi rendah inflasi dibanding daerah lain di Jatim. Pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi Rp15 juta pada 2010 dan tahun 2014 menjadi Rp21,6 juta.
Soeprayitno
Surabaya
Saat menjadi pembicara tunggal seminar Komunikasi Fiesta 2015 bertema “Pesona Nusantara” di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Anas menyebut, kunci sukses itu adalah komunikasi. Komunikasi tersebut yang selama ini dipakai untuk “menjual” objek dan daya tarik wisata (ODTW) sebuah daerah. Tanpa komunikasi dan peranti pendukungnya, upaya mengerek tingkat kunjungan wisatawan akan berjalan lamban. Praktis, pertumbuhan ekonomi sebagai imbas positif pariwisata juga alot perkembangannya.
“Dunia sekarang flat. Apa yang ada di Banyuwangi, semua dunia tahu. Internet, sosial media luar biasa. Dulu anak Banyuwangi malu ngomongasal dari Banyuwangi yang katanya daerah santet. Mereka selalu bilang dari Surabaya, Malang, dan Jember. Tidak mau bilang dari Banyuwangi,” katanya. Anas mengawali membangun pariwisata di daerah yang dipimpinnya dengan mengubah tagline Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java. Ini membawa spirit baru.
Selanjutnya membangun bandara yang tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), melainkan kerja sama bisnis. Sebelum ada bandara, Surabaya-Banyuwangi ditempuh selama 8 jam menggunakan bis. Kini dengan pesawat, jarak yang sama ditempuh 40 menit. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu kini terus membangun jaringan komunikasi. Di gereja, masjid, dan pura, didukung wifi.
“Tahun 2013, Banyuwangi oleh Telkom dipercaya menjadi juara 1 digitalsociety. Daerah kaya bukan yang ada pipa minyak besar, tapi yang ada fiber optik. Satu fiber optik seukuran rambut akan mampu membawa pertumbuhan (ekonomi) lebih luar biasa. Banyuwangi kini menjadi kabupaten digital society,” kata mantan anggota DPR dan MPR ini.
Instruksi presiden yang kala itu dijabat Susilo Bambang Yudhoyono mengamanatkan pembangunan broadband secara nasional. Teknologi ini dimanfaatkan betul oleh Banyuwangi sehingga dapat penghargaan Marketer Of The Year 2014 karena menggunakan media sosial untuk promosi. “Indonesia Fashion Week (baru saja di Jakarta) bagian media komunikasi. Fashion show dengan menggandeng peragawati nasional mampu ubah Banyuwangi ndeso menjadi kota.
Yang terpenting semula terkesan jauh sekarang dekat,” ujarnya. Semua upaya itu mampu menjadikan Banyuwangi rendah inflasi dibanding daerah lain di Jatim. Pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi Rp15 juta pada 2010 dan tahun 2014 menjadi Rp21,6 juta.
Soeprayitno
Surabaya
(ars)